~Baper itu kebodohan wanita~
- T h e Z e r o -
.....✍
Hari ini adalah hari libur. Dirga memiliki waktu luang sekitar tiga jam sebelum kembali bekerja. Pria itu mengajak Rindu dan Eza untuk berjalan-jalan disalah satu mall besar yang ada dikotanya.
Untuk menjaga hubungan dengan kedua anaknya, Dirga harus memanfaatkan waktu luang seperti saat ini. Ia harus pandai-pandai dalam membagi waktu. Ada saatnya ia menjadi seorang ayah, ibu dan seorang dokter.
"Tumben hari libur gue nggak jadi babu." Ucap Rindu merasa senang.
Dirga menggelengkan kepala sembari tersenyum mendengar perkataan sang putri. Harusnya sekarang mereka melakukan kerja bakti dirumah.
"Dirga?" sapa seorang wanita.
Dirga menunjuk wanita itu seraya berkata, "Jessie?"
"Jessie, kan?" ulang Dirga.
"Iya aku Jessie."
"Wah udah lama nggak ketemu, ya? Bagai mana kabar kamu?" tanya Dirga basa basi.
"Baik, kalau kamu?" balas Jessie.
"Baik juga,"
"Kenalin mereka anak-anak aku," ucap Dirga.
Rindu tersenyum sembari mengulurkan tangannya. "Halo tante Jessie, aku Rindu,"
"Halo Rindu," balas Jessie seraya menerima uluran tangan Rindu.
"Eza," ucap Eza dan menjabat tangan Jessie dengan sopan.
Jessie tersenyum. "Wahh, kalian mirip banget sama Jaksa Emy."
"Kan anaknya tante," timpal Rindu.
"Nih, kalian boleh beli apa aja, Papa mau ngobrol bentar sama tante Jessie," ucap Dirga seraya memberikan kartu kredit ke Rindu.
"Beneran?" tanya Rindu tidak percaya.
"Iya, sana."
Rindu dan Eza berlalu dari sana dengan mata yang berbinar. Ini merupakan hal langkah yang tidak boleh disia-siakan. Entah ayahnya terkena angin apa hingga membiarkan mereka membeli apa saja.
"Jangan lupa habisin uang papa!" teriak Dirga agar Rindu dan Eza yang mulai menjauh dapat mendengarnya. Yang dibalas acungan jempol oleh Rindu dan Eza.
"Wah sepertinya kamu papa yang asik, ya?" timpal Jessie.
Dirga tertawa. "Biasa aja."
Dengan senang hati Rindu dan Eza memasuki toko satu persatu. Membeli barang-barang yang sudah menjadi incaran mereka sejak lama.
"Papa kesambet apa ya, Za?" ucap Rindu diselah-selah langkahnya.
"Kesambet setan royal kali." Jawab Eza melantur.
"Ngadi-ngadi lo."
Setelah puas berbelanja dan membeli sesuatu yang mereka inginkan. Rindu dan Eza memilih pulang karena sang Ayah sudah menunggunya diparkiran. Dari kejauhan Dirga memperlihatkan raut wajah yang tidak bersahabat.
Pria paruh baya itu memijat keningnya melihat barang-barang yang dibeli kedua anaknya. Bagai mana tidak, semua barang itu merupakan brand ternama dengan harga yang cukup mencegangkan.
"Kalian mau peras Papa?" tanya Dirga sembari menjalankan mobilnya meninggalkan parkiran mall.
"Kan Papa yang nyuruh," jawab Eza.
"Tadi tuh Papa cuma sok aja didepan Jessie karna dia itu mantan Papa." jelas Dirga yang membuat Rindu dan Eza saling bertatapan.
Setelahnya mereka tertawa. "Jadi tadi Papa cuma pencitraan doang?" tanya Rindu diirinngi gelak tawa.
"Pokoknya uang jajan kalian papa potong!" final Dirga. Seketika tawa kedua anaknya terhenti digantikan oleh helaan nafas pasrah.
***
Rindu berlari sepanjang koridor sembari terus memperhatikan jam tangan putih yang melingkar dipergelangan tangan miliknya. Sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Sebelum itu terjadi, ia harus kekelasnya terlebih dahulu.
Kring!
"Aduh," geram Rindu dengan terus berlari.
Setelah meletakkan tas miliknya dikelas, buru-buru ia berjalan menuju lapangan upacara yang mulai ramai. Gadis itu terus melangkahkan kakinya dengan cepat disepanjang koridor.
"YANG TIDAK MEMILIKI ATRIBUT LENGKAP, SILAHKAN MEMBUAT BARISAN SENDIRI DISEBELAH SANA!" ucap Ketus Osis.
Rindu yang sudah mulai dekat dengan barisan kelasnya sontak meraba kepalanya yang tidak tertutup apa-apa. Gadis itu mendengus kesal, sebab ia melupakan topi yang berada dimeja belajarnya.
"Yah, lupa...."
Pasrah, itulah yang dilakukan Rindu. Dengan langkah gontai gadis itu berjalan menuju barisan Siswa-siswi yang tidak memiliki atribut lengkap, Namun langkahnya terhenti saat merasakan sesuatu menyentuh kepalanya. Ternyata sebuah topi. Rindu menatap punggung seseorang yang baru saja melewatinya. Cowok itu melangkah menuju barisan yang diinstruksikan oleh ketua Osis beberapa menit yang lalu.
"Gura?" gumam Rindu.
"Gani tangkep!" teriak Rindu sembari melempar topi itu kearah Gani.
Gadis itu berlari. "Jangan lupa dibalikin!"
Rindu berlari menyusul Gura. Dapat ia lihat cowok itu berdiri dibarisan paling belakang. Dengan cepat Rindu melangkah menuju barisan yang sama. Upacara akan segera dimulai, semua ketua kelas sibuk merapikan barisan masing-masing.
"Hai?" sapa Rindu yang berdiri disamping Gura dengan posisi istirahat ditempat.
Sontak Gura melirik kesamping, "Kenapa lo disini?"
"Mau aja," jawabnya.
"Topi gue mana?" tanya Gura yang merasa bingung.
"Gue pinjamin ke orang," jawab Rindu santai.
"Ck! Udah dibantuin juga." Cowok itu menghembuskan nafas kasar.
Rindu tersenyum. "Kenapa lo bantuin gue?"
Gura tidak menjawab. Cowok itu fokus menatap kedepan. Sedangkan Rindu hanya tersenyum sejak tadi, hingga beberapa siswa-siswi menatapnya aneh. Gura yang menyadari itu melirik Rindu yang tidak berhenti tersenyum.
"Jangan baper." Ucap Gura.
Rindu melirik Gura. "Emang kenapa?"
"Baper itu kebodohan wanita."
𐂂𐂂
Holla Amigo!
Duh maaf baru update sekarang hehe
Jangan lupa vote and comment:)
See u next chapter migo♥
KAMU SEDANG MEMBACA
The Zero
Teen Fiction⚠︎ UPDATE SETIAP HARI MINGGU ⚠︎ "Umm ... gue, Rindu," "Tapi gue nggak rindu." Balas Gura cuek. 'Sabar' gadis itu membatin sembari menghembuskan nafas kasar. "Nama gue Rindu." Jelasnya. "Oh." Ucap Gura singkat. Sebenarnya ia merasa malu, namun deng...