"Pulang sekolah bersamaku," ucap pemuda dengan tinggi kurang dari 180 cm sambil menatap manik Jisoo.
Jisoo menatapnya bingung. Matanya melebar dengan seulas senyum tertera di bibir yang berbentuk love itu. Rasanya Dewi Fortuna sedang memihaknya, baru pertama kali kekasihnya mengajaknya pulang bersama.
"Ya! Jawab. Jangan hanya diam saja," ucap pemuda itu gusar, pasalnya dia sedang menahan diri agar tidak lari dari kacanggungan ini. Pertahanan yang sudah ia bangun selama menjalin kasih dengan Jisoo runtuh. Ia mengaku kalah dengannya, mengaku takluk.
"Em, maaf. Aku hanya merasa kaget saja. Kamu baik-baik saja, kan? Maksudku tidak ada hal yang kamu pendam?"
Senyum manis nampak masih menghiasi wajah cantiknya, tangan kanannya terulur untuk menggapai kepala kekasihnya. Mengusapnya lembut sambil memberi anggukkan manis.
"Kamu aneh, tentu saja aku mau. Kamu harus tahu, kejadian seperti ini tidak pernah terlintas di benakku, Yongie."
Lee Taeyong, pemuda yang berada di depan Jisoo sekaligus kekasih Jisoo selama setangah tahun itu menatapnya dengan wajah penuh tanya.
"Dengan sikapmu yang acuh tak acuh seperti itu, tentu saja membuatku selalu berpikir bahwa kau belum bisa menerima keberadaanku. Aku paham, sulit memang melupakan orang yang pernah mengisi hati kita. Tapi kamu tahu, kan? Aku sekarang sudah jadi kekasihmu Lee Taeyong. Bukan Jisoo yang dulu dengan bodohnya memberimu kue cokelat ke lokermu. Bukan juga Jisoo yang dengan berani menatapmu dengan tatapan memuja di depan teman-temanmu. Aku tahu kamu menerimaku menjadi kekasihmu karena paksaan." Ada tarikan dalam sebelum Jisoo melanjutkan kalimatnya.
"Aku juga tahu kalau posisinya belum tergantikan, aku paham itu. Tapi melihatmu sekarang yang berinisiatif mengajakku pulang bersama, itu rasanya tidak nyata. Entah mengapa aku justru takut kalau saja ada maksud lain dari hal ini."
Tidak, bukan kalimat itu yang Taeyong inginkan keluar dari bibir Jisoo. Bukan pula rentetan kalimat yang semakin membuat dirinya merasa bersalah.
"Maaf,"
"Untuk apa?"
"Untuk semua hal yang menyakitimu—"
"Tidak, Yongie, kau tidak ha—"
"Jisoo aku minta maaf atas semuanya, aku sadar harusnya aku tidak melakukan hal itu ke padamu. Harusnya jika aku sanggup menerima pernyataan cintamu itu, aku sudah melupakannya. Maaf, aku terlambat untuk hal itu. Sekarang kita harus memulainya dari awal,"
"Maksudmu?"
"Putuskan aku dan kita mulai dari awal?" mohonnya. "Cepat putuskan aku, Jisoo!"
"Baiklah ... Taeyong, ayo kita putus."
"Ayo,” balasnya. “Dan Jisoo ... kau mau jadi kekasihku?"
"Taeyong, kau—”
"Iya Jisoo, mari mulai semuanya dari awal. Aku mau kau jadi kekasihku, kekasih dalam artian sebenarnya. Kau mau, kan?"
"Tentu saja aku mau!"
Jisoo langsung memeluk erat tubuh Taeyong, senyum semakin merekah di bibirnya serta usapan halus dirasa menyapa punggungnya membuat dirinya semakin erat memeluk Taeyong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papillon | Taesoo
FanfictionI feel butterfly when I'm with you ©2021 | taesoo-short story area.