17. Perlakuan berbeda

1 0 0
                                    


Jika hari-hari sebelumnya pasti aku akan senang. Tapi kali ini, entah kenapa perasaan sedikit tak nyaman itu muncul.

Pagi ini Ken datang kerumahku. Dia datang untuk menjemputku agar berangkat ke sekolah bersamanya. Dia berbicara pada Bunda dan merayunya agar aku diperbolehkan berangkat dengannya.

Sejujurnya aku merasa bersalah. Bagaimana dengan Kak Raras? Ken mengabaikan pacarnya dan malah menjemputku.

Saat aku bertanya pada Ken apa yang terjadi dengan hubungannya dan Kak Raras Ken hanya diam. Kemudian dia berkata untuk tidak membahas hal itu.

Apa perkataan Usha memang benar?

Aku ingin menangis rasanya, kepalaku pusing dengan segala perasaan yang tidak bisa di deskripsikan ini, semua perasaan yang tidak bisa dimengerti pemiliknya sendiri.

"Awas kesambet!"

Aku sempat terlonjak kaget. Kemudian menoleh kebelakang dengan cepat. Ada Dewa disana, dia menghampiriku dan duduk disebelahku. Dikursi panjang taman belakang, tempat favoritku.

"Hai Dewa." Kataku tersenyum kecil. Senyum yang sedikit kupaksakan karena aku merasa berat untuk tersenyum saat ini.

Dan sepertinya Dewa menyadari itu. "Ada masalah? Ekspresi muka lo jelek banget."

Benar-benar. Dewa harusnya menanyaiku dengan hati-hati karena sadar aku terlihat tidak baik-baik saja. Tapi perkataannya itu malah membuat aku menatap kesal kearahnya.

"Biarin." Kataku menanggapi sewot.

"Masih muda. Gak perlu stressin hal yang gak perlu."

Perkataan Dewa itu membuatku menoleh padanya, lelaki itu memandang lurus kedepan.

Tanpa sadar aku selalu menstreskan segala hal yang terjadi.

"Dewa, apa kamu selalu mengerti perasaan kamu?"

"Terkadang gue ngerti. Yang buat gue ngerasa gak ngerti karena gue gamau ngakuin perasaan itu. Jadi gue berlindung dibalik kata ga ngerti."

Apa aku juga seperti itu? Aku mengerti perasaanku pada Ken tapi aku tidak mau mengakui hal yang kumengerti itu.

Dewa menoleh, menepuk pelan puncak kepalaku. "Kenapa? Ada hal yang bener-bener gak bisa lo ngerti?"

Setelah terlena sebentar dengan cepat aku menjauhkan tangan Dewa dari kepalaku. Rasanya nyaman, tapi aku khawatir Dewa akan mendengar detak jantungku yang tiba-tiba berdebar dengan cepat jika terus seperti itu.

"Aku bingung apa mauku." Ucapku.

"Aku pernah merasa tidak suka terhadap hubungan seseorang. Tapi saat hubungan mereka tidak baik-baik saja dan lelaki itu kembali dekat denganku aku tidak merasa senang. Padahal itu yang aku inginkan kan? Tapi aku merasa tidak nyaman dan bersalah."

"Genta dan Raras?"

Sungguh perkataan Dewa membuatku kaget. Bagaimana bisa lelaki itu tau?

"Kenapa kamu bisa tahu?"

Dewa terlihat berpikir. "Karena gue Dewa?" Jawabnya terlihat bertanya pada diri sendiri.

Aku tidak peduli kenapa Dewa bisa tahu. Aku tidak mau memusingkan satu hal itu karena sekarang aku sudah pusing.

"Aku pernah ngerasa yakin kalau aku suka Ken. Karena aku terus-terusan merasa sakit saat Ken dengan pacarnya."

Aku menoleh pada Dewa dengan cepat. "Dewa kamu harus dengerin aku. Aku lagi curhat sama aku. Jangan sampe gak didengerin." Kataku memberi peringatan khawatir lelaki itu mengabaikanku.

KaliasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang