12|Kebaikannya

73 16 0
                                    

Bingung mau lanjutin kayak gimana

☄☄☄

"Bang."

Zidan mendongak ketika mendengar suara yang sangat familiar bagi dirinya, menemukan Viell sedang berdiri masih dengan seragam sekolahnya. Zidan berdiri, ia meletakkan surat-surat tadi di kursi dan menghampiri Viell.

"Kamu ngapain disini dek? Disuruh Renjun juga?"

Viell menggeleng, dia menunjuk surat yang ada dikursi tadi. "S-suratnya.. udah... Dibaca belum?"

Zidan menyerit bingung. "Udah, kenapa emang? Kamu tau siapa yang kirim surat itu?"

Viell mengangguk. Zidan langsung sumringah. "Siapa?"

"Bahasa indonesianya You apa?"

Zidan kembali mengerutkan keningnya bingung, ini kenapa jadi pada main teka-teki gini sih. "Gitu aja nanya, artinya ituh kamu—

Detik berikutnya Zidan terdiam dengan wajah bleng, Viell menundukkan kepalanya.

"I'm sorry."

Viell langsung menerjang Zidan dengan pelukannya. Pelukan yang sudah lama terlupakan, mata Viell memanas, dia lupa apa yang harus dia bilang sekarang.

Tapi dia inget kata-kata Jaemin sebelum dia nyamperin Zidan tadi. "Keluarin aja semua, gausah dirangkai, malah nambah beban."

"Abang, maaf. Aku gak tau. Kenapa abang gak pernah kasih tau? Aku ngerasa jadi orang yang paling jahat disini bang, aku salah beneran. Maafin aku!!"

Mata Zidan berair, dia tersenyum. Sungguh, dia bahagia sekali. Dia membalas pelukan adiknya, pelukan yang sudah sangat lama tak terjalin. Oke, jangan nangis Zidan, kamu udah gede sekarang. Jangan nangis!

"Aku mau ngomong jujur, tapi aku takut. Aku takut abang bakalan dendam sama aku, abang bakalan benci aku, maki-maki aku. Aku beneran takut bang. Abang! Jawab dong! Abang maafin aku kan!?"

Zidan melepas pelukannya, menatap Viell yang matanya sudah sembab. Ia mengangguk kemudian mengajak Viell untuk duduk, Zidan memberikan minumnya yang belum habis itu kepada Viell.

Viell yang belum tenang pun mengambil permen dari sakunya, kemudian memakannya. Obat terampuhnya kali ini gak bakal jadi ampuh untuk hari ini.

Zidan yang belum memudarkan senyumnya pun mengusap rambut Viell. "Calm down, kamu jangan pernah mikir suatu kejadian yang belum kamu alami dengan fikiran negatif, semakin kamu berfikir negatif, semakin jauh kamu dalam hal yang positif itu. Karena diri kamu sendiri, yang bawa kamu ke aliran negatif itu. Contohnya tadi, kamu jangan berfikir kalo abang bakalan dendam dan benci. Itu salah, abang gak bisa dendam apalagi benci sama orang yang abang sayang, orang yang berarti buat Abang. Meskipun abang bilang benci, benci itu hanya akan bertahan tiga jam. Benci sama sayang itu beda tipis, banyak orang disana yang melakukan kejahatan demi orang yang dia sayang, sekuat apapun rasa benci itu, pasti akan kalah sama rasa sayang yang ada. Semua hal yang dilakukan manusia itu, memiliki suatu alasan.

Kamu harus tau, di dunia ini. Semuanya ada alasan, alasan kita belajar, alasan kita bekerja, alasan ini alssan itu, semuanya. Jangan menilai orang dari ekspektasi, banyak-banyak menilai orang dari banyak sudut pandang. Karena sudut pandang kamu aja gak cukup, bisa jadi di sudut pandang kamu abang adalah seorang yang jahat, tapi disudut pandang orang lain pasti berbeda Vi. Yang penting adalah hati. Kayak kamu mau nembak aja, mental kamu boleh lemah, tapi hati harus berani. Bilang, i love you, you like me? Kalo dia bilang enggak yaudah gak apa-apa. Karena ada saatnya keberanian hati itu dapat membuahkan timbal balik.

Infiblity || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang