Chapter 10

12 4 0
                                    

~Kamu setia, tapi dia berhianat. Yaudah usir aja, ciri-ciri bangsat nggak usah dikontrakin tempat~

- T h e Z e r o -

.....✍

Disinilah Rindu berada. Disebuah Cafe bersama Jeje dan kedua temannya. Awalnya Rindu menolak keras ajakan Jeje yang ingin mengantarkannya pulang, namun cowok itu memaksa. Dan Rindu hanya bisa mengumpat dalam hati untuk mengaplikasikan kekesalannya. Ia pikir Jeje akan langsung mengantarkannya pulang, namun ternyata cowok itu memilih nongkrong terlebih dahulu bersama teman-temannya.

"Kayaknya lo yang belum move on, Je." Tebak Ogi sembari meminum Jus Mangga miliknya.

Jeje tertawa. "Apa salahnya sih berteman dengan mantan,"

"Modus!" timpal Rindu tanpa mengalihkan pandangan dari handphone miliknya, sedangkan Jeje hanya tertawa mendengarkan perkataan gadis itu.

Suasana kembali hening. Mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing. Suasana Cafe lumayan ramai, mulai dari kalangan muda hingga orang dewasa berada disana, namun tempat itu lebih didominasi oleh anak remaja yang sedang berkumpul dengan temannya.

"Sela mana, Gi? Lo nggak antar dia pulang?" tanya Gura. Rindu yang mendengar perkataan Gura sontak mengalihkan pandangannya kepada cowok itu.

"Dirumah. Katanya dia dijemput, jadi gue nggak antar dia pulang." Jawab Ogi.

"Terus itu siapa?" kata Gura sembari menunjuk objek dengan dagunya.

Ogi mengarahkan pandangannya pada objek yang ditunjuk oleh Gura. Dipojok sana terdapat Sela sedang tertawa bersama seorang laki-laki yang merupakan Siswa dari sekolah lain. Padahal baru saja ia bertukar pesan dengan sang pacar yang mengatakan bahwa dirinya telah sampai dirumah.

"Gue dengar-dengar sih, mereka pacaran," ucap Rindu hati-hati.

Ogi yang mendengar perkataan Rindu semakin emosi. Cowok itu mengepalkan tangannya tanpa mengalihkan pandangan dari kedua remaja yang sedang berbincang-bincang sembari berpegangan tangan.

"Lo setia tapi dia berhianat, yaudah usir aja, ciri-ciri bangsat nggak usah dikontrakin tempat." Timpal Jeje yang sepertinya geram dengan Sela.

Ogi meraih handphone-nya diatas meja yang sempat ia letakkan tadi. Cowok itu mencari nomor sang pacar, lalu meneleponnya. Ia tetap menatap Sela yang terlihat bahagia disana, sedangkan hatinya disini hancur bagaikan beling kaca.

"Halo Sel? Sesuatu yang udah kedaluwarsa tu diapain ya?" ucap Ogi saat sambungannya terhubung.

"Ya dibuanglah, emang apa yang kedaluwarsa?" balas Sela diseberang sana.

"Lo, bye!" setelah berucap demikian, cowok itu mematikan sambungannya secara sepihak.

Ogi bersandar pada sandaran kursi. "Sakit sekali everybody."

Wajah Ogi terlihat murung, hatinya hancur seketika. Gura yang menyadari itu hanya bisa menepuk nepuk bahu Ogi. Sepertinya cowok itu membutuhkan istirahat yang cukup untuk menenangkan pikirannya.

"Gue keren nggak?" tanya Ogi sembari melirik Jeje dan Gura.

"Bisalah," jawab Jeje sembari menepuk pundak Ogi bangga.

"Indonesia banget." Gumam Rindu sembari menggelengkan kepalanya.

Ogi bangkit dari duduknya. Cowok itu menarik nafas terlebih dahulu sebelum beranjak dari sana. Ia berjalan kearah Sila. Sedangkan Gura, Jeje dan Rindu hanya bisa menatap Ogi yang mulai menjauh.

"Hai?" sapa Ogi seramah mungkin.

Sila yang menyadari ada seseorang sontak mengalihkan pandangannya. Betapa terkejutnya gadis itu saat melihat siapa yang sedang berdiri disampingnya saat ini. Seketika pasokan udara mulai menipis. Buru-buru gadis itu melepaskan tautan tangannya dengan cowok yang berada didepannya.

"Siapa ya?" tanya cowok yang bersama Sila sejak tadi.

"Gue Ogi ... mantanya."

Sila yang mendengar itu seketika menatap Ogi yang hanya tersenyum tanpa beban. Ada rasa sakit dihati ketika mendengar perkataan cowok itu.

"Oh, kenapa ya?"

Ogi tersenyum, lalu melirik Sela. "Gue cuma mau bilang ... kalau barang kedaluwarsa tuh nggak baik dikonsumsi."

***

Suara dentingan sendok besi yang beradu dengan piring kaca memecah keheningan dimeja makan. Mereka makan malam dengan tenang dan menikmati makanan masing-masing. Jarang-jarang mereka makan bersama seperti ini. Mengingat sang Ayah selalu sibuk dengan profesinya sebagai seorang Dokter.

"Sayurnya dibanyakin Za, Jangan gebetan doang yang dibanyakin." Ucap Dirga pada Eza.

Sebetulnya Eza tidak begitu menyukai sayuran, namun sang Ayah selalu memaksa dan mengatakan bahwa sayuran sangat penting bagi kesehatan tubuh. Bukan hanya itu, Dirga juga sering membatasinya dalam mengonsumsi makanan instan, katanya tidak sehat karena banyak mengandung pengawet dan bahan kimia.

"Papa shift malam, jadi kalian baik-baik dirumah," kata Dirga setelah menghabiskan makanannya.

Rindu menatap sang Ayah. "Rindu ikut, ya?"

"Ngapain? Mau ngapelin mayat kamu?" balas Dirga yang membuat Rindu memayunkan bibirnya.

"Papa mau siap-siap dulu." Ucap Dirga, lalu meninggalkan meja makan yang menyisahkan Rindu dan Eza.

Setelah kepergian sang Ayah, Eza memindahkan semua sayuran yang ada dipiringnya kepiring Rindu. Rasanya ia ingin muntah memakan sayuran yang diolah sedemikian rupa itu. Rindu sudah hafal betul tujuan sang adik yang sengajah memperlambat acara makannya. Agar Dirga menyelesaikan makannya lebih dulu dan ia dapat memberi semua sayurnya pada sang kakak.

"Hari ini giliran lo cuci piring." Kata Rindu.

"Ogah!"

"PAH! EZA NGGAK MAU CUCI PIRING!" teriak Rindu yang membuat Eza ingin sekali menyumpal mulut kakaknya itu.

"EZA!" balas Dirga cukup keras.

Rindu menjulurkan lidahnya saat mendapat respon dari sang Ayah. Dapat ia lihat ekspresi sang adik yang sangat kesal. Buru-buru ia berlalu dari sana, sebelum Eza melakukan sesuatu kepadanya.

Karena asisten rumah tangganya hanya bekerja paru waktu, yaitu akan pulang setelah memasak makan malam. Jadilah mereka berdua membuat jadwal cuci piring dimalam hari. Tak jarang juga mereka mencuci piring bersama-sama.

𐂂𐂂

Holla Amigo!

Ogi keren juga😂

Jangan lupa vote dan spam comment :)

ptripnta09_

See u next chapter migo♥

The Zero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang