~Jangan anggap gue teman, kalau sedotan gue aja lo balik~
- T h e Z e r o -
.....✍
Hari ini Rindu memilih untuk bolos pada jam pertama. Awalnya gadis itu terlambat dan memilih memanjat pagar belakang sekolah karena pagar utama sudah tertutup. Untuk menghindari anak osis, akhirnya ia memilih untuk ke rooftop.
Sesampainya di rooftop Rindu membungkuk dan memegang kedua lututnya untuk menetralkan napasnya yang tak karuan. Gadis itu mendongak hingga tatapanya bertemu dengan tatapan seseorang. Rindu menarik napas lalu menghembuskannya perlahan.
"Hai," sapa Rindu dengan cengiran sembari melambaikan tangan, lalu menghampirinya.
Cowok itu hanya menatap Rindu datar. Seketika atmosfer berubah. Rindu merasa gugup sekarang, namun ia menutupinya sebaik mungkin.
"Lo nggak usah khawatir, gue juga beli daleman masi pake duit orang tua kok," Rindu memukul pelan bahu cowok itu sembari tertawa kecil.
Cowok itu yang tak lain adalah Dito hanya menatap datar kearah Rindu sembari menaikkan sebelah alisnya. Rindu menelan air liurnya susah payah. Disana hanya ada mereka berdua dan itu membuatnya sedikit khawatir.
"Terus?"
"Yaa ... lo nggak ada niatan mau balas dendam kan soal kemarin?" terang Rindu.
Dito tersenyum miring, lalu melangkah mendekati Rindu. "Kayaknya ada."
"Ma-mau ngapain lo?" gadis itu memundurkan langkahnya dengan mata yang membulat sempurna.
"Menurut lo?" Dito terus melangkah mendekati Rindu dengan senyum sinis yang terlihat menakutkan di mata Rindu.
"Ja-jangan ngadi-ngadi lo yah ... lo pikir sifilis, HIV, gonore itu nggak bahaya!" geram Rindu.
Dito menghentikan langkahnya. "Emang gue mau ngapain?"
"Ya-yah, emang lo mau ngapain?" bukannya menjawab Rindu malah kembali bertanya.
"Ck! Dasar anak IPA."
"Selain bar-bar ternyata lo juga mesum ya?" lanjutnya.
Rindu mendengus sebal. "Enak aja, gue kan cuman nyebutin nama penyakit!"
"Penyakit yang lo sebutin tadi penyakit apa?" tanya Dito menantang.
"Penyakit menular!" jawab Rindu sembari bersedekap dada.
Dito tersenyum sinis. "Menular melalui apa?"
Rindu gelalapan. "Ko-kontak seksual,"
"Nah, fix lo mesum." sanggah cowok itu.
"Gue tandain muka lo yah!" sarkas Rindu dengan telunjuk yang mengarah kewajah Dito, lalu meninggalkan tempat itu.
***
Cowok itu berdiri didepan stand makanan. Disampingnya terdapat siswi yang juga memesan makanan. Ia memasukkan tangganya kedalam saku celana dan mulai memesan.
"Saya pesan air mineral satu sama jus jeruk dua ... cemilannya kentang goreng aja," kata Jeje dan tersenyum kepada lawan bicaranya. Sontak siswi yang juga memesan makanan melirik Jeje yang berada disampingnya. Ia gelalapan dan bergerak tidak nyaman.
"Minuman kaleng aja, Mbak." Ucap siswi itu yang tak lain adalah Rindu, lalu menyodorkan satu lembar uang dari saku bajunya. Jeje pun meliriknya, namun detik selanjutnya gadis itu berlalu dari sana dengan langkah cepat.
"KEMBALIANNYA!" teriak sang penjual agar Rindu yang mulai menjauh dapat mendengarnya.
"AMBIL AJA!" balas Rindu sembari menoleh tanpa menghentikan langkahnya. Jeje tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah gadis itu.
"Ada-ada saja," gumam sang penjual, lalu memberikan pesanan Jeje yang diterima langsung oleh cowok itu. Ia meninggalkan stand makanan setelah berterima kasih dan membayar makanannya.
Ketiga laki-laki itu menikmati makanan yang tersaji diatas meja. Kantin yang tidak begitu ramai membuat suasana terasa tenang dan nyaman. Ogi yang hanya memesan air mineral tergiur oleh jus jeruk milik Gura dan Jeje. Perlahan namun pasti, Ogi meraih salah satu jus mereka dan hendak untuk membalik sedotannya.
"Jangan anggap gue teman kalau sedotan gue aja lo balik." ucap Gura santai.
Dengan wajah pasrah, Ogi langsung saja meminum jus jeruk dari sedotan bekas Gura tanpa membaliknya terlebih dahulu. Rasanya tenggorokan kian membaik setelah cairan dingin itu melalui tenggorokannya.
"Ahhh..." Gura dan Jeje yang melihat itu hanya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya.
"Pulang sekolah kita beli bahan-bahan buat kerja kelompok." ucap Gura yang diangguki oleh kedua temannya.
***
Pulang sekolah Rindu memilih untuk mampir ke toko yang menjual berbagai alat tulis. Gadis itu ingin membeli beberapa alat tulis yang ia butuhkan. Ditempat itu tidak begitu ramai, namun tak sedikit pula orang yang mengantri untuk foto copy dan sebagainya.
Setelah mengambil semua yang ia butuhkan, kini Rindu berjalan kekasir untuk membayar belanjaannya. Sesuai ia membayar dan mengucapkan terima kasih, gadis itu berniat pergi, namun ada sesuatu yang mengurungkan niatnya.
"Pak, saya mau beli kertas poligami." ucap Gura yang baru saja memasuki toko.
Rindu yang mendengar itu seketika saling bertatap mata dengan penjaga toko. Selanjutnya mereka tertawa hingga membuat beberapa pengunjung toko menatap mereka aneh, serta Gura yang merasa kebingungan.
"Emang ada kertas yang bisa dimadu, Mas?" sahut penjaga toko disela-sela tawanya. Perkataan itu semakin membuat Rindu tertawa, Sedangkan Gura hanya menggaruk pelipisnya yang tidak gatal
Rindu memegangi perutnya yang sakit karena tertawa, lalu berkata, "Kasi dia kertas Origami, Pak."
'Astaga' batin Gura.
Setelah tawa gadis itu meredah, ia menetralkan pernapasannya yang tidak teratur karena tertawa. Kemudian ia menatap Gura yang juga menatapnya. Dapat ia lihat wajah cowok itu yang memerah menahan malu.
Gadis itu menepuk pundak Gura, lalu berucap, "Gue duluan ... poligami."
Gadis itu berlalu setelah berucap demikian. Ia kembali tertawa saat melihat ekspresi Gura yang menurutnya sangat lucu.
𐂂𐂂
Holla Amigo!
Gimana-gimana?
Jangan lupa vote and spam comment yah:)
Btw jadwal update setiap hari minggu ✔︎
See u next chapter migo♥
KAMU SEDANG MEMBACA
The Zero
Teen Fiction⚠︎ UPDATE SETIAP HARI MINGGU ⚠︎ "Umm ... gue, Rindu," "Tapi gue nggak rindu." Balas Gura cuek. 'Sabar' gadis itu membatin sembari menghembuskan nafas kasar. "Nama gue Rindu." Jelasnya. "Oh." Ucap Gura singkat. Sebenarnya ia merasa malu, namun deng...