HARI KETUJUH

7 2 0
                                    

Minggu, November, 2011

Aku terbangun oleh mimpi yang agak buruk, sebuah meteor meledak menghancurkan atmosfer bumi, aku seketika terkena radiasi sinar UV dan menjadi seorang super hero yang sungguh tidak keren, Kecoa Man. Untung saja aku seketika terbangun mendapati aku menjadi seorang kecoa man.
Aku memeriksa ponselku, hanya ada sms dari mba pacar, Ai masih belum membalas sms dariku.
Ah bodo amat lah, aku kembali merobohkan tubuh ketempat tidur, mencoba kembali tidur tapi tak bisa. Aku hanya memandang langit-langit kamar yang sudah sedikit berubah warna sembari membayangkan Taylor Swift berada disampingku dan mengucapkan selamat pagi.
Tok..tok..tok..
Suara pintu kamarku diketuk, siapa gerangan sepagi ini sudah mengusik ketenanganku, Bu Nunung kah? enggak mungkin. Aku sudah hafal cara Bu Nunung membangunkanku, dengan memanggil nama asep dengan volume keras didepan pintu kamarku. Tidak mungkin Ridwan, dia pasti masih molor, terus siapa dong.?
Aku membuka pintu kamarku, seketika tercium wangi parfum yang sangat aku kenal.
"Ai..?!" aku sedikit salah tingkah, dengan kondisi seperti ini rambut acak-acakan, mungkin juga bekas jigong masih menempel disudut-sudut bibirku.
"Dasar keboo.. sana mandi."
Aku nyengir-nyengir tak karuan.
"Iya, kok kamu bisa masuk sih?"
"Iya kan dibukain pintu, tuh sama Bu Nunung." Ai menunjuk Bu Nunung yang sedang menyapu halaman.
"Yaudah, tungguin yah."
Aku menutup pintu, mengambil handuk, langsung menuju kamar mandi. Dikamar mandi aku mlongo terlebih dahulu, memikirkan perempuan tadi, yang sungguh aku sama sekali tidak bisa menebak jalan pikiranya.

Setelah selesai ritual penyegaran badan, Aku langsung menemui Ai yang sudah menunggu didepan.
"Nunggu lama yah?"
"Enggak kok." Ai menjawab tanpa menoleh kearahku.
"Marah yah?"
"Aku juga nggak tau, kenapa aku harus marah nggak jelas sama kamu.!"
Aku hanya diam, mencoba mencerna kata-kata Ai.
"Aku kesini mau ngabarin besok kita bertiga berangkat shift pagi semua."
"Iya.. makasih yah, tolong dong juteknya jangan lama-lama."
"Emang kenapa?"
"Nanti aku nggak dapat jatah senyum dari kamu."
"Iiih.. mulai gombalnya."
"Eh kamu dari mes? kenapa nggak sms aja sih?"
Bu Nunung keluar sambil membawa minuman hangat dan satu toples makanan ringan.
"Eh.. repot-repot sih bu." aku menggaruk-garuk kepalaku.
"Diminum yah, jangan lupa pacarnya disuruh minum juga seep."
"Eh.. iya bu."aku melirik kearah Ai, seperti biasa Ai selalu menundukan kepala ketika merasa sedih dan malu.
"Oh iya bu, nama saya Ditra bukan Asep masa ibu lupa terus sih."
Aku melihat Ai tersenyum kecil, si ibu kos tidak menjawab hanya melempar senyum kearahku dan Ai lalu kembali kedalam.
"Kenapa senyum-senyum?"
"Enggak papa kok, lucu aja."
"Lucu aku dipanggil Asep sama Bu Nunung?"
Ai tertawa lepas, terdengar suara ibu kos menawarkan sarapan untuk kami.
"Seep sudah pada sarapan belum?"
"Tuh kan.. Aseep lagi.. Aseep lagi, nggak usah bu nanti kita sarapan diluar." aku mengeraskan suara.
Ai kembali tertawa melihatku menggerutu.
"Bukan Asep bodoh.. ada huruf 'K' didepanya, Ka.. seeepp, itu artinya gagah atau ganteng." Ai menjelaskan kepadaku sembari tersenyum meledek.
"Gitu yah.. kamu beneran marah sama aku?" aku mengalihkan topik pembicaraan.
Ai tidak langsung menjawab, ia merapikan rambutnya lalu menatapku dengan tatapan lembut.
"Iya aku marah sama kamu, waktu pak trainer ngomong kamu sudah punya pacar dikampung., tapi setelah aku pikir-pikir, ngapain juga aku harus marah, kita juga nggak ada hubungan apapun selain hubungan pertemanan."
Aku sedikit terkejut mendengar jawaban Ai. Tidak seharusnya aku sejauh ini dekat denganya, sampai semua orang mengira bahwa kita berpacaran.
"Kamu tahu nggak, apa itu hubungan Platonik.?"
Ai hanya menggelengkan kepala.
"Itu imajinasimu atau memang ada Dit, apa tadi,, hubungan Platonik? kok namanya kaya temenya Mr Crab?"
Aku tersenyum kecil, aku ingin sekali mengatakan aku sangat menyayangimu, namun saat inipun masih ada perasaan bersalah yang bergelayutan tentang bagaimana perasaan Mba Pacar ketika nanti mengetahui aku melakukan penghianatan terhadapnya, walaupun sebenarnya mba pacar tidak akan pernah mengetahui.
"Itu Plankton bodoh, kalau ini Platonik, sebuah hubungan antara laki-laki dan perempuan yang didalamnya tidak ada rasa ketertarikan sama sekali, murni hanya sebatas pertemanan, tapi kayanya susah sih kita dikatakan menjalani sebuah hubungan Platonik, karena.. emmm.."
Hampir saja aku keceplosan ngomong, bahwa aku memang sayang sama dia.
"Karena apa? kok nggak dilanjutin?"
"Karenaa yaa.. emmm.. apa yah?"
Aku meminum teh yang disuguhkan Bu nunung, untuk melonggarkan tenggorokanku juga untuk sedikit menetralkan degup jantungku yang mulai tak beraturan.
"Kamu nggak risih semua temen-temen kita menganggap aku itu pacar kamu Dit?."
"Tidak sama sekali, aku malah seneng kok."
Kita berdua terdiam kali ini agak lama, aku menyuruh ai untuk meminum tehnya, sedangkan aku mulai membuka toples makanan kecil dan mulai melahapnya.
"Terus..??" Ai mendadak melempar pertanyaan.
"Terus..? terus apanya ai rifahmi?"
Braaakk..! Ai menaruh gelas minumnya dengan keras, sampai isinya keluar dan membasahi sekitaran meja.
Aku sangat terkejut Ai melakukan hal itu, dan mulai berteriak didepanku.
"Dasaarr cowo anehh, nggak pekaa..!! nyebeliiiinnn..!!!"
Ai beranjak dari duduknya dan langsung meninggalkanku dengan seribu tekukan diwajahnya.
Aku hanya bisa mlongo dan mangap, Bu Nunung terlihat keluar dengan tergopoh.
"Pacarmu kenapa seep?"
"Ngg.. nggak tau bu."
Ai terlihat berjalan dengan tangan mengepal, sebentar memandangku dengan tatapan sangar, lalu kembali berjalan keluar pagar rumah Bu Nunung.
Tak lama sebuah pesan masuk keponselku, dari Ai.

"MULAI SEKARANG KAMU NGGAK USAH KENAL SAMA AKU, AKU JUGA NGGAK MAU KENAL SAMA COWO JAHAT MACAM KAMU."

Dengan menggunakan huruf kapital, sebuah ekspresi kemarahan yang amat sangat, aku tahu ini akan terjadi, sangat tahu.

Yang Tak Tersampaikan - kisah romansa generasi YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang