***Suara pintu terbuka membuat aku kembali membuka mata. Ada Bunda masih dengan pakaian kerjanya datang menghampiri, Bunda pasti baru saja pulang kerja.
"Aila are you okay?"
Aku tersenyum kecil, Bunda duduk didekatku. "Hanya sedikit pusing Bunda."
Bunda pasti tahu apa yang terjadi denganku disekolah. Aku yakin guru-guruku langsung mengabari Bunda dan Ayah.
"Kamu harus jaga diri. Jangan sampe sakit. Sebentar lagi seleksi olimpiade."
Aku tahu hanya hal itu yang dikhawatirkan Bunda.
"Yasudah sekarang istirahat dulu. Kamu sudah diperiksa dokter kan?"
"Bunda yang suruh untuk manggil dokter kesekolah?"
"No, kepala sekolah yang menawarkan. Bunda hanya menegaskan jangan sampai anak Bunda kenapa-napa."
"Nggak serius Bunda seharusnya gak usah panggil dokter."
"Aila. Kamu harusnya senang karena mendapat perhatian sebegitunya dari pihak sekolah."
Bunda aku sama sekali tidak senang.
Tapi yang kulakukan sekarang? Aku hanya diam tak bisa menyuarakan ketidaksukaanku.
"Bunda, boleh aku tidak belajar malam? Hanya malam ini, kepala Aila masih pusing." Kataku memohon pada Bunda.
Tidak ada salahnya kan Bunda mengizinkanku karena aku sedang sakit.
"Sayang guru les kamu sudah dijalan, dia mengabari Bunda tadi."
Aku hanya terdiam mendengar perkataan Bunda. Bunda mengusap pelan kepalaku sebelum beranjak. "Kamu istirahat sekarang nanti Bunda panggil setelah guru les mu datang."
Bunda memang hanya mengkhawatirkan aku yang tidak bisa belajar jika sakit. Dia tidak khawatir tentang keadaanku yang sebenarnya.
Aku menghela napas berat. Rasanya ingin bersembunyi sekarang. Ditempat yang hanya aku sendirian.
Ditempat yang tidak bisa didatangi Bunda yang terus memintaku belajar.
***
Aku melirik beberapa orang yang berdiri di depan mading. Awalnya aku tidak peduli, tapi ketika mendengar namaku disebut dalam perbincangan mereka langkahku jadi terhenti.
"Sampe manggil dokter kesekolah. Kalo gue yang ketembak bola pasti gabakal tuh digituin."
"Sumpah gue kasian sama Kak Gilang. Dia kan gak sengaja anjir nendangnya. Sampe di skors tiga hari."
"Emang aneh banget. Padahal Caca juga pas gak sengaja ketendang bola yang nendangnya cuma suruh minta maap aja."
"Iya anjir Kak gilang juga gak sengaja lagian. Suruh siapa anaknya berdiri deket lapangan."
"Namanya juga anak direktur. Kepala sekolah juga kayaknya takut sama dia."
Aku dengan cepat kembali berjalan menuju kelas. Aku tidak mau mendengar lebih banyak obrolan kedua orang itu yang membicarakanku.
Kak gilang. Dia yang tidak sengaja menendang bola kearahku dan di skors tiga hari? Aku bahkan baru tahu itu sekarang.
"Ailaaaaaaa! Dikira gabakal masuk." Kata Usha heboh melihatku datang.
"Tumben kamu sudah datang."
Usha tersenyum malu-malu, dan aku jadi menatapnya curiga.
"Dijemput Kak Bana. Hehe."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaliasa
Teen FictionTerima kasih telah membuka profil cerita ini Ratu Kaliasa Arthawa "Aku hanya ingin merasakan rasanya bersenang-senang dengan teman tanpa memikirkan kedua orangtuaku yang akan terus membisingkan hpku ketika aku telat pulang beberapa menit saja. Aku i...