(3) Jun Permanen

313 70 10
                                    

"Kenapa kau lama sekali?"

Yerin langsung mengangkat kepalanya menatap pria di depannya yang berdiri di halte bus kampusnya.

Bukankah aku sudah mengulur waktu untuk pulang, kukira dia akan pulang ke rumahnya dan berhenti mengikutiku.

Tanpa tahu, pria yang bernama Jun itu sudah berada di depan Yerin.

"Mm? Namamu Yerin?" ucap Jun melihat kalung di leher Yerin.

Yerin menyentuh kalung pemberian orangtuanya yang lama meninggal.

"Ternyata kau punya nama."

"Apa kau tidak pulang ke rumahmu? Kenapa mengikutiku?" ucap Yerin.

"Kau sudah berjanji percaya padaku."

Yerin tak menghiraukan ucapan Jun dan berlari kecil masuk bus yang datang dan pasti Jun mengikutinya.

"Kau suka sekali duduk di paling belakang." Jun mendaratkan pantatnya dikursi tanpa tahu tangan Yerin diduduki Jun.

"Aww!" Yerin dengan cepat menarik tangannya walaupun sudah dikotori oleh pantat Jun.

"Maaf!" Hanya itu yang keluar dari mulut Jun.

"Ya! Kau benar-benar tidak punya rumah? Kau tidak bohong?" ucap Yerin sambil mengusap-usap punggung tangannya.

Jun tidak habis pikir dengan Yerin. Bahkan Jun hampir gregetan dengan Yerin. Ingin rasanya mengacak-acak rambut Yerin.

"Berapa umurmu? Kau bukan Ahjussi, kan? Kau berpakaian sangat norak." Mata Yerin memutar setelah melihat pakaian Jun yang sedikit kolot.

Jun memeriksa pakaiannya. Tidak ada masalah.

"Seakan-akan aku membohongimu, padahal aku sudah membuktikan aku ini penyihir dari ... "

Satu tangan Yerin mendarat di mulut Jun.

"Stop!" ucap Yerin.

Apakah ia benar tidak membohongiku? Aku sungguh tidak peduli jika apa yang dikatakannya itu benar atau bohong. Hanya saja, aku lelah dengan kebohongan yang membuat harapanku hancur. Bahkan nyeri ini masih terasa.

Sepanjang jalan mereka berdua diam. Setelah bus berhenti mereka pun turun tanpa ada pembicaraan. Walaupun Yerin selalu waspada kepada Jun.

"Masuklah!" ucap Yerin mempersilahkan Jun.

"Eits, lepas sepatumu, kau tidak lihat sepatumu sangat kotor?" cegah Yerin.

Jun melihat sepatunya lalu melepas sembarang tanpa meletakkan ke rak sepatu lalu melongos masuk.

Yerin hanya menghela napas pasrah. Lalu merapikan sepatu pantofel Jun berwarna coklat itu.

"Kakiku rasanya gemetaran dan perutku kosong, Yerin." ucap Jun setelah melihat Yerin.

"Bilang saja lapar,"

Yerin membuka kulkas dan memberikan Jun roti.

"Makan itu dulu, aku ingin mandi." Sebelum Yerin memasuki kamar, Yerin teringat sesuatu. "Aku akan memesan Jajangmyeon."

Yerin menyelesaikan pesanannya dan ke kamar mandi begitupun roti Jun yang sudah habis.

Apakah setelah aku dikirim ke bumi kekuatanku dibatasi? Aku yakin, aku bisa memindahkan diriku lebih dari sekali jika di bintang Seventeen. Sepertinya begitu.

Jun diam seketika. Perutnya masih bergemuruh.

"Yerin!" Jun memasuki kamar Yerin. Mencari Yerin yang tidak ada di sana. Jun mendengar pancuran air. Telinganya ia dekatkan di pintu.

A Wizard Moves Things | Jun & YerinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang