7

89 10 2
                                    

Karin bersembunyi dari zombie-zombie itu. Tubuhnya bergetar karena lari-larian untuk menghindari para zombie. Hari juga sudah mulai gelap tapi ia masih terjebak di dalam kelas. Karin menghela nafas frustasi.

"Mau sampai kapan disini" gumamnya. "Ten sama Hono baik-baik aja gak ya? Semoga aja mereka baik-baik" monolog Karin.

"Mama Karin kangen mama" lirih Karin.

"Mami" Karin langsung menepis nama Hirate di kepalanya. "Pasti dia sekarang sedang bersenang-senang dengan wanita itu" dengus Karin. Dengan kejadian tadi membuat Karin semakin benci pada Hirate.

Karin tidak tahu saja Hirate sedang mencarinya sekarang diikuti oleh Hikaru yang mulai kelelahan. Hikaru menatap Hirate heran, pasalnya dari tadi Hirate tak pernah menunjukkan wajah lelahnya padahal mereka sudah berjalan terlalu lama. Hirate bisa dibilang lebih tua darinya.

"Ano~" Hirate menghentikan langkahnya dan menatap Hikaru. "Bisakah kita istirahat. Kakiku sangat pegal. Hari juga sudah malam" lanjutnya. Hirate berpikir sebentar lalu mengangguk. Lagipula ia tak bisa memaksakan Hikaru karena mereka berbeda.

Mereka memasuki salah satu kelas yang lumayan gelap. Hirate pun mencari saklar lampu. Begitu dapat ia langsung menghidupkan tapi tiba-tiba ia diserang zombie. Pistolnya juga terlempar entah kemana.

Hikaru tak tahu apa yang harus ia lakukan. Zombie itu terus berusaha menggigit Hirate.

"Hikaru-chan tutup matamu dan juga telingamu" perintah Hirate. "Tapi..." "Lakukan saja" tegas Hirate. Hikaru pun menurut.

Hirate langsung memutar leher zombie itu yang masih didengar oleh Hikaru. Begitu zombienya tidak bergerak Hirate mendorong zombie itu kesamping.

"Kau boleh membuka matamu" Hikaru pun membuka matanya dengan ragu. Ia melihat Hirate yang sedang membersihkan bajunya dan zombie yang tergeletak dilantai.

"Bagaimana kau bisa tahu kelemahannya" Hirate menatap Hikaru.

"Karena aku sudah pernah mengalaminya" balas Hirate seadanya.

"Apa?"

Hirate tersenyum "Jauh sebelum ini Negara kita juga mengalami hal yang sama tapi bedanya hanya sekolahku saja yang terkena" sahut Hirate. "Eh. Bagaimana mungkin?" Hikaru masih bingung dengan penjelasan Hirate.

"Ketamakan yang membuatnya" ujar Hirate sambil tersenyum masam.

"Kau tidurlah. Aku akan berjaga-jaga" Hikaru sedikit ragu dengan Hirate dan Hirate menyadarinya.

"Tak usah khawatir. Aku tidak akan meninggalkan mu atau pun melakukan sesuatu padamu. Aku juga sudah memiliki istri dan anak" serunya. Hikaru merasa bersalah karena telah curiga dengan Hirate.

"Oyasumi" ujar Hikaru pelan. Hikaru pun memejamkan matanya memasuki alam mimpi.

Hirate juga memejamkan matanya. Ia bukan tidur tapi mengingat kebersamaan bersama Neru dan Karin, sebelum Karin membencinya. Ia sangat merindukan malaikat kecilnya.

———————

"Yurina" Neru terbangun dari tidurnya. Yone yang masih terjaga mendekati Neru dengan membawakan segelas air putih.

"Yone dimana Yurina?" tanya Neru. Yone tak menjawab ia malah memberikan Neru air putih.

"Yone dimana Yurina" desak Neru.

"Sebaiknya kau minum dulu" Neru menggeleng. "Dimana Yurina" desak Neru lagi.

"Techi ke sekolah Karin" jawab Yone. "Apa?" "Dengan siapa?" tanya nya lagi. "Sendiri" balas Yone.

"Kenapa kau biarkan Yone" marah Neru. "Neru kondisi mu masih lemah. Kau sebaiknya jangan banyak bergerak" ujar Yone menahan Neru yang akan berdiri.

"Dengarkan aku. Techi akan kembali bersama Karin dan Ten. Kau tidak usah khawatir ok. Tapi jika kau masih bersikeras maka Techi yang akan khawatir padamu" jelas Yone sambil menatap Neru serius.

"Tapi.." "Techi akan baik-baik saja" potong Yone dengan senyum meyakinkan.

"Bukan itu yang menjadi masalah bagiku. Aku takut nanti jika ada siswi sekolah Karin yang masih selamat, dia terpikat dengan Techi" dengus Neru. Yone terkekeh "Dasar pencemburu" ujar Yone. "Sebaiknya kau tidur lagi. Malam masih panjang" sambung Yone. Neru mengangguk lalu ia memejamkan matanya.

——————

Cahaya matahari membuat Hikaru terpaksa bangun dari tidur nyenyaknya. Ditatapnya sekitar tapi ia tidak menemukan Hirate dimana pun.

"Harusnya aku tidak percaya dengannya" kesal Hikaru.

Tiba-tiba seseorang masuk kedalam kelas yang ditempati Hikaru sambil mengunci pintu. Hikaru menatap kaget orang itu.

"Kau sudah bangun Hikaru-chan" ujar Hirate sambil berjalan kearah Hikaru.

"Ka..Kau masih disini?" Hirate terkekeh. "Tentu saja aku disini. Ini untukmu" Hirate memberikan Hikaru sebuah roti dan juga minuman.

"Bagaimana kau bisa tahu dimana kantin?" tanya Hikaru sambil menerima makanan dari Hirate.

"Cukup sulit sebenarnya. Tapi untungnya aku mencarinya dari jam 5 pagi jadinya aku tiba berbarengan dengan kau bangun " sahut Hirate santai.

Mata Hikaru membulat "Jam 5" pekiknya. Hirate hanya mengangguk santai.

"Dia mencarikanku makanan tapi aku mencurigainya" gumam Hikaru.

"Apa kau mengatakan sesuatu?" Hikaru langsung menggeleng cepat.

"Oh iya jika kau tidak keberatan. Setelah selesai makan kita melanjutkan mencari Karin" Hikaru mengangguk. Toh semakin cepat mereka menemukan Karin maka semakin cepat juga dia keluar dari sini.

Mereka pun selesai makan dan mulai berjalan. Keheningan melanda keduanya. Hikaru yang terlalu suka suasana hening ditempat yang menyeramkan ini pun memilih bertanya pada Hirate.

"Jadi bagaimana kau bisa keluar?"

"Maksudnya?" tanya Hirate tidak mengerti.

"Keluar dari sekolah lamamu"

"Kami meledak sekolah kami dulu" jawab Hirate enteng.

"Lalu setelah keluar dari sini apa kau juga akan meledak sekolah ini"

Hirate menggeleng "Tidak. Kondisi sekarang berbeda dengan yang dulu. Jika dulu hanya sekolahku saja yang terkena sedangkan yang sekarang bisa dibilang hampir seluruh Jepang terkena virus berbahaya ini" jelas Hirate. Hikaru manggut-manggut.

Tidak ada lagi percakapan antara keduanya. Tanpa mereka sadari, mereka telah melewati kelas yang ditempati Karin.

Karin yang bersembunyi dibawah meja guru menyulitkan seseorang untuk menemukannya. Rasa ketakutan di diri Karin membuat Karin enggan untuk sekedar keluar mencari makanan.

"Aku lapar" lirihnya. Ia sangat berharap jika ada seseorang yang datang menyelamatkannya.

Z-VIRUS : DestroyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang