Hopeless part 6

86 7 0
                                    

"Hopeless"

Part 6

Selang 30 menit, belum dapat ia rasakan ketenangan. Bahunya malah bergetar semakin hebat. Sakit, sakit sekali Tuhan, seakan ia ingin mengeluarkan sesuatu yang sedaritadi menyesakkan dadanya, namun sulit.

"Maaf." Ucap seorang pria tiba-tiba duduk di sampingnya dan membuat (namakamu) sedikit terperanjat menoleh ke arah kanan. (Namakamu) segera menepis air matanya, namun semakin ditepis air matanya semakin melumer.

"Tinggalin gue." Ucap (namakamu) dalam isak tangisnya.

"Bella udah gue anter pulang." Ucapnya tak menghiraukan permintaan (namakamu), ya pria itu adalah Iqbaal.

Hening...

"Gue gak nyangka, semua bakal kaya gini. Ini semua salah gue. Setelah gue tahu semuanya kemarin, gue ga berani jujur sama lo. Kalau..." Iqbaal menggantungkan kalimatnya tertunduk menyesal.

"Kalau lo cowok sahabat gue..." Timpal (namakamu) melirik sinis ke arah Iqbaal dan seketika air matanya kembali meleleh.

"Setelah ketemu lo, gue selalu berandai-andai. Andai lo dateng di kehidupan gue lebih cepat sebelum Bella." Iqbaal kini tak berani menatap (namakamu).

"Gue bingung selama satu minggu ke belakang, pikiran itu menyiksa gue, gue nahan untuk ga cepet-cepet ketemu Bella. Karena..." Iqbaal kembali menggantungkan kalimatnya.

Seketika hening. Iqbaal meraih tangan kanan (namakamu) dan menggenggam nya erat.

"Karena semakin hari gue semakin ga mau kehilangan lo..kehilangan kebersamaan KITA." Lanjut Iqbaal dengan nada penuh penyesalan, genggemannya semakin erat, tatapannya tak lepas dari mata (namakamu) yang tak henti memproduksi air mata berlebih itu.

"Ga ada kata KITA lagi Baal!" Ucap (namakamu) penuh penekanan.
(Namakamu) menyeka air matanya, tak sedikit pun ia menoleh ke arah Iqbaal. Tanpa permisi ia beranjak berdiri dan hendak pergi dari hadapan Iqbaal.

Namun seketika Iqbaal berdiri menarik kuat lengan (namakamu) dan

'BRUK'

Tubuh (namakamu) terhempas di dada Iqbaal. Ia rasakan hangat sekarang, karena Iqbaal mendekapnya erat. (Namakamu) tak membalas dekapan Iqbaal tapi ia juga tak berontak. Malah semakin membenamkan wajahnya pada dada bidang iqbaal, kembali bahu nya bergetar hebat, lebih hebat dari sebelumnya. Iqbaal mempererat dekapannya,membelai lembut rambut (namakamu) dan mengecup puncak kepala (namakamu).

"Maaf." Lirih Iqbaal tak melepaskan dekapannya.

***

Malam menjelang. (Namakamu) terduduk di kursi belajarnya memegang pena yang hanya ia ketuk-ketukan pada bukunya.

'Tuk...tuk...tuk'
Dihadapannya tergeletak sebuah buku tebal namun tak ia hiraukan, pikirannya masih memutar memori tadi siang.

'IQBAAL IQBAAL IQBAAL'
Tak sadar ia menggoreskan tinta pada buku di hadapannya.
Seketika

'BREEKK'
(namakamu) menyobek selembar kertas bertuliskan IQBAAL itu.

"Hah...mampus! ini kan buku paket Ekonomi, ngapain gue sobekin...bego!" (Namakamu) mengutuk dirinya sendiri.

Lalu (namakamu) menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya.

"Hks...hks..." Isaknya kembali terdengar.

***

Satu minggu berlalu, kejadian itu masih sangat melekat dalam benak (namakamu). Ditambah lagi intensitas pertemuannya dengan Iqbaal menjadi lebih banyak karena Bella selalu menggandeng iqbaal kemana-mana.

Selama satu minggu itu Iqbaal tak pernah lagi mnghubungi (namakamu) begitupun sebaliknya. Terasa hampa dunia yang ia jalani saat ini. Walau memang setiap hari ia melihat wajah menawan dan tatapan teduh Iqbaal, tetapi ia bertemu Iqbaal dengan jabatan sebagai 'Pacar Bella' dan itu justru yang membuat hati (namakamu) semakin merasa teriris. Sehingga ia putuskan untuk terkadang menghindar dari kedua makhluk itu, ya Iqbaal dan Bella.

"Dia lagi patah hati, kayanya cowok yang dia kenal waktu itu cowok brengsek deh!!! Bisa-bisanya bikin sahabat aku sampai kaya gitu." Jelas Bella pada Iqbaal ketika (namakamu) menghindar dari mereka.

Iqbaal hanya tersenyum paksa, ingin sekali ia menjelaskan pada Bella bahwa 'cowok brengsek itu aku Bell'...

Di kantin, di perpus, di koridor, di fakultas, dan dimana pun (namakamu) bertemu Iqbaal, entah bersama atau tanpa Bella (namakamu) selalu menghindar.

Sampai suatu hari kekesalan Iqbaal mencapai puncaknya. Iqbaal merasa (namakamu) jauh berbeda dengan (namakamu) sebelumnya.

'TAP'

Iqbaal menarik paksa lengan (namakamu). (Namakamu) bingung dengan sikap Iqbaal.

"Baal! Lepasin sakit." Rintih (namakamu)

Tapi Iqbaal tak memperdulikannya, tetap Iqbaal menarik paksa lengan (namakamu) menuju sudut koridor kampus yang menurutnya sepi.

'BRUK'

Iqbaal menghempaskan tubuh (namakamu) ke tembok koridor.

"Baal." (Namakamu) meringis kesakitan.

Iqbaal menatap tajam (namakamu). (Namakamu) berusaha pergi tapi dengan satu tarikan kuat (namakamu) kembali terhempas.

Tangan Iqbaal mengurung (namakamu), kini tangannya berada di samping kanan dan kiri kepala (namakamu). Tatapan Iqbaal semakin tajam, sepertinya sangat marah. Mukanya memerah seketika. Sehingga (namakamu) tak berani lagi menatap wajahnya.

"Ada apa sama lo?" Tanya (namakamu) tetap menunduk tak menatap Iqbaal.

"Harusnya gue yang nanya!!! Ada apa sama lo hah!!!" Iqbaal setengah membentak.

"Mana (namakamu) yang dulu, yang gue kenal, yang selalu bikin gue bisa lupain masalah gue. MANA!!!!" Kini Iqbaal semakin meledak-ledak.

"Lo ingkar sama gue!!!" Iqbaal semakin tak terkendali.

(Namakamu) mendangakan wajahnya menatap Iqbaal, kini matanya beair.'Apa maksud Iqbaal? Ingkar? Apa yang ingkar?' Batinnya berkemelut.

"Lo udah janji sama gue, apapun yang terjadi sama gue, sama kita, lo bakal selalu ada di samping gue, ada buat gue!!! Tapi APA KENYATAANNYA SEKARANG!!!" Iqbaal benar-benar mengeluarkan semua uneg-unegnya yang tertahan.

(Namakamu) kembali memutar memorinya, memutar kejadian di bukit itu. Janji itu ketika Iqbaal memeluk dirinya.

"Tapi semuanya udah beda baal!!!" Ucap (namakamu) tertahan.

"Apanya yang beda hah!!! Gue tetep di sini, alesan gue di sini itu karena lo!!!"Iqbaal kembali membentak (namakamu).

(Namakamu) tercengang, dengan pernyataan Iqbaal.

"Iqbaal yang dulu yang gue kenal sebagai temen gue, selalu ada buat gue, bukan Iqbaal yang sekarang yang selalu gue temuin setiap hari dengan jabatan sebagai PACAR BELLA!!! Itu bedanya! Apa yang harus gue lakuin sekarang HAH!!! Pernah ga lo bayangin jadi gue!!! Setiap hari harus ngeliat BELLA gelendotan di tangan lo.PERNAH GA BAAL!!!" Suara (namakamu) kini menyeimbangi suara Iqbaal, semua kekesalannya ia keluarkan.

Tangan kanan Iqbaal mengepal.

'DUGHH'
Tangannya memukul tembok di samping kiri kepala (namakamu). (Namakamu) tersentak kaget dan refleks memejamkan matanya ngeri akan tingkah Iqbaal saat ini.

'SLUP'

Sentuhan hangat itu seketika mendarat di bibir (namakamu), tangan Iqbaal kini dengan lembut memegangi pipi (namakamu), dengan bibirnya yang terus menjelajahi bibir (namakamu). Rasa hangat itu menjalar keseluruh tubuh (namakamu), bagai di sengat listrik bermuatan tinggi (namakamu) kaku tak bisa bergerak, seketika lupa bagaimana caranya untuk berontak.

Lima menit sudah berlalu, Iqbaal mulai meregangkan pagutannya dari (namakamu), dengan nafas yang masih memburu tak beratuaran ditatapnya (namakamu) penuh rasa yang tak bisa ia ungkapkan, entah perasaan apa itu. Mata (namakamu) berair menatap Iqbaal. Tetapi...

'PLAK'

(Namakamu) terkaget....

~Bersambung~

HOPELESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang