10

21 2 0
                                    

"Eh nanti kalo gue ditanya siapa nya lo, gue harus jawab apa?"

"Babu gue" jika saja Feno tidak sedang menyetir sudah pasti Keyla akan mencolok matanya.

"Lo ngga cocok ngelawak"

"Mereka udah pada tau" Keyla membuang napas lega.

"Eh btw kemarin letta kenapa bisa nitip surat ke lo?"

"Emng knapa?"

"Orang nanya tuh dijawab dulu baru udah itu boleh nanya"

"Ketemu dijalan waktu mau jemput lo"

"Loh kok bisa ketemu dijalan? Tapi disuratnya Letta sakit" Feno tidak menanggapi.

"Kalian pacaran?"

"Nggak"

"Padahal kalo pacaran juga gapapa" jelas Keyla.

"NGGAK" bentak Feno.

"Y-ya udah" Keyla melihat ke depan kembali.

"Sorry"

"Santuy aja" jawab Keyla sambil tersenyum namun dalam hatinya ia masih sedikit takut.

Setelah sampai  di kediaman neneknya Feno, Keyla melihat banyak sekali saudara Feno yang belum pernah ia temui.

"Eh Feno" Feno datang menghampiri neneknya.

"Ini Keyla ya?" tanya nenek Feno.

"Iya nek" jawab Keyla sopan.

"Keyla gabung aja sama yang lain, tuh disitu banyak sepupu perempuan Feno" ucap nenek sambil menunjuk ruang keluarga.

Keyla hanya menganggukkan kepalanya antusias lalu berjalan menuju ruang keluarga.

"KEYLA!" panggil salah seorang sepupu Feno.

"Stecie!"

"Gue kira lo nggak akan dateng, sini duduk" Keyla pun duduk disebelah Stecie. Tak lupa Stacie memperkenalkan Keyla kepada semuanya.

Stecie dan Keyla memang sempat satu SMP namun pada saat itu mereka hanya saling tau, setelah terjadi perjodohan antara Keyla dan Feno, mereka menjadi dekat.

"Kelas berapa?"

"Betah sama Feno?"

"Feno cuek?"

"Udah ngehabisin uang Feno berapa?"

Dari sekian banyaknya pertanyaan yang diberikan semua saudara Feno, Keyla hanya tertarik menjawab pertanyaan yang terakhir.

"Saya masih punya uang sendiri kak" Keyla tau siapa yang menanyakan pertanyaan seperti itu, Tina- kakak sepupu Feno yang udah lengket banget sama Feno.

"Tapi diliat dari penampilan lo sih kayanya matre"

"Saya dijodohin kak sama Feno, bukan pacaran demi uang"

"Ga tau nih Tina bikin suasana canggung aja!" sambar Stacie.

Tina yang mendengarnya hanya diam menatap malas Keyla dan Stacie bergantian.

Tidak lama nenek menyuruh untuk berkumpul di ruang keluarga yang berada di lantai 2.

"Nenek minta kalian semua untuk kumpul agar tali silaturahmi kita tidak terputus, dan nenek juga mau memperkenalkan saudara baru kita" Nenek menatap Keyla sakan memberi kode agar menghampirinya.

"Ini tunangan Feno namanya Keyla, kalian pasti sudah pada tau karena mendengar berita ini dari grup keluarga. Tapi kalian baru ketemu kan sama Keyla? Jadi Nenek harap kalian bisa bikin Keyla nyaman di keluarga besar ini, nenek nggak mau kalau kehilangan cucu kaya Keyla"

"Nek tapi kan mereka terlalu muda"

"Tina, mau umur berapa pun kalau mereka memang takdirnya begini mau bagaimana, lagipula nikah muda nggak dosa kok" Tina bungkam setelah mendengar ucapan neneknya percuma dia mau mengatakan seberapa banyak pun nenek pasti akan menjawabnya tanpa lelah.

"Ya sudah ayo kita makan malam berhubung sudah lengkap semua anggota keluarganya" ajak nenek saat melihat orang tua Feno yang baru saja datang.

Acara makan malam berlangsung lancar, lalu setelah itu mereka pamit untuk pulang, jika saja besok adalah hari libur mungkin mereka akan menginap, sayangnya tidak.

Dalam perjalanan pulang Feno sedikit agak pusing sebab ia banyak bermain dengan keponakannya di halaman, padahal anginnya cukup kencang.

"Fen? Lo nggak apa-apa?"

"Hmm"

"Ngga usah bohong, muka lo udah pucet"

"Gue gpp"

"Fen nggak usah maksain buat nyetir, mending gue aja yang bawa"

Feno pun menurutinya, ia tidak bisa berbohong pada dirinya sendiri bahwa ia sedang sakit, dan juga ia takut akan terjadi sesuatu bila dirinya memaksakan untuk menyetir.

Selama perjalanan Feno tertidur lelap, hingga sampai rumah Feno pun ia masih tertidur.

"Fen? Feno?" panggil Keyla sambil menepuk pelan pundak Feno. Sedangkan yang sedang dibangunkan hanya mengerang.

"Hey udah nyampe" Feno membuka matanya perlahan.

"Ayo gue bantu lo jalan" ucap Keyla lalu turun dari mobil.

Dengan susah payah Keyla membantu Feno berjalan masuk kerumahnya, tadinya Keyla hendak mengantar Feno ke kamar namun ia tidak sanggup karena Feno yang berat ditambah kamarnya yang berada di lantai atas. Jadi ia hanya membawanya sampai ruang keluarga lalu Feno tertidur di sofa. Karena orang tua Feno yang belum sampai maka Keyla akan menjaga Feno hingga orang tuanya datang.

Keyla beranjak menuju lantai atas, ia memasuki kamar Feno yang bernuansa abu gelap, lalu mengambil bantal dan selimut, setelah itu ia turun dan memberikannya kepada Feno.

Keyla menyentuh dahi Feno yang semakin panas, ia memutuskan untuk mengompres dahi Feno agar demamnya segera reda.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam" jawab Keyla sambil menyalimi orang tua Feno.

"Fenonya kenapa?" tanya Galih.

"Demam pah, kayanya gara gara tadi main diluar terus angin juga lagi kenceng, tapi sekarang udah mendingan kok, panasnya juga udah mulai turun" jelas Keyla.

"Makasih ya Keyla udah mau repot jagain Feno" ucap Amira.

"Iya mah, kalau gitu Keyla pulang dulu"

"Mau dianter?" tawar Galih.

"Nggak usah pah Keyla udah mesen taxi online juga" tolak Keyla.

"Ya udah kalau gitu hati hati di jalannya, nyampe rumah langsung tidur ya" pesan Amira kepada Keyla.

"Iya, Keyla berangkat Mah Pah, Assalamu'alaikum" pamit Keyla.

"Wa'alaikumsalam"

Can't wait for chapter 11-!! See u-!!

More Than I NeedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang