~Tingkat tertinggi pertemanan adalah ketika teman tidak tuli saat ulangan~
- T h e Z e r o -
.....✍
Ogi terbatuk Kala mendengarkan ucapan Gura. Cowok itu meraih minuman kaleng yang berada diatas meja, lalu meminumnya hingga tersisa sedikit. Ia menatap Gura yang tanpa bersalah telah berucap demikian.
"Ya kali Sela hianatin gue," ucapnya sembari terkekeh.
"Nggak ada yang nggak mungkin, Man." Timpal Jeje.
Tidak ingin berlarut-larut dengan pikiran negatif. Ogi meraih handphone miliknya, mencari nama sang pacar disana, lalu mengirimkan pesan yang menanyakan keberadaan gadis itu semalam, namun jawabannya tetap sama.
"Kata Sela dia dirumah aja semalam," beri tahu Ogi saat mendapat balasan dari sang pacar.
"Lo pikir gue katarak?" geram Gura, lalu meminum minuman kaleng miliknya. Ogi yang merasa bimbang hanya mengacak rambutnya prustasi.
"Pastiin aja dulu." Lerai Jeje.
***
Kelas Xl MIPA 3 sedang mengadakan ulangan dadakan. Awalnya mereka melayangkan beberapa protes kepada Guru Kimia yang terkenal Killer itu, namun bukannya mendapat keringanan, sang Guru malah mengatakan bahwa soalnya tidaklah sulit.
Rindu hanya menatap kertas yang berisi soal sembari menggelengkan kepalanya. Hanya beberapa nomor saja yang dapat gadis itu kerjakan, selebihnya ia akan mengharapkan belas kasihan dari teman-teman kelasnya.
"Sstttt..." kode Rindu kepada salah satu teman kelasnya yang terkenal pintar.
"Simi?" panggil Rindu sangat pelan, hingga terdengar seperti orang yang berbisik.
Tidak ada respon sama sekali. Beberapa kali gadis itu mencoba memanggil temannya yang bernama Simi, namun tetap saja tidak ada tanggapan. Rindu menghembuskan napas kasar, lalu mulai mengerjakan soal sesuai dengan kapasitas otaknya.
Setelah beberapa saat memutar otak demi menjawab soal Kimia tersebut, akhirnya selesai juga. Semua siswa siswi mengumpulkan kertas jawaban masing-masing saat sang Guru memberi instruksi.
Kringg!
"HUAAA ... PENYIKSAAN DUNIA BERAKHIR, TINGGAL NUNGGU PENYIKSAAN AKHIRAT!" ucap Rindu saat bel istirahat berbunyi sembari meregangkan otot-otot tangannya.
Sang Guru menggelengkan kepala. "Emangnya kamu udah siap?"
"Nggak sih, Bu," balas Rindu dengan cengiran yang memperlihatkan gigi putihnya.
Semua siswa-siswi berhamburan keluar kelas. Mereka memilih kekantin untuk makan siang. Begitu pula dengan Rindu yang tampak berjalan santai melewati koridor. Gadis itu akan meminum beberapa minuman dingin untuk menyegarkan kembali otaknya.
"Rindu!" teriak seseorang. Rindu berbalik dan mendapati Simi yang sedang berlari kearahnya.
"Apa?" balasnya cuek.
"Pulang sekolah ke toko buku, yuk!" ajak Simi. Gadis itu ingin membeli beberapa buku yang ia butuhkan.
Rindu menghela nafas kasar. "Nggak."
"Gitu amat sama teman sendiri." Rindu dan Simi memang berteman, namun hanya sebatas teman kelas saja. Mereka tidak begitu dekat.
"Teman? Kemana aja lo saat ulangan? Lo pura-pura tuli atau emang nggak peduli?" ucap Rindu yang sukses membuat Simi merasa bersalah.
"Ya maap ... lo tau sendiri kan Bu Ana tuh orangnya gimana? Yah gue cari aman lah." Jelas Simi yang membuat Rindu sedikit mengerti.
***
Pulang sekolah Rindu akan langsung pulang kerumah. Ia berjalan diantara kerumunan siswa siswi yang berjalan dikoridor. Gadis itu bersenandung kecil saat mendengarkan alunan musik dari earphone miliknya. Hari ini tidak ada jadwal belajar bernama Gura, Jadilah ia akan segera pulang dan mengistirahatkan tubuhnya.
Brukk
"Eh maaf-maaf, gue nggak senga--" ucap Rindu terpotong kala melihat siapa yang ia tabrak.
Buru-buru Rindu berbalik berniat untuk pergi dari sana, namun orang yang ia tabrak dengan cepat menarik kerah bagian belakang seragam miliknya. Gadis itu mendengus sebal, ia menetralkan mimik wajahnya, lalu berbalik perlahan.
"Apa?" ucapnya ketus.
"Menghindar mulu ... belum move on, ya?" kata orang itu yang tak lain adalah Jeje. Dapat Rindu lihat Gura dan juga Ogi yang berada disamping cowok itu.
"Dih, lo tuh bukan orang penting yang harus diingat!" balas Rindu sarkatis.
Jeje mengangguk sembari tersenyum mengejek, "Kalau udah move on, terus kenapa lo masih sendiri?"
"Ya ... karna gue nggak ingin kecewa, jadi nggak main cinta-cinta!" balas Rindu geram.
Gura dan Ogi hanya menyaksikan perdebatan mereka berdua. Yang mereka tahu, Rindu dan Jeje sudah memutuskan hubungan sejak setahun yang lalu. Lebih tepatnya Jeje memutuskan Rindu karena cowok itu menyukai cewek lain.
"Kak Rindu!" panggil Eza yang mulai mendekat.
"Ayo pulang." Ucap Rindu saat Eza sudah berada disampingnya.
"Gue mau ngantar teman gue pulang dulu," balas Eza yang membuat Rindu semakin kesal.
"Terus gue gimana? Ngesot sampai rumah?!"
"Kan bisa naik bus sekolah." Jawab Eza santai.
"Gila lo ya? Anak orang ditampung, gue dibuang!" geram Rindu.
"Biar gue yang antar lo pulang."
𐂂𐂂
Holla Amigo!
Gimana-gimana?
Jangan lupa vote dan spam comment:)
See u next chapter migo♥
KAMU SEDANG MEMBACA
The Zero
Teen Fiction⚠︎ UPDATE SETIAP HARI MINGGU ⚠︎ "Umm ... gue, Rindu," "Tapi gue nggak rindu." Balas Gura cuek. 'Sabar' gadis itu membatin sembari menghembuskan nafas kasar. "Nama gue Rindu." Jelasnya. "Oh." Ucap Gura singkat. Sebenarnya ia merasa malu, namun deng...