"Hey! Aku dimana? Cepat katakan! Kalian menculikku, kan?" rontak seorang gadis pada pria berpakaian serba hitam.
"Kau diam dulu, kita tunggu Bos kemari," ucap pria pria itu pada gadis berambut ungu yang memakai pakaian celana sangat pendek. Nadanya sedikit kesal lantaran gadis itu yang terus memukul serta meneriakinya.
"Bagaimana bisa aku diam, sementara aku tidak tahu sedang berada dimana. Bahkan aku tidak mengenalmu serta kawan-kawanmu ini!" Jisoo, gadis itu menunjuk para pria berpakaian serba hitam yang berdiri dibelakang pria tadi.
"Saat ini kau sedang berada di Mansion tuan Lee Taeyong. Dan aku adalah Lucas, kepala bodyguard tuan Lee Taeyong. Kau mengerti? Jadi diamlah."
"Kau—
Diam!" Jisoo terdiam saat lelaki bernama Lucas itu sedikit membentaknya.
Disaat suasana telah menjadi sepi, dengan Jisoo yang dibiarkan duduk di sofa sementara para bodyguard tetap mengelilinginya, munculah sesosok lelaki dari arah pintu yang terletak dibelakang Jisoo. Para bodyguard berpindah tempat membuat Jisoo berbalik badan dan melihat siapa yang membuat mereka berpindah tanpa instruksi.
"Kau?" Lelaki berperawakan lumayan tinggi serta wajah tampan itu menghiraukan Jisoo. Dia malah berjalan hingga berdiri tepat dihadapan Jisoo.
"K-kau siapa?" Tanya Jisoo.
"Kalian boleh pergi," ucap lelaki itu terdengar datar dan dingin membuat Jisoo merinding sendiri. Para bodyguard tersebut dengan patuh langsung pergi dari sana tanpa banyak omong. Lagi-lagi lelaki itu menghiraukan Jisoo.
Setelahnya lelaki berambut pink itu mengambil tempat duduk di depan Jisoo. Tangannya bertaut dan matanya terus melihat ke arah Jisoo.
"Kau siapa?"
"Aku tak menyangka jika Kim Soohyun memiliki putri secantik ini." Pada saat itu juga Jisoo tersenyum miring. Sudah pasti pertanyaannya terjawab. Lelaki ini adalah salah satu saingan ayahnya. Dia yakin akan hal itu.
"Oh, aku tau. Kau pasti salah satu dari saingan ayahku, kan? Sudah kuduga dari awal," ucap Jisoo sambil tertawa meremehkan. Namun lelaki itu malah terlihat bingung.
"Apa maksudmu?" tanya lelaki itu bingung dengan apa yang Jisoo katakan.
"Ck, jangan pura-pura tidak tahu. Aku tidak bisa dibohongi." Jisoo tertawa kecil. Lelaki itu tambah mengernyit.
"Aku benar—
Sudahlah. Pada intinya saja, mengapa aku bisa disini? Terakhir kali yang kutahu adalah aku berada dikampusku." Tanya Jisoo memotong perkataan lelaki itu dengan sarkas.
"Aku—
"Siapa kau? Beraninya kau menculikku. Apa tujuanmu?" Lagi-lagi Jisoo memotong perkataan lelaki itu, membuatnya geram.
"Kenapa kau cerewet sekali? Pertama, aku memang menculikmu. Kedua, Aku Lee Taeyong. Dan ketiga, maaf aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu."
"L-Lee Taeyong?! CEO dari LTY Group?" Mata Jisoo terbelalak sedangkan Taeyong hanya mengangguk dengan santai.
"Kau mengenalku?"
"Tentu, Tuan Lee yang jahat. Aku tidak menyangka bahwa kau adalah tuan Lee Taeyong yang sering ayahku ceritakan."
"Oh ya? Apa yang dia ceritakan?"
"Dia menceritakan semuanya. Dia bilang kau begitu gila. Kau akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang kau mau. Ku dengar juga sifatmu persis seperti ayahmu. Kejam, keras kepala, licik terlebih lagi ayahmu adalah seorang pembunuh!" ucap Jisoo penuh amarah.
Tanpa sadar ingatan Taeyong memutar kembali beberapa peristiwa yang terjadi dimasa lalunya. Taeyong jadi teringat akan ayahnya karna Jisoo menyebut lelaki itu. Benar kata Jisoo, ayahnya begitu kejam. Sangat kejam malah. Taeyong tak bisa melupakan bagaimana ayahnya memukul-mukul ibunya dengan ganas bagaikan psikopat. Di mana di malam itu juga Taeyong kehilangan nyawa ibunya. Beruntung Taeyong berhasil lari dari sana dan polisi berhasil menangkap lelaki kejam itu bernama Lee Jaejoong. Pada seminggu kemudian, terdapat kabar bahwa lelaki bermarga Lee tersebut membunuh dirinya sendiri karena telah menyadari segala kesalahan yang pernah ia buat.
Pada saat itu juga Taeyong memaafkan segala kesalahan ayahnya. Dia mencoba mengikhlaskan apa yang telah terjadi. Semuanya telah berhasil Taeyong lewati dan tujuannya sekarang hanyalah merebut hak ayahnya yang berada ditangan tuan Kim Soohyun, ayah Jisoo. Namun, Jisoo dengan sarkasnya mengucapkan hal yang begitu sensitif pada Taeyong.
Taeyong tersenyum sendu. "Jika aku tidal menyayangimu, sudah kupenggal kepalamu." Setelah berucap seperti itu Taeyong pergi dari ruangan serba putih itu meninggalkan Jisoo yang belum mengerti dengan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papillon | Taesoo
FanfictionI feel butterfly when I'm with you ©2021 | taesoo-short story area.