"Jadi alasan lo nolak gue karena Artis sialan itu?" ejek Satria.
Ara mengepalkan kedua lengan nya, dan menatap bengis terhadap Satria.
"Asal lo tau ya. Lo gak se-pinter Revan, gak se-kaya Revan, gak se-seksi Revan, gak se-ramah Revan, dan terakhir...
Absen dulu ya beb, biar nanti di kasih hadiah sama Revan, kan dia orang kaya. :(
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy reading
____
Ara menatap Satria datar. "Kenapa lo ngebet banget borong album nya Revan. Bukanya lo gak suka sama Revan" tanya Ara menatap Satria penuh selidik.
Satria menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Gg-gue, cuma lagi gabut aja" jawab nya santai.
"Hah? Gabut? Sat, gue gak percaya" Ara mendelik terhadap Satria.
"Ck. Yang penting lo udah ketemu sama Artis itu kan" tukas Satria.
Ara menepuk jidatnya "Jangan bilang lo_"
"Iya" potong Satria menjawab tebakan Ara.
"Segitunya?" tawa Ara membuncah seketika.
Tebakan nya tepat sekali. Satria rela membeli album Revan demi dirinya. Waw, amazing.
Sedangkan Satria malah diam menatap Ara datar. "Sesuai janji lo, Lo harus pulang sama gue" Satria menyipitkan matanya. Di depan Ara Satria akan berusaha menjadi yang terkeren dan macho tentunya.
Ara tersenyum cantik di depan Satria. "Oke deh, karena lo ngebet banget sama gue"
Satria tersenyum, "senyum lo manis, mengandung gula. Bahaya buat jantung gue" gumam Satria pelan.
"Ayo!" ujar Ara.
Satria menuntun Ara untuk menaiki motor ninja nya. "Gue pake dress, gimana coba" Ara menatap dirinya sekali lagi.
Satria membuka jaket nya dan memakaikan ke pinggang Ara.
"Udah, Ayo"
Di perjalanan, Ara tak henti-henti nya tersenyum. Lengan nya sedari tadi menggenggam erat sebuah sapu tangan pemberian dari idola nya tersebut.
Satria yang melihat itupun diam diam mengulum senyum juga. Ia berpikir Ara menyukai nya juga, buktinya Ara senyum terus sedari tadi.
"Senyuman lo, fix bener bener mengandung gula. Gak baik buat gue" batin Satria. ____
"Hosh..hosh..hosh" sekuat tenaga Ara berlari menuju gerbang sekolah yang sudah tertutup.
"Yahh, gimana ini" paniknya, ia melihat jam berkali-kali, sudah menunjukan pukul 07:35
"Pasi upacara nya udah di mulai,"
"Goblok!" umpat nya sambil memukul kepala nya pelan.
"HEH KAMU!" Ara melototkan matanya kala melihat Pak Dedi berjalan ke arah nya, dirinya sudah bersiap mengambil ancang ancang untuk kabur namun kalah cepat dengan Pak Dedi yang sudah menarik ujung tas nya.