(27) Pindah

149 34 6
                                    

Yerin menyandarkan dirinya dengan nyaman di kursi penumpang kereta api. Matanya berusaha tertutup, pikirannya berusaha tidak memikirkan reaksi Soonyoung bahwa ia pergi tanpa pamit padanya.

Sungguh wajah Soonyoung sangat kecewa dan bingung. Ia mendatangi Yerin karena menerima pesan yang aneh darinya.

“Soonyoung-a, terimakasih atas semua kebaikanmu, aku tidak bisa membalasnya. Kuharap aku tidak lagi menambah bebanmu mengurusku. Berbahagialah! Akupun akan berbahagia juga di tempat yang baru.”

Setelah itu Soonyoung tergesa-gesa ke apartemen Yerin yang sudah kosong dan terkunci. Ia terlambat atau Yerin mengiriminya pesan saat ia di perjalanan. Janji yang ia buat pada Jun ia ingkari. Ke mana ia harus mencari Yerin dan anaknya? Bahkan nomor ponsel Yerin tidak aktif lagi. Tidak ada teman kantor yang tahu keberadaannya. Haruskah Soonyoung mengikuti saran Yerin?!

Berbahagialah.

Tetapi ia bahagia berada di samping Yerin. Ia juga menyesal selalu beralasan Jun untuk mendekati Yerin. Seharusnya ia terus terang bahwa ia mencintainya sebelum ini terjadi.

Soonyoung mengusap wajahnya frustasi.

***

Yerin akhirnya sampai di sebuah desa yang amat tentram

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yerin akhirnya sampai di sebuah desa yang amat tentram. Ia pikir akan menghabiskan hidupnya di sini bersama anaknya nanti. Dulu Yerin sangat mengidamkan hidup tentram dan nyaman di sebuah desa, tidak mengejar karir yang gila-gilaan, mempunyai persaudaraan yang erat antar tetangga, dan memulai hidup baru.

“Ini rumahnya dan ini kuncinya,” ujar pemilik apartemen yang hendak ditempati Yerin.

Apartemen nya cukup nyaman, berjarak sekitar 100 meter dari pantai. Pasar pun tidak jauh dari apartemen barunya, toserba 24 jam juga tersedia, yang lebih membuat Yerin antusias adalah ia akan sering memakan makanan kesukaannya yaitu makanan laut.

Kamsahamnida,” Yerin membungkukkan badannya pada ibu pemilik apartemen itu.

“Sepertinya kau dari kota, mengapa pindah ke desa kecil seperti ini?” tanya pemilik apartemen dengan ramah.

“Kota Seoul sangat pengap, Ahjumma.” jawab Yerin yang sudah menyiapkan jawaban akan pertanyaan seperti ini.

Pemilik Apartemen itu sedikit memukul bahu Yerin.

“Panggil saja Ahjumma Kim, semua orang memanggilku itu,” Ahjumma Kim sedikit mendorong Yerin. “Kau sepertinya lelah sebaiknya istirahat saja.”

“Ah nee, Ohiya Ahjumma Kim, panggil saja aku Yerin, Jung Yerin.”

“Araseo,”

Setelah Ahjumma Kim pergi Yerin merasa bingung, bukankah perutnya sedikit besar walaupun ia memakai pakaian tebal, mengapa Ahjumma Kim tidak bertanya apapun?

A Wizard Moves Things | Jun & YerinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang