HARI KE EMPAT

6 3 1
                                    

Kamis, November 2011

Sore selepas materi kelas bubar, aku memutuskan mampir kewarung kopi yang dekat dengan training center, sebenarnya aku bisa saja pulang kekosan dan membuat kopi sendiri.
Apalah daya kali ini rasa kantuku sudah sangat tak tertahankan, kemarin malam kantuk tak kunjung menyambangiku ditambah mba pacar yang tiba-tiba mengamuk tak terkendali, membuatku sama sekali tidak bisa memejamkan mata, mungkin sekitar sebelum subuh aku baru bisa terlena diatas peraduan.
Terkadang aku berpikir tentang perasaan dan intuisi seorang perempuan, kenapa bisa tajam dan prediksinya bisa tepat. Seperti mba pacarku, entah kenapa sekarang sering mengamuk, ngambek, menjadi super saiyan, dan aku dengan sangat telak terkena kamehamenya, ketika aku tanyakan alasan kenapa akhir-akhir ini sering over thinking terhadapku, dan jawabanya berhubungan dengan mimpinya, bahwa ada seorang perempuan yang mencoba merebutku dari dirinya. Dengan serta merta mba pacar langsung mempercayai mimpi tersebut sebagai pertanda.
Aku berkali-kali menjelaskan, bahwa mimpi ya mimpi, kenyataan ya kenyataan, tetap saja malahan aku yang disalahkan dan memang sedang mencoba untuk menyelingkuhinya.
Ahsudahlah, saat ini memang aku sedang dekat dengan perempuan lain, tetapi hanya sekedar dekat saja, dan sungguh mimpi mba pacar bisa dibilang sinkron dengan apa yang terjadi saat ini.
Anehkan?
Sesampainya di warung, aku memesan segelas kopi dan membawa berbagai macam bentuk gorengan, aku duduk dibangku santai disamping warung yang langsung menghadap kearah jalan raya. Sembari menikmati kopi tak lupa sigaret selalu setia menemaniku dengan asap kebahagiaanya.
Triit..triiit..
Sms masuk keponselku.
"Dit kamu dimana? udah pulang?"
Dari ai,aku tak langsung membalasnya.
Aku meminum kopi dengan perlahan, sms dari ai kembali masuk.
"Ditraa..kamu marah sama aku?"
Triiit..triit..
"Ayoo bales dong dit."
Triit..triit..
"Ditraa.."
Triitt..triiit..
"Kamu marah?"
Pemberondongan sms sangat sering terjadi saat ini, dikarenakan sudah semakin murahnya harga pulsa, dan gratis sms dari operator yang melimpah, dan yang paling nekat gratis sms nyampe tiga belas kali puasa tiga belas kali lebaran! coba bayangkan.!
Emang ada?
Iya aku cuma nyuruh bayangin aja kan? aku berdebat dengan diriku sendiri.
"Aku lagi diwarung.. lagi ngopi, kamu mau ikut ngopi?" send.
Triit..triit..
"Iyaa mau.. dimana sih?"
"Diseberang jalan training center."send
Triit..triit..
"Aku kesitu sekarang,tungguin yah."
Aku menjamah sebuah bala-bala didepanku dan mengunyahnya perlahan,entahlah saat ini perasaanku bergejolak. Ada perasaan aneh merangsek kedalam hati, tidak tahu kenapa perasaan senang dan nyaman aja kalau sedang bersamanya, seorang perempuan yang sebentar lagi akan kulihat, akan kutebak sekarang, ia akan menguncir kuda rambutnya, bibir yang hanya dipoles lipsglow, dari kejauhan ia akan melempar senyum lalu berjalan cepat kearahku.
"Nglamunin aku yah." tiba-tiba ai sudah berdiri disampingku, seperti dugaanku tadi, rambutnya dikuncir kuda, bibir hanya dipoles lipsglow, memakai celana jins hitam dan kaos warna hijau muda. Aku sedikit terpana melihatnya memakai pakaian selain rok hitam dan baju warna putih, makin cantik.
"Heeeiii.." ai melambai-lambaikan telapak tanganya didepan wajahku.
"Kamu cantik banget,kaya Avril Lavigne."
"Iiihhh..gombalnya disimpen buat cewe kamu aja." ai duduk disampingku, agak sedikit berjarak karena kursi yang memang diperuntukan untuk satu orang bukan kursi panjang atau kursi pengantin yang memang muat untuk duduk berdua.
"Eh.. apa?cewe aku?" aku melempar tanya dengan nada sedikit kaget. Didalam hati aku sudah bertanya-tanya kenapa, kenapa, kenapa, padahal disini tidak ada yang tahu kalau aku sudah mempunyai mba pacar. Tak ada teman sekampung, tetangga, atau pak rt ditempat mba pacar yang sudah hafal denganku karena keseringan bolak-balik ngapel saban hari.
"Iya cowo kaya kamu mana mungkin belum punya pacar."
"Oh.. gitu, kirain.." aku tak melanjutkan kalimatku, syukurlah ternyata ai hanya asal jawab saja. Ai mengambil kopi didepanku,dan langsung meminumnya.
"Diihh..kopi siapa diminum."
"Kopi kamu kan?"sembari tersenyum.
Saat ini dan tumben perasaan bersalah ke mba pacar muncul. Perasaan bersalahku muncul begitu saja tetapi hanya sesaat kemudian dengan cepat menghilang ketika aku melihat perempuan yang duduk disebelahku ini . Kulihat ai masih memegang gelas kopi yang isinya tinggal separuh, dan ah.. kenapa aku bertemu dengan perempuan berambut kuncir kuda itu sih, kenapa aku nggak ketemu perempuan amazon atau perempuan zombie, jadinya aku nggak akan mau deket-deket dan tidak akan mungkin sedekat ini denganku, bahkan sangat dekat karena ia sedang berada disampingku sekarang. Dimulai sejak aku menawarkan bantuan menyeberang jalan raya, meminjami bolpoin, makan barengan pake satu piring, entah hal apa lagi yang akan terjadi esok sampai nanti aku dan ai akan terpisah jarak, itu pasti.
"Ko diiiem?" ai mencubit pipiku pake gunting taman, nggak ding bercanda.
"Takutnya nanti aku salah ngomong."
"Mmm.. iya maaf ya dit,soal kemaren, kamu marah sama aku?"
Belum sempat aku menjawab pertanyaan ai, ponselku berbunyi dan tertera dilayar nama mba pacar, sengaja aku tidak mengangkat panggilan telfon dari mba pacar.
"Kenapa nggak diangkat dit?enggak penting yah?" ai tersenyum kecil.
"Ini penting sih, tapi enggak sekarang." aku menatap lekat matanya.
Ai menundukan kepala, seperti biasa menatap kakinya sendiri yang sedang memainkan sandal yang dipakainya.
"Kamu nggak nanya kenapa kemaren aku tiba-tiba marah dit,?"
"Enggak,kan itu urusan kamu."
"Ooh.. mmm..padahal aku pengin kamu nanyain itu loh dit."
Perempuan ini memang susah ditebak jalan pikiranya, seperti labirin yang menuntut seseorang yang berjalan didalamnya untuk bisa bersabar.
"Gitu yah? paling kamu lagi ada masalah sama pacar kamu mungkin?"
Ai kembali meminum kopi yang tinggal sedikit isinya, sama sekali tak mempedulikan pertanyaanku, aku hanya bisa menggaruk-garuk kepalaku, begitulah perempuan penuh dengan misteri seperti lautan yang dalam.
"Kamu mau aja sih minum dari gelas bekas aku?"
"Emang kenapa?trus siapa bilang aku sudah punya pacar?"
Dan sekarang ia membantah pertanyaanku yang tak dijawabnya, aku hanya menghela nafas panjang.
"Iya cewe kaya kamu mana mungkin belum punya pacar."aku menjiplak kata-kata ai.
Ai hanya diam saja, aku mengobrak-abrik poni didahinya  tumben dia tidak mengamuk, hanya memandangku sesaat lalu merapikan kembali tatanan poninya.
"Tumben kamu nggak marah sih?"
Ai hanya tersenyum kecil menanggapi pertanyaanku.
"Yaudah aku pesen kopi lagi yah?"
"He..eh"
Aku memesan kopi ke ibu warung, dan kembali duduk disampingnya.
"Kamu kenapa sih?"
Ai masih diam saja, tak lama bulir-bulir air mata muncul dari pojok-pojok kelopak matanya, semakin lama semakin terdengar suara isaknya, aku sengaja membiarkan ai menangis. Biarlah semua kesahnya ikut terbawa hilang bersama air matanya. Sampai ibu warung muncul mengantar pesananku dan melihat ai sedang menangis, spontan si ibu langsung menceramahi diriku.
"Itu pacarnya diapaiinn, sampe nangis begitu mas?ibu bilangin yah, jangan suka menyakiti perasaan perempuan, nanti kena KARMA." saat mengucap kata karma, suara si ibu sampai menggaung disertai suara angin puting beliung dan suara petir yang saling bersahutan.
"Buu.. bukan saya bu, ini temen saya, kayanya lagi pengin nangis aja sih bu, soalnya dia mau ikut casting sinetron televisi." Aku menjawab secara serampangan.
"Ooooohh gituuu, bener begitu mbak?" si ibu mengarahkan pertanyaan kepada perempuan yang duduk disebelahku.
Ai mengusap air matanya lalu tersenyum, mengganggukan kepalanya tanda mengiyakan.
Setelah puas meyakinkan dirinya, si ibu kembali kebelakang.
"Kamu kenapa sih ai rifahmi?"
"Lagian kamu jahat banget sih dit, tau aku lagi nangis, malah didiemin, ditenangin kek, apa kek, malah bilang aku lagi akting.!"
Dih dasar perempuan, aku hanya tersenyum kecil melihat ai yang telah berubah expresi wajahnya.
"Cieee sekarang udah bisa marah-marah lagiiii, tambah cantik tau kamu kalau lagi manyun-manyun gitu." aduuh aku keceplosan bilang ai cantik, tapi memang iya sih.
"Iiiihh.. nyebelin.!."
Aku mencolek pipinya, ai hanya diam, melirik, kemudian tersenyum.
"Aduuuuhh mimpi apa aku semalem, sore ini aku disenyumin bidadari yang lagi pengin curhat tapi malu ngomongnya." aku sengaja menggunakan kata yang agak menyindir. Ai kembali tersenyum lalu mencubit pipi kanan dan kiriku secara bersamaan.
"Makasih yah dit." ai memandangiku sembari tersenyum-senyum sendiri.
"Kok makasih? perasaan aku nggak ngasih apa-apa ke kamu? terus ngapain itu senyum-senyum kaya gitu?"
"Terserah aku dong, pokoknya makasih yah."
"Iya, tadi kenapa kamu nangis.?"
"Enggak papa kok, kan kamu yang bilang kalau aku cuma lagi pengin nangis aja."
Ai tiba-tiba saja memeluk lenganku, cukup erat, lalu menyenderkan kepalanya dibahuku. Aku diam saja, rambutnya beraroma seperti bunga pepaya.
"Dit.. nggak papa kan aku kaya gini kekamu.?"
"Dengan senang hati."
Ai tersenyum dan kembali menyandarkan kepalanya. Aku menikmati ini, sore, lalu lintas kendaraan, angin semilir, lalu lalang pembeli yang menatap kita berdua sebagai pemuda dan pemudi yang tak tahu malu, si ibu warung yang sedang membereskan gelas-gelas kopi, sigaret yang terselip dijariku, semuanya tampak baik, sangat baik.
"Padahal aku belum cerita apapun kekamu, langsung nangis aja didepan kamu, tapi nggak tahu kenapa aku bisa langsung ketawa lagi, seakan tadi yang nangis itu bukan aku, kayanya nyaman banget kalau aku lagi sama kamu, cowo paling aneh yang pernah kutemui."
Aku menghembuskan asap rokoku keatas, mendengarkan ai yang sedang bermonolog dan mencoba mencerna perkataanya.
"Ko terakhiranya nggak enak yah didengerin."
Ai melepaskan dekapanya, memandangku sesaat lalu mengambil gelas kopi didepanya dan meminumnya dengan perlahan.
"Aku pulang dulu yah, oh iya nanti malem aku telfon yah, mau kan?"
Aku hanya menganggukan kepala, sepertinya aku tidak bisa menolak permintaan perempuan ini.
"Hati-hati."
Ai tersenyum lalu beranjak dari duduknya berjalan menuju kearah trotoar, menyusurinya sampai aku tak lagi melihatnya.
Teruntuk mba pacar, aku minta maaf untuk kali ini, semoga aku diizinkan, hanya untuk kali ini saja, selama empat belas hari aku dekat dengan perempuan selain dirimu.

***

Semalam suntuk aku dan ai mengobrol, tentang apapun, sengaja aku suruh telfonnya agak maleman, biar mba pacarku tidur dulu. Suara tawanya yang renyah sering kudengar ketika aku menggunakan kata-kata aneh, bercerita tentang tutorial memelihara dinosaurus, ikan yang kubekuin didalam frezzer lemari es, berburu komet, dan ai dengan sangat antusias mengikuti. Tidak semua perempuan mau aku ajak berimajinasi, mereka bilang aku kekanak-kanakan. Tapi tidak ketika aku sedang bersama perempuan berkuncir kuda ini. Tak terasa malam telah mulai menjadi dini hari, aku menyuruh ai untuk lekas tidur.
"Byee ditra, sampai ketemu besok."
Tuut..tuut..tuut..
Yah, sampai ketemu besok, sampai nanti mungkin kita tidak akan pernah dipertemukan kembali.

Yang Tak Tersampaikan - kisah romansa generasi YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang