Chapter 5

18 6 2
                                    

~Tertawalah selagi memiliki alasan untuk tertawa~

- T h e   Z e r o -

.....✍

      Pulang sekolah merupakan waktu yang ditunggu-tunggu setiap murid, begitu pula dengan Rindu yang sudah siap untuk pulang kerumahnya. Gadis itu berjalan dipinggir lapangan. Tampak lapangan cukup ramai akan para siswa yang sedang bermain basket.

Gadis itu berjalan sembari bersenandung kecil. Sesekali ia memperhatikan jalan agar langkahnya tetap aman. Rindu menggelengkan kepala tanda bahwa gadis itu menikmati nyanyian yang berasal dari mulutnya.

"Woy awas!" teriak sekelompok siswa yang sedang bermain Basket.

Bukk

Rindu mengalihkan pandangannya kearah depan. Disana terdapat Gura yang berdiri dengan tatapan datar. Cowok itu mengenakan pakaian basket dengan keringat yang bercucuran di dahinya. Gura seperti tidak merasa kesakitan karena terkena bola basket.

"Lo nggak papa?" tanya Rindu khawatir dan menghampiri Gura.

"Gue minta pulpen." Ucap Gura sembari menengadahkan tangannya didepan perut.

"Hah?"

"Buruan!" kata Gura yang membuat Rindu buru-buru membuka tas miliknya dan mengambil sebuah bolpoin disana, lalu memberikannya pada cowok itu.

Gura meraih tangan Rindu dan menuliskan sesuatu pada telapak tangan gadis itu. Rindu hanya diam saja meskipun ia merasa bingung. Gadis itu merasa Semua orang menatap mereka aneh.

"Itu nomor gue," ucap Gura dan mengembalikan bolpoin milik Rindu. Setelahnya cowok itu mengambil bola Basket yang ada dibawahnya.

"Lain kali hati-hati." Gura kembali berucap sebelum cowok itu meninggalkan Rindu yang hanya mematung ditempatnya.

Selang beberapa detik, gadis itu tersadar dan kemudian berjalan menuju halte bus yang ada didepan sekolah. Tak henti-hentinya ia memandangi deretan angka yang tertulis ditelapak tangannya.

"Kirain sandi ATM."

***

Hari ini adalah hari libur. Rindu merupakan tipikal orang yang malas keluar rumah. Mungkin ia akan menghabiskan waktu libur dengan menonton film, membaca buku atau melakukan hal lainnya.

Sejak semalam gadis itu selalu saja mempertimbangkan, haruskah ia menghubungi Gura atau tidak. Dan  akhirnya Rindu memilih untuk menghubungi cowok itu. Kata Gura hari ini mereka tidak memiliki jadwal belajar bersama.

Awalnya Rindu ingin menonton film terbaru, namun niatnya itu diurungkan karena sang ayah memintanya untuk mencuci mobil. Dan disinilah gadis itu sekarang, dihalaman rumah dengan baju yang sedikit basah.

"Ngebabu mulu gue!" decak Rindu.

"Kerja yang benar biar cepat kelar." Balas Eza, adik laki-lakinya sembari menggosok body mobil.

Dirga menyeduh kopinya. "Sendi kamu butuh digerakin. Dari pada kamu rebahan mulu, mending cuci mobil Papa."

"Sendi Papa juga butuh digerakin. Dari pada Papa duduk aja, mending bantuin kita cuci mobil." Timpal Eza yang diangguki oleh Rindu.

"Berdosa banget kamu." Balas Dirga sembari mengusap dadanya.

Rindu dan Eza hanya memutar bola matanya malas sebagai respon dari perkataan Dirga. Seharusnya sekarang mereka menikmati libur, melakukan sesuatu yang menyenangkan, namun itu semua hanya angan-angan semata.

Eza menatap Dirga. "Papa nggak mau nikah lagi?"

"Nggak."

"Kenapa?" tanya Eza merasa belum puas dengan jawaban sang Ayah.

"Nggak ada niat." Jawab Dirga singkat.

"Jangan-jangan Papa ... Guy?" Dirga yang menyeduh kopinya seketika tersedak mendengar perkataan Rindu.

Bukk

"Ishh...."

"Kalau papa guy, lo nggak bakal lahir!" geram Eza setelah melempar kain yang berbusa hingga mengenai kepala Rindu.

Rindu menggaruk kepalanya, lalu berkata, "Iya juga sih."

"Yaudah, kalau Papa nggak mau nikah  biar Eza aja."

Rindu menyiram Eza menggunakan selang. "Cihh, ingus masi ijo sok-sokan mau nikah!"

"Anak orang mau kamu kasi makan Apa, Za? Bulu ketek?" timpal Dirga diselingi tawa diakhir kalimatnya.

𐂂𐂂

Holla Amigo!

Chapter ini cuma 500 kata doang:(

ptripnta09_

See u next chapter migo♥

The Zero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang