15. Pertanyaan tanpa jawaban

0 0 0
                                    

"Girl, you are Gorgeous"

***

"Nanti gue anterin lo ke kafe deket sekolah. Lo bilang aja sama supir lo jemput di kafe deket sekolah habis beli minum. Gausah pusing-pusing."

Itu adalah jawaban Dewa saat aku kepusingan memikirkan bagaimana caranya aku bisa pulang dengan supirku tanpa ketahuan jika aku membolos. Lelaki itu cukup cerdas urusan seperti itu.

Dan sekarang aku sedang di kafe dekat sekolah. Aku belum pernah mampir kesini sebelumnya dan ini kali pertama. Untungnya juga tidak ada orang-orang yang aku kenali disini. Tapi aku bisa merasakan ada beberapa orang yang memperhatikan kearahku sejak tadi.

Kalau ada teman kelasku aku bisa mati. Mereka pasti kaget karena aku beralasan sakit tapi sekarang duduk di kafe menggunakan seragam.

Aku duduk disebuah kursi berhadapan dengan Dewa. Aku senang seharian ini bersamanya. Aku senang membolos dengan Dewa asalkan Ayah dan Bunda tetap tidak mengetahuinya.

Aku menyodorkan handphone ku kedepan lelaki itu, dia menatapnya dengan bingung.

"Nomor kamu."

"Untuk?" Tanya Dewa.

"Ya untuk denger suara kamu. Aku kan sudah bilang aku suka suara kamu." Jawabku jujur.

"Lo mau nelponin gue?"

"Boleh kan?"

"Gak." Tolaknya.

Aku melirik sinis, "udah kasih aja. Aku yakin pasti bakal diangkat kalo aku telpon."

"Kepedean. Gak bakal gue angkat."

"Aku telponin berkali-kali sampe kamu angkat karena berisik."

"Hp gue di silent." Jawab Dewa membuat aku kesal sendiri.

"Pelit."

Handphone ku menyala, menampilkan pop up massage dari supirku. Supirku sudah ada didepan.

"Dewa aku pulang ya. Supirnya udah datang." Kataku pamit.

"Makasih udah ajakin aku bolos. Aku suka, walau tetap merasa takut."

"Udah sana balik." Balasnya mengusir.

Aku tersenyum lebar, melambai kecil pada Dewa sambil berjalan keluar kafe.

"Bye-bye. Kapan-kapan harus mau kalau aku mintain nomornya."

***

Rumah sepi. Dan aku bernapas lega. Bunda sedang sibuk dikantornya dan Ayah belum pulang dari Singapur.

Aku merebahkan tubuhku setelah membersihkan diri. Aku harus istirahat sebentar karena nanti guru les ku akan datang. Dan aku harus belajar dengannya sampai malam.

Hari ini cukup menyenangkan, dan tentunya mendebarkan. Aku tersenyum melihat lututku yang masih terbungkus perban yang Dewa balutkan.

Setelah dari warung Bi Ina Dewa membawaku berkeliling tanpa tujuan dijalanan yang tidak terlalu ramai. Jalanan yang terdapat pohon-pohon besar disampingnya. Aku suka karena terasa teduh.

Saat dijalan aku banyak bertanya pada lelaki itu. Tentang geng motornya, karena aku sangat penasaran.

Aku bertanya tentang ketua geng motor saat itu.

KaliasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang