9

101 9 3
                                    

"Ini saya Mr. Presiden. Bagi siapapun yang masih hidup segeralah ke Bandar Udara Haneda. Sekali lagi saya sampaikan. Siapapun yang masih selamat segeralah ke Bandar Udara Haneda. Jam 12.00 Nuklir akan diluncurkan"

Risa terbangun akibat suara-suara berisik dari radio milik Yobe. Ia membuka matanya.

"Ini saya Mr. Presiden. Bagi siapapun yang masih hidup segeralah ke Bandar Udara Haneda. Sekali lagi saya sampaikan. Siapapun yang masih selamat segeralah ke Bandar Udara Haneda. Jam 12.00 Nuklir akan diluncurkan"

Risa langsung terjaga sepenuhnya begitu mendengar isi dari radio itu. Ia membangunkan seluruh orang.

"Nee Risa. Kau menganggu tidur ku" ujar Shida kesal. Risa tak mendengarkan Shida, ia pun menampar Shida agar sadar.

Plak

Shida mendelik tak suka. Ia berniat membalas Risa tapi tak jadi begitu mendengar radio.

"Ini saya Mr. Presiden. Bagi siapapun yang masih hidup segeralah ke Bandar Udara Haneda. Sekali lagi saya sampaikan. Siapapun yang masih selamat segeralah ke Bandar Udara Haneda. Jam 12.00 Nuklir akan diluncurkan"

"Apa!" pekik Shida.

"Kita harus keluar dari sini dan pergi ke Bandar Udara Haneda" seru Risa tanpa memperdulikan pekikan Shida.

"Tapi bagaimana. Ini jauh dari Bandar Udara Haneda" sahut Akane.

"Ah aku tahu" Yone keluar dari laboratoriumnya. Mereka semua pun mengikuti Yone. Dibelakang laboratorium itu ada sebuah bangunan. Yone membuka bangunan itu menggunakan tangannya sebagai identitas.

Terverifikasi

Begitu terbuka, tampaklah sebuah bus yang cukup untuk mereka.

"Wow Yone. Aku tak percaya kau memiliki bus itu"

Yone menggaruk tengkuknya "Itu sebenarnya untukku mencari bahan percobaan" balas Yone. "Ayo masuk"

Hirate berdiri menatap bus itu. Perasaannya menjadi tak enak. Neru menggenggam tangan kanan Hirate dan Karin menggenggam tangan kirinya.

"Ayo semuanya masuk" ujar Shida. Mereka pun melangkah masuk kedalam bus milik Yone.

"Perjalanannya cukup jauh jadi jika kalian ingin melanjutkan tidur silahkan saja" ucap Shida yang mengemudikan bus. Shida mulai menjalankan bus itu.

Seperti yang dikatakan Shida tadi, beberapa dari mereka ada yang memilih untuk tidur. Karena jarak antara Bandar Udara Haneda dengan laboratorium milik Yone terbilang cukup jauh.

Neru menyadarkan kepalanya di bahu Hirate. Sedangkan Karin menatapnya keluar. Ia melihat zombie-zombie yang mengejar mobil mereka. Bentuknya semakin seram. Hirate yang berada diantara Neru dan Karin, ia menggenggam tangan Karin. Karin langsung menoleh. Hirate memberikan senyum terbaiknya, Karin pun membalas dengan senyum tipisnya.

Risa berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah Hirate. Ia memberikannya makanan tapi Mari yang mengambil nya.

"Makasih Tante Risa" Risa hanya tersenyum kikuk. Setelah Risa pergi, Karin menghela nafas lega. Ya, perkataan Yone masih ia ingat. Apalagi saat Yone bilang Shida dan Risa menyukai Maminya.

"Kenapa kamu Karin. Biasanya sangat antusias jika ada Risa?" tanya Hirate heran. "Karin gak mau mama baru" ceplos Karin. Hirate menatap Karin heran.

"Aku lapar" ujar Karin. "Kan ada makanan di tanganmu" Karin menepuk jidatnya dan nyengir. Ia pun memakan makanan dari Risa yang sebenarnya untuk Hirate.

Cukup lama Shida mengemudi akhirnya mereka telah sampai ke tempat yang jadi tujuannya. Shida yang turun pertama kali langsung meregangkan tubuhnya.

Hirate yang baru turun menatap seisi bandara yang terasa aneh. Ia tidak menemukan seorangpun. Kecurigaannya semakin menjadi-jadi.

"Ayo" ajak Akane. Hirate mengikuti dengan perasaan cemas.

"Apa ada orang" teriak Shida. Tidak ada yang menjawab.

"Apa kita di prank. Dari tadi kita belum menemukan seorangpun" lanjut Shida sambil menatap teman-temannya.

"Seseorang" teriak Akane.

Tap Tap Tap

Begitu mendengar langkah kaki mereka reflek berbalik. Disana ada beberapa orang yang berjalan kearahnya dengan menyeret seseorang yang mereka kenal.

"Hai semuanya. Pak Presiden belum bangun jadi aku membawanya" ujarnya diiringi dengan seringai jahatnya.

"Siapa kau. Kenapa kau membunuh pak presiden?" tanya Yuuka takut.

Seringai jahatnya semakin lebar "Aku Okada Jiro. Aku tidak bermaksud membunuh si tua bangka itu tapi dia sangat berisik"

"Dan ya kudengar salah satu dari kalian itu ada yang berbeda. Itu membangkitkan gairahku" lanjutnya menatap mereka satu persatu.

Karin melirik Hirate yang tampak tenang. Okada mendekati mereka satu persatu hingga berhenti didepan Hirate. Okada senyum miring, lalu ia mengambil pisau yang ia sembunyikan dan melayangkan mengenai wajah Hirate. Luka yang cukup dalam hingga darah merembes keluar.

"YURINA"

"MAMI"

"TECHI"

"KAK TECHI"

Luka diwajah Hirate menghilang begitu saja. Okada tertawa seperti orang gila.

Tapi suatu saat pasti kebenaran itu akan terungkap. Dan kau melihat sendiri sesuatu yang lain di diri Mamimu.

Karin menatap maminya tak percaya. Tapi Hirate hanya diam saja.

"Jadi ternyata benar. Itu kau Hirate" tunjuk Okada dengan pisaunya yang dilumuri darah Hirate. Okada hendak menjilat darah itu tapi tidak jadi.

"Kau" panggilnya kepada salah satu anak buahnya. "Kau jilat ini" suruhnya.

"Ta..tapi pak.." Lakukan saja" bentaknya. Dengan ragu orang itu menjilat darah yang ada di pisau itu.

Beberapa detik kemudian orang itu berubah menjadi zombie. Ia menyerang Okada tapi Okada menebas lehernya. Karin menutup mulutnya. Tawa Okada semakin pecah, ia menatap Hirate dengan senyum miringnya.

"Let's play game" ujarnya.

Z-VIRUS : DestroyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang