"Hopeless"
Part 28
"Maksudnya?" Tanya (namakamu) tak mengerti.
"Yaaa, aku masih selalu teringat kamu. Aku selalu berharap Iqbaal gak akan pernah bisa dapetin kamu. Dan ternyata memang benar, Iqbaal bodoh itu masih menyia-nyiakan kamu sampai saat ini, padahal kamu jelas-jelas ada di hadapannya menunggu untuk ditangkap."
(Namakamu) agak tersentak mendengarnya.
"Mungkin ini pertanda kalau kita berjodoh." Bastian tersenyum manis, namun (namakamu) membalasnya dengan senyuman getirnya, kebingungan merajai (namakamu) saat ini, apa yang terjadi pada Bastian sekarang, padahal Bastian tahu (namakamu) sangat mencintai Iqbaal.
"Halllllooooooo." Tiba-tiba terdengar suara yang tak ingin Bastian dengar.
"Issshhh." Bastian muak melihat orang ini, bagaimana dia tahu bahwa (namakamu) dan Bastian ada di sini.
"Gak nyangka ya kita bakal ketemu di sini? Kebetulan banget." Ucap Iqbaal cengar-cengir duduk di samping (namakamu), sedangkan Bastian ada di hadapan (namakamu) dan Iqbaal sekarang.
"Alesan." Desis Bastian kesal melihat sikap Iqbaal yang berlagak sok kebetulan.
"Gue boleh gabung di sini kan? Biar rame." Iqbaal menaik-turunkan kedua alisnya.
"Iya boleh kok. Ya kan Bas?" (Namakamu) menjawab dengan nada ragu, heran dengan tingkah Iqbaal yang tidak galak seperti biasanya. Padahal (namakamu) sudah ketakutan dengan kedatangan Iqbaal ke sini untuk memaki-maki dirinya karena pergi tanpa pamit.
"Ya." Jawab Bastian singkat.
"Mba!" Iqbaal memanggil waitress untuk memesan makanan.
Waitress tersebut menghampiri Iqbaal dan menyodorkan buku menu. Iqbaal memilih menu dan...
"Lo berdua udah pada pesen?" Tanya Iqbaal melirik Bastian dan (namakamu).
"Udah!" Jawab Bastian setengah membentak dan melotot.
"(Namakamu)?" Iqbaal menoleh ke arah (namakamu).
(Namakamu) hanya mengangguk dan tersenyum bingung.
"Yaaa...siapa tahu mau nambah, biar gue yang teraktir semua. Gue tahu dompet mahasiswa setebel apa." Ucap Iqbaal tersenyum miring.
Bastian benar-benar ingin melucuti behel Iqbaal saat ini juga. Kesal sekali ia melihat tingkah Iqbaal.
"Ya udah mba. Ini dulu aja. Kalau mau nambah gampang." Iqbaal tersenyum ramah. Waitress itupun membalas senyuman Iqbaal sebelum beranjak pergi.
"Nah kalau gini kan gue bisa nolong (namakamu)." Ucap Iqbaal sambil mengotak-ngatik layar ponselnya.
"Maksud lo?" Ucap Bastian tak mengerti.
"Iya, (namakamu) kan sekarang keliatan lagi jalan sama cowok sebaya. Nah kalo cuma jalan sama lo, kaya lagi jalan sama berondong." Iqbaal memperhatikan penampilan rapi (namakamu) dan penampilan muda Bastian yang sangat jomplang.
"Oh ya? (Namakamu) suka sama berondong unyu kaya gue kok." Bastian memberanikan memegang punggung tangan kanan (namakamu).
"Oh ya? (namakamu) pernah cerita sama gue kalau dia seneng sama cowok mandiri, bertanggung jawab, dan mapan." Ucap Iqbaal menepis tangan Bastian yang menempel di atas tangan (namakamu).
"Iyaaa. Bener banget!!! (Namakamu) suka sama cowok MANDIRI. Bukan cowok yang terima jadi kerja di perusahaan orang tuanya. (Namakamu) suka sama cowok yang memulai segalanya dari nol ya kan?" Bastian tersenyum miring.