3

105 10 2
                                    

Pagi ini Karin sudah siap dengan seragam sekolah yang melekat ditubuhnya. Ia menatap dirinya di cermin. Tanpa senyuman yang melekat diwajahnya persis seperti Hirate sebelum kejadian buruk menimpanya. Karin melirik lampu proyektor planetarium hadiah ulang tahunnya dari Hirate yang ia rusak sendiri. Meskipun ia benci dengan Maminya tapi jujur dari lubuk hatinya ia sangat menyayangi maminya. Tapi begitu melihat Hirate, bayangan 2 tahun silam terputar di kepalanya.

"Dasar brengsek" desis Karin. Karin menggelengkan kepalanya. Ia berusaha untuk tidak mengingat kejadian itu karena ia tidak ingin paginya hancur.

Karin keluar dari kamarnya dan melangkahkan kakinya ke ruang makan. Moodnya semakin buruk saat melihat Yone sedang membantu Neru.

"Pagi Karin-chan" sapa Yone diiringi senyum khasnya. Karin tak menjawab ia duduk disalah satu kursi.

"Karin..."

"Tak apa Neru" Yone memotong ucapan Neru. Ia tidak ingin ada keributan. Neru menghembuskan nafas kasar. Ia menatap Karin yang sibuk dengan ponselnya.

Tak lama kemudian Hirate datang. Neru langsung memakaikan dasi yang berada ditangan Hirate karena Hirate tidak bisa memakaikan dasinya sendiri.

"Hai Yone. Lama tak jumpa" sapa Hirate sambil tersenyum.

Yone membalas senyum Hirate "Mau bagaimana lagi. Akhir-akhir ini pekerjaan ku sangat banyak" ujar Yone. Karin mengepalkan tangannya.

"Ma aku lapar" ucapan Karin menghentikan percakapan kedua wanita yang sangat Karin benci. Neru pun menyiapkan sarapan untuk Karin. Dan diikuti makanan untuk Hirate.

Begitu Hirate akan menyuapkan makanannya, Yone tiba-tiba menghentikannya "Techi kau melupakan vitaminmu. Kau harus meminumnya sebelum makan, ingat?" seru Yone tiba-tiba.

"Ini aku sudah membawakan yang baru" Yone menyerahkan sebotol kecil pil.

"Benar juga. Untung kau ingatkan Yone jika tidak Yurina pasti tidak akan memakannya". Neru juga tahu bahwa Yone membuatkan pil khusus untuk Hirate. Yone bilang pil itu bertujuan untuk Hirate yang sering kelelahan. Tapi sebenarnya itu semua bertujuan untuk mengontrol virus yang berada didalam tubuh Hirate.

Wajah Hirate ditekuk "Kenapa kau membawanya Yone" ucapnya tak semangat. Sudah 1,5 tahun Hirate mengkonsumsi obat yang dibuat Yone. Tapi akhir-akhir Hirate tidak ingin memakan obatnya.

Karin semakin geram melihat perhatian Yone. Ia sengaja menyenggol gelasnya hingga jatuh kelantai dan pecah.

Brakk

"Karin kau tak apa?"

Karin tidak menjawab ia memungut pecahan gelas itu. Yone langsung membantu Karin.

"Biar Tante saja yang ambil" tangan Yone membantu Karin berdiri tapi Karin menepisnya.

"Aku bisa sendiri" ujar Karin dingin. Yone masih bersikeras membantu Karin. Karena geram Karin mendorong Yone. Hingga Yone terduduk dilantai.

"AKU BISA SENDIRI" teriaknya sambil menatap Yone tajam.

"KARIN" tanpa sadar Hirate meneriaki Karin. Karin juga menatap Hirate tajam.

"Apa begini caramu bersikap kepada orang yang lebih tua darimu" kesabaran Hirate telah habis. Tak masalah baginya jika Karin tak menganggapnya tapi ia tidak ingin Karin tidak memiliki sopan santun apalagi dengan orang yang lebih tua darinya.

"Minta maaf kepada Tante Yone" tegas Hirate. Karin tak takut sedikitpun "Aku tidak mau" balas Karin tak kalah tegas. Neru yang berada disamping Hirate mengusap tangannya agar tenang.

"Techi sudahlah ini bukan salah Karin-chan" ucap Yone. Ia tidak ingin jika tiba-tiba saja Hirate hilang kendali.

"Aku tidak ingin dia bersikap kurang ajar apalagi kepadamu Yone".

Karin menjadi semakin emosi. Ia menatap Yone tajam "DASAR MURAHAN" teriak Karin kepada Yone.

"KARIN"

Karin tak memperdulikan teriakan Hirate "Kalian berdua sama. Yang satunya brengsek dan yang satunya lagi murahan. DASAR TIDAK TAHU DIRI" maki Karin.

Plak

Karin menatap Hirate semakin tajam. Air matanya lolos begitu saja "AKU MEMBENCIMU. LEBIH BAIK KAU MATI SAJA"

Karin berlari meninggalkan ruang makan. Neru memanggil Karin tapi Karin tidak mendengarkannya.

Hirate menatap tangannya yang telah menampar Karin. Perasaan bersalah mencuat di dirinya. Tapi Yone lah yang paling merasa bersalah. Karena dia Hirate dan Karin bertengkar. Karena dia juga Hirate menampar Karin.

"Maafkan aku. Semua itu salahku" ujar Yone bersalah.

Neru menggeleng "Kau tidak perlu merasa bersalah Yone. Karin dalam masa labil. Kami yang harus minta maaf atas nama Karin" sahut Neru sambil menatap Yone bersalah. Apalagi Karin juga memaki Yone.

"Aku berangkat kerja dulu Neru" pamit Hirate tak lupa ia mencium kening Neru. Neru menatap punggung Hirate sendu. Ia tahu Hirate tak bermaksud untuk memarahi Karin.

———————

"Tuan Akimoto anda baik-baik saja?"

Akimoto menatap rekan bisnisnya "Ya aku baik-baik saja. Hanya kelelahan saja" balas Akimoto dengan senyum tipis.

Rekan bisnis Akimoto melanjutkan presentasinya yang tertunda. Pandangan Akimoto mulai memudar. Keinginannya untuk makan tiba-tiba saja keluar. Bukan memakan makanan tapi orang-orang yang ada didalam ruangan ini.

Akimoto sudah tidak bisa mengendalikan dirinya. Ia menyerang orang yang disampingnya dan memakannya.

"Tu..tuan Akimoto apa yang anda lakukan?" sahut salah satu rekan bisnis Akimoto. Mereka lalu berdiri dan menjauh dari Akimoto yang sedang memakan orang itu. Mereka juga menatap jijik daging yang dimakan Akimoto.

Akimoto menatap mereka yang sedang ketakutan dan menyerang satu persatu dari mereka.

"Tuan Akimoto! Aku perintahkan kau berhenti" Akimoto tidak mendengarkannya, ia juga memakan orang itu. Begitu sadar apa yang telah ia lakukan Akimoto memundurkan langkahnya.

"Tidak mungkin" lirihnya menatap mayat-mayat itu. Ia mengambil tisu untuk membersihkan wajahnya yang kena cipratan darah dan juga bajunya.

Setelah itu Akimoto keluar dari ruang rapat itu. Ia bahkan tak membalas sapaan karyawan yang menyapanya.

Begitu tiba diluar kantor ia merogoh ponselnya yang berada di kantong celananya. Ia mencoba menghubungi seseorang yang juga memiliki sesuatu yang sama ditubuhnya, Hirate Yurina. Entah sudah ke berapa kali Akimoto menghubungi Hirate tapi Hirate belum juga menjawabnya.

Akimoto Yasushi

Temui aku di kantorku. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan. Ini sangat penting.

Setelah mengirim pesan singkat kepada Hirate, Akimoto pun bergegas ke kantornya sebelum seseorang mencurigainya.

Salah satu karyawan dari perusahaan yang ditinggalkan Akimoto memasuki ruang rapat.

"Kyaaa" ia berteriak setelah melihat para mayat. Karyawan itu langsung menghubungi polisi. Saat akan mengatakan laporannya, mayat-mayat itu tiba-tiba saja berdiri. Rupanya yang menyeramkan membuat karyawan itu semakin ketakutan. Dengan langkah terseok-seok mayat-mayat hidup itu mendekati karyawan tersebut. Ia menjadi semakin takut apalagi mayat itu semakin dekat.

Salah satu dari mayat hidup itu memegang tangan sang karyawan. Karyawan itu langsung mendorongnya tapi ia diserang dari belakang dan berhasil membuatnya terjatuh. Para mayat hidup itu pun memakannya. Ia berteriak minta tolong tapi karena ruangan itu kedap suara tidak ada yang mendengarnya.

Z-VIRUS : DestroyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang