Jumat, November, 2011
Selepas shift pagi aku dan Ai mengobrol didepan toko cukup lama, seperti sepasang kekasih yang sudah lama tak saling jumpa.
Aku akan selalu teringat apapun tentang Ai, cara tertawanya, cara bicaranya, cara tersenyumnya, suaranya, wangi tubuhnya, wangi rambutnya, telah otomatis tersimpan dialam bawah sadarku, yang suatu saat nanti akan muncul kembali kepermukaan, dan akan kembali basah dalam ingatan.
"Dit kamu bakalan kangen nggak sama aku?"
"Pasti, mungkin juga aku nggak bakalan bisa nglupain kamu."
"Terus,?"
"Aku punya cara sendiri."
"Caranya?"
Aku mengobrak-abrik poni yang bertengger didahinya. Ai hanya diam dan tersenyum masih dengan posisi menopang dagu.
" Ketika aku merindukan seseorang, itu adalah sebuah ketidakpastian.
Aku menulis kerinduan itu menjadi sebuah catatan, puisi, atau apapun.
Dan itu akan menjadi sebuah kepastian, ketika aku mnyelesaikan tulisan dan mulai membacanya."
"kamu cowo paling ribet yang pernah aku temuin."
"Dan kamu, mmm.."aku sengaja memotong kalimatku.
"Apa Ditraa.. sukanya gitu iih..."
Aku tertawa melihat Ai yang mulai memanyunkan bibirnya.
"Perempuan sepertimu sangat sulit tuk ditemukan."
Ai menatapku lembut, kemudian mengajaku pindah tempat.
"Dit kekosanku aja yuk?."
"Heh? Tumben ngajak aku kekosan kamu?"
"Tapi ngobrolnya didepan aja, nggak usah ikut-ikutan masuk kamunya."
Aku nyengir kuda.
"Yuk.."***
"Lama banget sih mandinya, hmmmm pamerr.. pameeerrr..." Aku melihat Ai muncul hanya menggunakan celana pendek serta kaos ketat berwarna putih bercorak bunga duduk disebelahku.
" Pamer apa sih Dit?"
"Pura-pura. tuh kamu pamer paha, kita disini cuma berdua bodoh, dan aku ini laki-laki normal Ai. sana ganti baju sama celananya."
Ai hanya nyengir-nyengir saja.
"Iya maaf, aku kedalam dulu yah."
Setelah beberapa menit Ai kembali keluar dan duduk disebelahku, kali ini Ai memakai celana agak panjang hanya sampai dibawah lutut dan sweater warna coklat.
"Kamu cantik banget sih."
"Nggak usah ngrayu, aku bukan tipe cewe yang gampang kamu rayu terus ujung-ujungnya kamu ajak aku masuk kedalam dan kamu mulai menutup pintunya, terus...."
"Berisik.." aku memotong kalimatnya.
Ai menatapku sembari menahan senyuman dibibirnya.
"Semesum itukah mukaku ini?"
"Mmmmm.. nggak sih.." sambil melempar senyum meledek.
"Emang kamu mau aku ajak kaya gitu?"
"Iiihh dasar T-rex.!"
Aku merogoh saku celanaku, mengambil bungkusan sigaret kesukaanku menyeretnya satu batang lalu menyulutnya.
"Dit.."
Aku hanya menjawab dengan gumaman.
"Besok kan hari terakhir kita disini."
Aku menghembuskan asap rokoku dengan pelan, kegundahan mulai menyelimuti hati ketika teringat bahwa besok adalah hari terakhir aku, Ai, dan semua teman-teman seperjuangan berada disini. Aku melirik kearah perempuan disampingku yang sedang memainkan jemarinya yang lentik.
Aku Menatapnya lekat mencoba menyimpan setiap detail bentuk wajahnya kedalam memoriku. Agar nanti ketika perasaan rindu itu datang aku tak perlu susah-susah harus mencarinya, dan Ai akan selalu dekat denganku, dimanapun aku berada. Kok bisa sih? Iya bisa lah akukan nyimpenya diotak, terus jarak otak sama mata kan deket, gitu aja diributin sih. Aku berdebat dengan sisi kegilaanku.
"Kenapa kita dipertemukan sih dit.? kalau ujung-ujungnya kita dipisahkan.?" Ai melempar pertanyaan dengan wajah tertunduk.
"Semua orang pasti mengalami hal seperti itu bodoh." aku menjamah sebuah minuman kemasan yang sengaja dibelikan Ai ketika masih ditoko.
"Iya tapi kenapa..?"
"Kamu pernah bayangin nggak perasaan sepasang T-rex yang lagi sayang-sayangan trus tiba-tiba meteor datang ngancurin apa aja yang ada didepanya?mereka terpisah karena sebuah ledakan yang dahsyat. Dan tentunya mereka berdua tidak akan bisa ketemu lagi. Kalau kita masih mending kita masih bisa dipertemukan kembali, kalau nggak kiamat sih nanti tahun depan."
"Kok.. kenapa disama-samain sih sama dinosaurus.?! trus kata siapa tahun depan mau kiamat?! kata temen SD kamu lagi.?"
"Nggak usah sewot gitu kali.. kan ada filmnya, yang judulnya 2012. Nah tahun depan kan udah masuk tahun 2012?"
"Nyebelin.!"
"Makin cantik kalau lagi manyun gitu."
"Bodo..!! kamu tau gak sih gimana perasaanku sekarang.?!"
Aku menghela nafas panjang, lelaki itu pantang menampilkan kegundahan hatinya, terus saja berpura-pura kuat.
"Iya tau,."
"Tau apa?" Ai menatapku.
"Iya tau, nggak jauh beda kan sama yang aku rasakan sekarang?"
Kita berdua terdiam, menikmati hembusan angin sore dan langit yang mulai berubah warna menjadi agak kekuningan. Aku masih sibuk dengan kegundahanku, kulihat Ai masih diam sembari memainkan karet gelang yang entah dimana ia menemukanya.
"Yaudah aku pulang dulu, udah mau maghrib." aku beranjak dari kursi diteras kosan Ai lalu mulai melangkahkan kakiku. Ai masih diam saja, lalu tiba-tiba ia melontarkan pertanyaan yang agak sedikit membuatku terkejut.
"Kamu sayang sama aku nggak sih?"
Seketika langkahku terhenti mendengar pertanyaan Ai. Aku hanya bisa menghela nafas panjang.
"Kalau kamu sayang sama aku, jadiin aku istri kamu sekarang."
Deeg.. hampir saja jantungku berpindah tempat mendengar perkataan Ai. Aku berbalik badan dan kembali duduk disebelahya.
"Kamu serius Ai ngomong kaya gitu?"
Ai menatap kearahku lembut, kemudian menampilkan sebuah senyuman. Entahlah dia selalu berhasil membuat perasaanku porak poranda.
"Serius dong, aku kan pernah bilang, kalau aku mau berjodoh sama kamu."
"Tapi.. iya nikah nggak segampang itu kan?"
"Yaudah kalo nggak mau.!"
Ai beranjak dari duduknya dengan wajah cemberut langsung masuk kedalam kosan dan.. menutup pintu dengan membantingnya keras.
"Kalau nggak mau ya udah sana pergi.!" teriaknya dari dalam.
Aku hanya bisa menutupi wajah dengan kedua telapak tanganku, seperti pemain bola yang gagal mengeksekusi tendangan penalti.
Mungkin tingkahmu yang menurutku sangat extrem ini yang akan membuatku tidak bisa melupakanmu Ai. Sampai kapanpun.
"Aku pulang dulu."
Namun tidak ada jawaban. Aku meninggalkan kosanya dengan langkah gontai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tak Tersampaikan - kisah romansa generasi Y
RomanceIni hanya tentang ingatan yang mengingat segala kenangan.