2. Flashback (2)

92 12 4
                                        

"Apa saja jadwalku sekarang?" tanya Hirate ke sekretaris nya.

"Tidak ada Hirate-san. Tapi seseorang menunggu anda di ruangan anda"

Hirate mengangguk lalu melangkahkan kakinya ke ruangannya.

"Yone!" gumam Hirate kaget.

Yone tersenyum "Hai Techi. Wow kau masih terlihat sangat muda ya" ujar Yone tak percaya.

"Seperti yang kau lihat" kekeh Hirate.

Hirate duduk di kursi kebesarannya. Ia mengerjakan pekerjaan sedangkan Yone menatap keluar jendela. Yone melangkah ke kursi Hirate.

"Ini yang kau minta" Yone menyerahkan lampu proyektor planetarium.

"Makasih" ucap Hirate.

"Apa Karin sangat menyukainya?" tanya Hirate karena tak biasanya Hirate menyuruhnya membeli sesuatu.

Hirate mengangguk semangat "Sangat. Aku lihat dia sangat senang dengan astronomi jadi kupikir ini akan pas untuk hadiah ulang tahunnya" jawab Hirate. Yone hanya manggut-manggut.

Yone berjalan ke meja Hirate. Dilihatnya foto keluarga Hirate.

"Karin sangat cantik untuk anak seumurannya sama seperti Neru waktu dulu" gumam Yone.

Saat Yone sedang asyik-asyik melihat foto keluarga Hirate. Tiba-tiba saja ada yang aneh dengan tubuh Hirate. Sesuatu yang memberontak untuk keluar.

Bunuh! Bunuh! Bunuh!

Ia mendengar bisikan aneh. Bisikan itu terdengar jelas di kepalanya. Hirate menggelengkan kepalanya untuk menepis pikiran itu.

Bunuh! Bunuh! Bunuh!

Bisikan itu semakin menjadi-jadi. Mata Hirate tiba-tiba berubah. Ditatapnya Yone dengan tatapan kosong.

"Ada apa Techi?" tanya Yone begitu sadar Hirate menatapnya.

Hirate tak menjawab ia langsung menyerang Yone. Didorongnya Yone ke dinding lalu dicekiknya. Yone berusaha mendorong tubuh Hirate. Pegangan tangannya pada pinggang Hirate semakin kuat saat Hirate menguatkan cekikannya.

"Te... chiii" lirih Yone tertahan karena cekikan Hirate begitu kuat. Tanpa mereka sadari Karin melihat kejadian itu yang membuatnya salah paham.

"Techiii kumohon" ujar Yone sambil menggeleng.

Udara mulai menipis. Yone tak tahu harus apa. Tangannya tak sengaja menyentuh vas bunga. Yone langsung menghantamkan vas bunga ke kepala Hirate.

Hirate memegang kepalanya yang sudah berlumuran darah. Yone menatap Hirate takut. Ia mengambil pecahan vas bunga untuk jaga-jaga.

"Aw. Sakit" lirih Hirate.

"Darah" gumam Hirate menatap tangannya.

"Yo.. Yone. Apa yang kau lakukan?" kaget Hirate saat melihat pecahan vas bunga ditangan Yone.

"Kau..kau hampir membunuhku" ujar Yone takut. Ia masih menodongkan pecahan vas bunga.

"Apa?" Hirate menatap Yone tak percaya.

"Ada apa denganmu Techi?" tanya Yone khawatir.

"Aku tidak tahu. Tapi aku mendengar bisikan aneh. Bisikan itu terus menyuruhku untuk membunuh" jelas Hirate.

"Apa mungkin virus itu memberontak" Hirate menggeleng tak tahu.

"Techi sebaiknya untuk saat ini kau tidak perlu bertemu dengan orang banyak. Aku takut virus itu menjadi semakin agresif" ujar Yone sambil menatap Hirate serius.

Hirate memijit pelipisnya. Luka di kepalanya sudah hilang. Hanya darah saja yang mulai mengering.

"Aku benar-benar minta maaf Yone. Maaf karena tidak bisa menahan diri" ujar Hirate menyesal.

Yone menggeleng "Ini bukan salahmu Techi. Aku sudah yakin lambat-laun virus itu pasti memberontak. Kau sudah cukup kuat menahannya selama ini" balas Yone.

"Aku akan mencari cara untuk memusnahkan virus itu. Kau jangan khawatir" tambah Yone.

"Aku pergi dulu. Tetaplah berhati-hati"

"Tapi jika terjadi sesuatu pastikan seseorang memukul kepalamu. Menurutku itu akan bekerja" canda Yone sambil tersenyum.

"Dasar kau" gerutu Hirate tapi tetap tersenyum.

Setelah itu Yone meninggalkan ruangan Hirate. Hirate menatap sendu foto Neru dan Karin.

"Hi... Hirate-san" kaget sekretaris Hirate yang baru masuk.

Hirate hanya menatapnya sekilas "Anda baik-baik saja" tanya sang sekretaris sambil mendekati Hirate.

"Aku baik-baik saja" balas Hirate singkat.

"Panggilkan OB untuk membersihkan kekacauan ini" perintah Hirate.

Setelah itu Hirate pergi meninggalkan ruangannya. Untuk sekarang ia lebih baik menyendiri seperti yang dikatakan Yone. Setidaknya hingga Yone menemukan penawarannya.

Z-VIRUS : DestroyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang