"Apa yang kau mau?" Okada lagi-lagi tertawa. Lalu ia mengelus pipi Hirate menggunakan pisau itu.
"Kau sangat peka ya" ujarnya. Okada melihat mereka semua satu persatu.
"Ck. Kau bertahan dengan orang-orang yang seperti ini" decak Okada. Hirate menatap Okada tajam.
"Wow tenang. Tenang. Kau seperti ingin membunuhku saja" ujar Okada pura-pura takut.
"Bawa kesini" perintah Okada. Anak buah Okada membawa sebuah kotak besi yang berukuran besar. Begitu kotak itu terbuka tampaklah seseorang seperti monster dengan rantai di kedua tangannya.
"Paman Akimoto" ujar Hirate tak percaya. Hirate bisa merasakannya karena mereka sama.
"Luar biasa Hirate. Kau masih bisa mengenalinya" Okada menepuk tangannya.
"Aku tidak percaya virus itu bisa merubah orang menjadi monster" gumam Yone sambil menatap Akimoto.
"Jangan-jangan itu juga akan terjadi pada Techi" ujar Akane cepat. Yone menggelengkan kepalanya. Ia juga tidak tahu tapi besar kemungkinan Hirate berubah menjadi seperti itu.
"Jadi bagaimana jika kalian bertarung. Pasti itu akan lebih menyenangkan" ujar Okada dengan seringai jahatnya.
"Apa yang membuatmu percaya aku akan menurutimu" sahut Hirate tak peduli. Ia menatap Akimoto yang mencoba memutuskan rantai itu.
"Tak masalah jika kau tak mau" Okada berjalan ke arah Karin. "Mungkin gadis ini bisa melakukannya" lanjut Okada sambil menjambak rambut Karin membuat Karin meringis.
Hirate melumpuhkan orang yang menahannya dan mengambil pistol milik orang itu. Ia mengarahkan pistolnya itu ke Okada. "Kau sakiti dia maka kau mati" ancamnya.
Okada tertawa jahat "Kau pikir kau siapa ha? Lihat disekelilingmu. Sekali aba-aba maka orang-orang yang ada disini akan mati" ujarnya.
"Sekarang letakkan senjatamu" Hirate pun menurutinya dengan berat hati. "Tendang kemari" Hirate menendang pistol itu.
"Sekarang kau pilih. Gadis ini yang melakukannya" Okada semakin menarik rambut Karin hingga ia semakin meringis kesakitan.
"Aku akan melakukannya" tukas Hirate cepat. Okada tersenyum senang "Mari kita lihat siapa yang paling hebat diantara kalian berdua"
Okada memerintahkan anak buahnya melepaskan Akimoto. Akimoto langsung menyerang anak buah Okada yang dekat dengannya.
Setelah itu ia menatap Hirate tajam dan mengejar Hirate. Begitu telah dekat Akimoto langsung melancarkan serangannya dan Hirate menghindar. Akimoto kembali meluncurkan serangannya berkali-kali hingga berhasil mengenai wajah Hirate.
Hirate berniat melawan balik tapi begitu pukulannya berada tepat didepan wajah Akimoto, ia teringat bagaimana Akimoto merawatnya. Bagaimana Akimoto memberikannya senyuman bagaikan seorang ayah.
"Aku tidak bisa" gumam Hirate. Akimoto menggunakan kesempatan menyerang Hirate bertubi-tubi tapi Hirate tidak melawan ataupun menghindar. Neru dan yang lainnya semakin mengkhawatirkan Hirate.
Tubuh Hirate sudah tidak berdaya, Akimoto langsung mencekik lehernya. Hirate hanya bisa pasrah. Tapi bisa melihat gerak bibir Akimoto.
Hancurkan
Setidaknya itulah yang Hirate baca dari gerak bibir Akimoto. Hirate teringat pesan Akimoto waktu itu. Dengan sekuat tenaga ia melepaskan cekikan Akimoto. Begitu sudah lepas Hirate menyerang Akimoto. Ia memukul Akimoto bertubi-tubi lalu Hirate mengambil pistol milik anak buah Okada yang telah mati.
"Terimakasih Paman" gumamnya. Hirate menembakkan pistolnya hingga semua peluru habis. Ia terduduk.
"Kau...kau harus membayar semuanya" ujar Hirate dengan suara beratnya. Hirate menatap Okada tajam. Hirate mulai berdiri.
Okada tiba-tiba saja menjadi takut "Tembak dia" perintah Okada. Semua anak buahnya menembak Hirate. Setelah peluru mereka habis, mereka menatap peluru-peluru yang telah bersarang di tubuh Hirate. Tapi kemudian peluru-peluru itu keluar begitu saja dari tubuh Hirate.
Sekarang Hirate telah berubah menjadi sosok yang berbeda. Senyumannya yang begitu menyeramkan begitu juga dengan tatapannya. Hirate melumpuhkan anak buah Okada satu persatu. Bahkan ia juga tak segan-segan mematahkan tulang-tulang mereka.
"Ini yang aku takutkan" gumam Yone melihat Hirate semakin agresif.
Begitu berhasil melumpuhkan semua anak buah Okada. Ia menatap Okada.
"Jika kau..." Hirate lebih dulu memukul Okada tepat di area jantungnya. Perlahan jantung Okada berhenti berdetak. Tapi Hirate tak berhenti sampai disitu. Ia memukul-mukul wajah Okada.
"Hei lakukan sesuatu" pekik Yuuka. Tidak ada yang berani mendekati Hirate. Hirate semakin memukul Okada hingga tak berbentuk. Tapi tiba-tiba saja ia berhenti karena sepasang tangan melingkar di perutnya.
"Mami berhenti" lirih Karin. Hirate mulai tenang, setelah itu tubuhnya tiba-tiba saja ambruk. Neru memangku Hirate.
"Kepedulian dari Karin berhasil menghentikan Techi" ujar Yone pelan sambil tersenyum tipis.
"Gawat" pekik Akane. "Sekarang sudah jam 11.55, itu artinya 5 menit lagi Nuklir diluncurkan" lanjut Akane sambil menatap jam tangannya.
Risa dan Shida menggendong Hirate. Mereka lalu masuk ke pesawat yang telah disediakan oleh Pak presiden.
"Apa dari kalian ada yang bisa menerbangkannya" Tidak ada yang menjawab.
"Aku bisa" semuanya menatap Aoi.
"Kau yakin. Bagaimana bocah TK bisa menerbangkan pesawat"
"Aku bukan bocah TK" tegas Aoi sambil menatap Shida tak suka.
"Bukan waktunya berdebat. Aoi terbangkan" Aoi mengangguk langsung masuk kedalam kokpit. Aoi mulai menjalankan pesawat.
"Aoi cepat" teriak Risa begitu melihat Nuklir telah diluncurkan. Pesawat pun berhasil diterbangkan, bertepatan dengan itu Nuklir meledak.
"Pegangan yang kuat" teriak Akane begitu ledakan dari Nuklir itu menyebabkan goncangan. Namun pesawat mulai hilang kendali.
"Kita akan jatuh"
-----
Hirate mulai membuka matanya. Ia menatap sekitarnya.
"Kau sudah bangun?" Ia menatap seseorang yang berada disampingnya yang sedang senyum senang.
"Neru" gumam Hirate. Lalu ia menatap teman-temannya dan juga teman-teman Karin.
"Kalian"
"Kita sudah aman. Dan sekarang kita menuju ke Francis" ujar Akane. Hirate tersenyum bahagia "Syukurlah" lirihnya. Tiba-tiba ada seseorang yang memeluknya dari samping. Karin.
"Aku menyayangimu Mami. Makasih udah menyelamatkanku tadi" Hirate mengelus puncak kepala Karin dan mencium kening Karin.
"Aku menyayangimu juga Karin" ujarnya Hirate pelan. Badannya masih terasa sakit. Neru juga memeluk Hirate dari samping.
"Hei ayolah. Jangan membuatku cemburu" dengus Shida. Sedangkan Risa terkekeh kecil. Sepertinya ia harus menghentikan penantian yang tidak pasti ini. Karena bagaimanapun Hirate milik Neru dan Neru milik Hirate.
Tamat
KAMU SEDANG MEMBACA
Z-VIRUS : Destroy
HorrorKehidupan Hirate kembali seperti semula. Ia juga sudah menikah dengan Neru dan memiliki seorang anak bernama Karin. Tapi sayangnya Karin membenci Hirate. Selain itu Hirate juga memiliki rahasia yang tidak satu pun orang yang tahu. Rahasia itu ia pe...