Iqbaal melangkah cepat mendekati (namakamu)."Jangan pernah lo bersikap kasar sedikitpun sama (namakamu). Ngerti lo!" Iqbaal menarik lengan kanan (namakamu).
"Hei! Ngaca dulu deh! Yang sering berbuat kasar dan bikin (namakamu) menangis itu siapa?! Hah?" Karel tersenyum miring.
"Hei! (Namakamu) aja gak masalah sama sikap gue? Yang harusnya ngaca tuh lo! Berapa lama lo deketin (namakamu) tanpa respon? Sikap pemaksa gue ternyata lebih disenangi (namakamu) dari sikap lembut lo kan?" Ucap Iqbaal santai.
Karel benar-benar dirinya merasa dilecehkan oleh orang ini,seketika ia melayangkan kepalan tangan kanannya bermaksud menghantam pundak Iqbaal, tapi seketika (namakamu) memeluk Iqbaal dan...
'BUGH'
Kepalan itu melayang tepat dipunggung kanan (namakamu) yang kini mendekap erat Iqbaal. Kejadian itu membuat Karel tersentak begitu pula Iqbaal.
"(Namakamu)!" Teriak keduanya bersamaan.
"Kamu gak apa-apa kan?" Tanya Iqbaal yang masih heran dengan apa yang (namakamu) lakukan.
(Namakamu) hanya meringis kesakitan. Dengan posisi masih memeluk Iqbaal, kedua tangannya masih memegangi pinggang Iqbaal.
"(Namakamu)." Karel sangat merasa bersalah.
"Ssshhh..." (Namakamu) meragangkan pelukannya dari Iqbaal, masih meringis kesakitan, sementara Iqbaal memegangi kedua lengan (namakamu) dan mendudukannya di kursi kerja (namakamu).
'Senekat itu (namakamu) berkorban untuk Iqbaal.' Batin Karel sangat sakit melihat pengorbanan (namakamu) untuk Iqbaal. Sungguh ia tidak menyangka.
"Kamu ga apa-apa?" Tanya Iqbaal yang kini berjongkok di hadapan (namakamu) yang masih duduk di kursinya, masih terasa sakit dan sedikit sesak di dadanya. Iqbaal menepiskan rambut (namakamu) yang menghalangi wajahnya, ingin memastikan (namakamu) baik-baik saja.
"Aku gak apa-apa." Jawab (namakamu) sesekali meringis.
"Aku ambilin minum dulu." Iqbaal beranjak berdiri hendak mengambilkan air minum, melewati Karel yang masih mematung dengan tatapan sinisnya.
"Kenapa kamu ngelakuin itu?" Tanya Karel tak habis pikir (namakamu) bisa melakukan hal senekat itu.
"Rel, aku cuma gak mau kamu punya masalah sama Iqbaal yang akhirnya membahayakan karir kamu sendiri." Ucap (namakamu).
"Oh ya? Apa benar ini untuk melindungi aku? Bukan karena ketakutanmu aku akan menyakiti Iqbaal?" Tanya Karel tak percaya dengan kalimat yang (namakamu) ucapkan.
"Aku lebih baik di keluarkan secara tidak hormat daripada harus memukulmu seperti tadi..." Lanjut Karel sangat merasakan sakit ketika ia mengatakan hal itu.
"Udah lah. Kamu gak sengaja mukul aku Rel." (Namakamu) menatap Karel, menatap wajah Karel yang sepertinya sangat kecewa.
"Maaf..." Lirih Karel pergi meninggalkan (namakamu) yang masih terduduk di sana.
Terlihat punggung Karel semakin menjauh, (namakamu) melihat kekecewaan dan kekesalan yang menumpuk pada langkah Karel yang semakin menjauh.
"Maaf lama, aku nunggu airnya anget dulu." Iqbaal menghampiri (namakamu), berjongkok di hadapan (namakamu) meminumkan air yang di bawanya.
"Kenapa kamu ngelakuin hal ini?" Tanya Iqbaal setelah (namakamu) menyelesaikan minumnya.
"Lebih baik kamu berterimakasih, daripada mengucapkan kata-kata protes seperti itu!" (Namakamu) mengatakan kalimat yang pernah Iqbaal katakan padanya dulu.