SELASA,NOVEMBER,2011
"Seep..kaseep sarapan dulu,ini ibu sudah buatkan nasi goreng."seperti biasa suara yang aku dengar pertama kali disaat pagi adalah.. suara ibu kosku. Beliau sangat baik,perawakanya sedikit gemuk berambut pendek sebahu. Orang-orang sini memanggilnya Bu Nunung bukan Nunung pelawak tetapi agak mirip sedikit.
"Iya bu."aku menjawab singkat.
"Duduk sini sama Ridwan makan bareng." beliau menyeret kursi dan menyuruhku duduk.
"Pagi bang,gimana trainingnya?lancar kah?"Ridwan adalah anak semata wayang Bu Nunung,duduk dikelas dua sekolah kejuruan,tetapi wajahnya terlihat lebih tua dariku,dilihat dari sudut manapun. Apa dia sengaja tidak naik kelas,biar bisa sekolah terus nggak usah pusing nyari-nyari kerja seperti diriku ini. Atau mungkin ini hanya perasaanku saja yang terlalu berlebihan.
"Oh iya lancar,ya namanya juga lagi training,ada-ada saja perintah dari para trainer yang aneh-aneh."
"Aneh bagaimana bang?tapi nggak disuruh ngledakin bulan pake petasan kan,?atau disuruh ngebuktiin bahwa dibulan ada kelincinya?atau.."ridwan tak henti-hentinya mengoceh dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan anehnya.
"Sudah..sudah..ayo kasep dimakan nasi gorengnya."Bu Nunung menyela pertanyaan Ridwan,ah beruntungnya diriku.
"Anu Bu..nama saya bukan asep,nama saya ditra." aku menyuap nasi goreng dengan perlahan,bu nunung hanya tersenyum menanggapi.
Jam di ponsel kecilku menunjukan pukul 06:30,masih ada setengah jam waktu luang sebelum berangkat ke tempat training. Aku mengambil sebatang rokok,menyulutnya dan mulai menghisapnya pelan. Ponsel disaku celanaku bergetar,
Triit..triit..
"Pagi sayang,semangat yah kerjanya,inget jangan sampai kecantol perempuan lain disitu." mba pacar sms,aku membalas dan menyarankan mba pacar untuk bersemedi dipuncak gunung,sampai lumutan,agar tidak mudah teracuni pikiran negatif.
"Hai mas-mas yang suka nolongin aku." suara dari depan kosan membuatku sedikit tergeragap. Mataku langsung mencari sumber suara,dan tervisualkan oleh retina mataku perempuan berambut kuncir kuda dan pastinya..berponi.
"Eh..hai ai." aku melempar senyum,kubuat-buat agar terlihat manis.
"Kamu ngekos?"matanya mengarah kesegala arah,dan kembali mengarah ditempat aku berdiri.
"Iya dimess penuh sesak,terlalu berisik." dari perusahaan memang menyediakan mess untuk karyawan yang jauh dari rumah.
"Oh..aku duluan yah dadah." ai melambaikan tanganya dan berlalu bersama kaawan-kawan perempuanya,mereka semua satu ruangan dan statusnya sama,training.
***
Triiit..triit
"Lagi dimana bro?" teman sekelasku sms,aku tak langsung membalasnya.
Sore selepas training selesai aku duduk diteras kosan,menikmati sore yang indah setelah hujan mengguyur bumi yang kutinggali saat ini. Kulihat ridwan pulang sekolah dengan baju basah kuyup,tergesa membuka pagar dan memarkir sepeda motornya dipojokan rumah. Tidak seperti biasanya dia pulang dengan lemas dan lesu. Dia menjatuhkan tubuhnya didepanku,berselonjor kaki dan tak mempedulikan tubuhnya yang basah.
"Masuk dulu nanti kamu masuk angin." dia memandangku dengan tatapan seperti seekor kucing yang sedang gundah.
"Bang bagi rokok dong."sambil melempar tas kekursi didepanya.
"Emang kamu ngerokok wan?" aku menyodorkan bungkusan rokok kepadanya.
"Iya kalau lagi pengen aja bang."
"Kamu kenapa?tumben nggak cengengesan seperti biasanya?" dia tak menjawab pertanyaanku dan mulai menghisap pelan rokok disela jarinya.
"Bang pacarku selingkuh,dan dia lebih memilih si cowo bangsat itu." wajahnya berubah masam.
"Kenapa selingkuh?"
"Ya nggak tau aku bang."
"Gini,perempuan berselingkuh karena dua hal,pertama dia memang suka selingkuh,kedua dia lagi pengen selingkuh." aku menjentikan rokok yang tinggal busanya dengan bara yang masih menyala,ridwan hanya plonga plongo mendengar jawabanku.
"Kok bisa gitu bang?"
"Iya bisa laah."
"Kenapa bisa?"
"Iya karena semua manusia mempunyai perasaan,otak,mata dan telinga." aku kembali menyulut sebatang rokok dan meminum kopi disampingku sampai habis.
"Jangan gitu lah bang,aku nggak ngerti sumpah."
"Kalau kamu pengin selingkuh silahkan saja,dan ketika cewekmu juga selingkuh ya itu haknya,karena dia punya perasaan yang bisa berubah dengan cepat,otak untuk memilih,mata untuk melihat yang lebih ganteng dari kamu,dan telinga yang selalu mendengar kata rayuan dari kompetitormu." aku tertawa dalam hati melihat si ridwan bingung dan gagal mencena perkataanku.
"Apa itu kompetitor bang?"
"Saingan. Jadikan percintaan itu kaya kamu sedang berbisnis."
"Maksudnya bang?"
"Kamu bisa barter cewekmu dengan cewek temanmu,agak kejam sih kedengaranya,kamu bisa jual cintamu kesemua cewek didunia ini,kalau ceweknya minat kalau nggak minat ya jangan maksa,nah kita percaya saja sama jargon kalau jodoh tak akan kemana."ridwan hanya mangut-mangut,entah paham atau tidak.
"Ternyata abang gila juga yah."
Ternyata dia bisa mencerna kata-kataku dengan menganggapku gila.
"Bukan gila,itu proses sebuah...."
Ponselku berbunyi terus menerus
"Sebentar..." aku mengambil ponsel disaku celanaku,dilayar tertulis delapan pesan baru.
Aku baca satu persatu dari mba pacar sampai nomor baru yang belum ada nama kontaknya.
"Kamu nggak maen kemess?maen dong aku pengen ngobrol. By Ai." ada perasaan aneh hinggap ketika membaca pesan itu.
"Nanti habis maghrib aku kesitu."send.
Ridwan masih mlongo menanti lanjutan kalimat yang terpotong tadi.
"Yaudah wan udah maghrib sana mandi."
"Kan belum selesai bang tadi."
"Sudah nanti saja lanjutnya,oh iya nanti habis maghrib aku minjem motor kamu yah."
"Iya bang pake aja,aku lagi gak mau kemana-mana."
"Sampai nanti ketemu habis maghrib ai," kataku dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tak Tersampaikan - kisah romansa generasi Y
RomanceIni hanya tentang ingatan yang mengingat segala kenangan.