Chapter 11

13 4 0
                                    

~Yang terindah pasti bakal setia, dan yang setia nggak mungkin lepas berlian demi memungut kerikil dijalan~

- T h e   Z e r o -

.....✍

      Rindu berjalan santai memasuki kantin yang lumayan ramai. Gadis itu memesan Nasi goreng terlebih dahulu. Hanya tersisa satu tempat duduk yang belum berpenghuni. Setelah menerima pesanannya, buru-buru ia berjalan dengan cepat agar tidak didahului oleh orang lain.

"Rindu?" panggil Jeje yang melihat Rindu akan melewati tempat duduknya.

"Apa? Lo kangen?!" ketus Rindu. Gadis itu berhenti sembari menatap Jeje.

Jeje mendengus sebal, "Galak amat."

Rindu tidak menggubris perkataan Jeje. Gadis itu ingin melangkahkan kakinya kembali menuju tempat duduk dipojok sana, namun niatnya diurungkan saat melihat tempat itu sudah berpenghuni.

"Yah ... tempatnya diambil orang,"

Rindu menatap Jeje. "Ini semua gara-gara lo! Terus gue duduk dimana?!"

"Eh betina! Tuh kursi dekat Gura kosong, duduk aja disitu!" Kata Jeje yang sudah lelah mendengar ocehan sang mantan.

Rindu yang mendengar itu langsung saja menuju kursi yang dimaksud oleh Jeje. Ia menghentakkan piring berisi nasi goreng keatas meja sembari mendudukkan bokongnya dikursi. Gadis itu menyantap makanannya tanpa memperdulikan mereka yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Rin, siapa mantan terindah lo?" tanya Ogi tiba-tiba, lalu melirik Jeje sekilas.

"Uhuk uhuk ...." Rindu terbatuk kala mendengar pertanyaan Ogi.

Gura yang berada disamping Rindu refleks menyodorkan jus miliknya kepada gadis itu. Rindu meminummnya hingga tersisa sedikit. Tenggorokannya membaik setelah meminum jus yang diberikan oleh Gura.

"Makasih," ucap Rindu yang dibalas anggukan oleh Gura.

Rindu menatap Ogi, "Yang terindah pasti bakal setia, dan yang setia nggak mungkin buang berlian demi pungut kerikil dijalan." Jawab Rindu, lalu kembali melanjutkan makannya.

Ogi dan Gura yang mendengar perkataan Rindu seketika tertawa. Ditambah lagi saat melihat ekspresi Jeje yang lucu menurutnya. Ekspresi murung yang membuat mereka semakin tertawa

"Maksud lo gue krikilnya?" ucap seseorang tiba-tiba.

Mereka semua menatap orang itu yang tak lain adalah Gia, pacar Jeje. Gia tampak kesal saat Rindu mengibaratkan dirinya seperti  kerikil. Jeje merasa sebentar lagi akan ada pertikaian kecil antara sang pacar dan mantan pacarnya.

Rindu bangkit, lalu mengulurkan tangannya. "Hai kenalin, gue mantanya."

"Oh mantanya? Kenalin, gue pacarnya." Ucap Gia penuh penekanan. Gadis itu tersenyum sinis, lalu menerima uluran tangan Rindu.

"Pfftttt...."

"HASIL NIKUNG AJA BANGGA!" setelah berucap demikian, Rindu berlalu dari sana, meninggalkan Gia dengan wajah memerah menahan emosi. Sedangkan Gura dan Ogi berusaha menahan tawanya.

***
Mereka bertiga berjalan dikoridor yang cukup ramai. Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, pertanda bahwa mereka harus pulang sekarang. Mereka bergegas menuju parkiran untuk mengambil kendaraan masing-masing.

"Ogi!" panggil seseorang.

Merasa dipanggil, Ogi menoleh kebelakang. Disana terdapat Sela yang berlari kearahnya. Rasanya ia sangat merindukan gadis itu, namun rasa kecewa mengubah segalanya.

"Gi, yuk bicara baik-baik," ucap Sela menghampiri Ogi dan teman-temannya.

Ogi hanya terdiam saja sembari menatap jam yang berada dipergelangan tangan miliknya. Cowok itu terlihat santai tanpa beban, entah sudah berhasil melupakan, atau sekedar berpura-pura melupakan.

"Pacaran sama siapa, jalan sama siapa." Timpal Jeje tanpa beban.

Sela yang merasa tersinggung langsung saja angkat bicara, "Lo nyinggung gue?"

"Lo kesinggung?" bukannya menjawab, Jeje malah kembali bertanya dan itu membuat Sela geram. Gadis itu tidak menanggapi perkataan Jeje, ia lebih memilih menatap Ogi yang tidak menatapnya.

"Ogi?" panggil Sela dengan suara rendah.

Ogi menatap Sela, "Kenapa lo ngehianatin gue?"

"Karna lo selalu nggak punya waktu buat gue," jelas Sela.

"Seharusnya lo protes dan kita bicarain baik-baik, bukannya selingkuh. Gue anggap alasan lo sebagai sinonim dari kata bosan," balas Jeje.

"Bye." Lanjutnya, lalu mengacak rambut Sela sebelum ia berlalu dari sana. Jangan lupakan senyum manis yang menghiasi bibirnya.

Walau bagaimanapun Ogi pernah menyayangi gadis itu. Semuanya dimulai dengan baik dan harus diakhiri dengan baik pula. Ia selalu berdoa agar diberi yang terbaik, mungkin Sela bukan yang terbaik baginya, begitu pula mungkin ia bukan yang terbaik bagi Sela. Biarlah semua berjalan semestinya.

𐂂𐂂

Holla Amigo!

Gimana-gimana?

Jangan lupa vote dan spam comment:)

ptripnta09_

See u next chapter migo♥

The Zero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang