12

9 2 0
                                    

Hari ini, teman- teman Keyla dan Feno memutuskan untuk pergi menghabiskan hari libur bersama, mereka pergi ke puncak terdekat, pada awalnya mereka sepakat untuk membawa mobil namun keadaan jalan menuju puncak cukup sempit, sehingga mereka memustuskan untuk menggunakan motor.

Akhir-akhir ini mereka sudah beberapa kali berkumpul, sehingga tanpa disadari, mereka menjadi cukup dekat, alasannya pun jika ditanya mereka pasti akan menjawab 'nggak tau, otak gue bukan otak gajah'

Mereka membawa 4 motor, motor pertama sudah pasti Keyla dan Feno sebab itu perintah nenek Feno, motor kedua Felly dan Via, motor ketiga Gio dan Sanu sedangkan motor terakhir Vanny dan Randi.

"Turun" Feno mematikan mesin motornya.

"Dejavu gue" ucap Keyla sambil turun dari motor Feno yang cukup tinggi.

"UWA! SEJUK BANGET!" heboh Via yang langsung lompat menuruni motor Felly.

"Eh anjir yang bener aja lo kalo mau turun" Felly langsung menahan motornya agar tidak jatuh.

Via tidak menanggapi protesan Felly, ia lebih memilih duduk di atas rumput yang sudah diberi alas, Keyla dan yang lainnya ikut duduk menemani Via. Ini pertama kalinya bagi Via untuk pergi sejauh ini bersama teman-temannya, biasanya ketika ia pergi jauh Ibunya sekaligus manager selalu menemani. Itupun bukan untuk refreshing seperti ini melainkan untuk pemotretan.

"Seneng deh liat lo gini" Keyla merangkul Via.

"Gue juga seneng akhirnya bisa refreshing gini" Via tersenyum kepada Keyla.

"Pengen banget bisa gini terus, rame, healing juga, secapek apapun kalo dateng ke sini pasti capeknya hilang" ucap Via, Keyla dan yang lainnya hanya menatap Via yang sedang bermonolog.

Memang diantara mereka berempat, hanya Via yang memiliki jadwal padat. Pulang sekolah ia langsung dijemput oleh ibunya untuk pergi ke tempat pemotretan, setelahnya ia akan pergi ke tempat les, sampai rumah Via tidak langsung beristirahat melainkan langsung mengerjakan tugas tugas, mungkin dirinya baru bisa beristirahat sekitar jam setengah 12 malam. Tak heran jika dirinya sesenang ini bisa keluar rumah untuk bermain.

"Lo tenang aja, kalo lo lagi nggak ada jadwal pemotretan, tinggal hubungin kita aja biar bisa kaya gini lagi" sahut Gio yang sedang mendirikan tenda kecil bersama anak laki laki lainnya. Mereka memutuskan untuk menyewa tenda sesampainya di puncak.

"Makasih" Via tersenyum.

"Makan dong makan udah laper nih" teriak Sanu.

"Oh iya bentar" Via berdiri membawa tasnya lalu mengeluarkan banyak snack.

"Nah snack udah ada, sekarang jadi bbq an kan?" tanya Sanu antusias.

"Jadi, Feno sama Gio lagi ke pos yang tadi buat nyewa alat bbq sama beli dagingnya" jawab Randi.

Tidak lama Feno dan Gio sudah datang dengan alat bbq dan daging dagingan.

"Yang masak cewe cewe kan?" Gio meletakkan alat bbq di deoan tenda.

"Nggak ada, kita semua masak, kalo yang masak cewe doang berarti cewe doang yang bakal makan" Felly berdiri lalu masuk ke dalam tenda.

"Kalau gitu lo nggak boleh masuk tenda" Feno melawan perkataan Felly.

"Nggak bisa, kan niatan lo pada ngediriin tenda ini buat semuanya" Felly berbalik untuk melawan kembali.

Mendadak atmosfer menjadi sangat mencekam sebab maupun Feno atau Felly tidak ada yang mau mengalah dalam perdebatan ini.

"Dari dulu sampai sekarang lo emang keras kepala" Feno menatap tajam pada lawan bicaranya.

Felly membuang muka dan kembali masuk ke dalam tenda.

"Kok jadi gini sih? Hehe udahan dong, kan niat kita ke sini buat seneng seneng" Keyla berusaha menetralisir keadaan.

Ketika malam tiba, mereka berkumpul di depan tenda untuk melaksanakan kegiatan bbq. Di sana cukup ramai mengingat malam ini merupakan malam minggu.

Acara bbq berjalan lancar dan menyenangkan, walaupun sebelumnya terjadi kejadian yang tidak mengenakkan namun mereka semua tidak mau ambil pusing, mereka semua tetap bersenang senang seolah tidak ada yang terjadi sebelumnya.

Feno memisahkan diri lalu duduk di atas rerumputan. "Sendirian aja, jomblo mas?" Keyla duduk disamping Feno lalu melakukan hal yang sama, menikmati pemandangan lampu lampu kota yang terlihat sangat indah dari atas sini.

Keyla tersenyum melihatnya, namun tiba tiba saja terlintas perkataan Feno pada Felly 'dari dulu sampai sekarang lo emang keras kepala'.

'Mereka udah kenal lama? Sejak kapan? Kok Felly nggak pernah cerita?' Keyla membatin lalu melirik Feno.

"Eh iya sebenernya gue ngga peduli sih, tapi kepo doang nih" Keyla memulai pembicaraan.

"Apa"

"Cewe yang pas waktu itu di rumah lo siapa?" Feno meliriknya dengan alis terangkat satu.

"Nggak, bukan, gue nggak cemburu, cuman kesel aja dikira mba mba go-food" jelas Keyla.

"Anaknya bi Biah, namanya Qia, umur 15, kelas 10, sekolah di tempat yang sama kaya kita" Keyla mulai memperhatikan Feno dari samping.

"Dia udah gue anggap adik sendiri, dari kecil dia suka ikut bi Biah ke rumah. Kalau bi Biah lagi ngerjain tugas rumah biasanya dia suka main bareng gue" Keyla tidak menyangka bahwa Feno akan menyeritakan sedetail itu, biasanya ia tidak mau repot repot berbuat seperti itu. Mungkin mood nya sedang bagus?

Baginya bercerita membuang banyak tenaga maka dari itu dirinya jarang sekali melakukan hal tersebut. Ia lebih baik mendengarkan orang lain bercerita panjang lebar dan merespon seperlunya.

"Kok gue nggak pernah liat dia ya di sekolah?"

"Anaknya cuek jadi nggak banyak yang tau"

"Lo cuek tapi banyak yang tau" Feno tidak menjawab.

"Tidur" Feno menyuruh tanpa memalingkan pandangannya yang lurus. Keyla meliriknya sekali lagi lalu berdiri untuk pergi tidur.

Can't wait for chapter 13-!! See u-!!

More Than I NeedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang