Semenjak tiba disekolah, Karin hanya memasang wajah murungnya. Ia juga tiba-tiba saja marah tanpa sebab. Bahkan Hono dan Ten jadi heran. Pasalnya tak biasanya Karin memasang wajah murung apalagi jika sudah bersama teman-temannya. Tapi dari mereka tidak ada yang berani untuk bertanya.
"Maaf aku gak sengaja" ucap seseorang yang tak sengaja menabrak Karin.
Karin menatapnya tajam "Kau gak punya mata ha? Apa perlu aku belikan kau kacamata agar kau bisa melihat dengan jelas. Dasar pendek" marah Karin.
Orang itu pun tersulut emosi "Jaga ucapan mu. Sudah kubilang aku tidak sengaja. Kenapa kau memakiku" balas Orang itu tak terima.
"Run-run maafin Karin ya. Dia lagi Pms jadi begitu" Ten lebih dulu menyela sebelum mulut Karin mengeluarkan makian lagi. Gadis yang dipanggil Run-run atau Hikaru itu menatap Karin kesal lalu pergi.
"Sudah cukup kau memaki banyak orang hari ini Karin" geram Ten.
"Ini bukan urusanmu Ten. Terserah aku mau ngapain" ujar Karin marah.
"Hei tenang ok. Tidak seharusnya kalian bertengkar" lerai Hono sambil memegang pundak kedua temannya.
"Kau bilang pada dia Hono berhenti memperlakukan orang semaunya" kesal Ten. Bahkan Ten tidak ingin menatap wajah Karin.
"Kau bukan siapa-siapa jadi jangan mengaturku" sergah Karin.
"Karin kau keterlaluan. Kita sudah bersahabat sejak lama tapi kau" Hono menatap Karin tak percaya.
"Aku tidak memerlukan sahabat seperti kalian" tukas Karin. Lalu Karin meninggalkan keduanya.
"Aku juga tidak ingin berteman dengan orang egois seperti mu" teriak Ten marah.
Ten juga pergi dengan arah berlawanan diikuti Hono. Hono masih syok dengan pernyataan Karin. Karin menjadi sosok yang berbeda.
Di gerbang sekolah ada seorang pria berwajah pucat dengan tatapan kosong yang berjalan ke dalam sekolah. Penjaga keamanan pun mendekati pria itu.
"Maaf. Sekarang masih dalam jam belajar orang luar tidak boleh masuk" ujar penjaga keamanan. Pria itu mendekati penjaga keamanan dan langsung mengigitnya.
AAAAA
—————
AKU MEMBENCIMU. LEBIH BAIK KAU MATI SAJA
Perkataan Karin terus terngiang di kepalanya. Bahkan selama rapat tadi ia tidak fokus. Ditatapnya tangan kanannya. Hirate mengambil foto keluarganya.
"Kau benar Karin. Seharusnya aku mati saja. Andai saja itu bisa" lirih Hirate. Hirate mengusap foto itu.
Cukup lama ia menatap foto itu.Lalu Hirate memeriksa ponselnya. Ternyata ada banyak panggilan tak terjawab dari Akimoto dan juga pesan.
"Paman Akimoto?" Hirate mengernyitkan dahinya. Ia pun memeriksa pesan dari Akimoto.
Akimoto Yasushi
Temui aku di kantorku. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan. Ini sangat penting.
Tanpa pikir panjang Hirate langsung pergi ke kantor Akimoto. Selama perjalanan ia merasakan sesuatu yang aneh. Entah kenapa jalanan yang biasanya ramai menjadi sunyi.
Mobilnya pun berhenti didepan perusahaan Akimoto. Bahkan saat ia sudah didalam kantor Akimoto masih tidak menemukan siapapun.
"Apa mereka semua cuti?" gumamnya. Hirate pun memasuki lift. Cukup lama ia dalam lift, lift pun terbuka. Tapi ia masih tidak menemukan satu karyawan pun. Hirate berusaha untuk tidak memperdulikannya. Ia masuk kedalam ruangan Akimoto.
Tapi ia tidak menemukan Akimoto dimana pun. Ia semakin merasakan keanehan.
"Paman dimana?" tapi tidak ada balasan. Hirate lalu menatap laptop Akimoto yang masih hidup di atas meja kerjanya. Hirate melihat laptop itu
"Video?" Hirate pun menghidupkan video itu.
"Hirate" Akimoto tampak meringis didalam video itu. Wajah pucatnya juga di penuhi dengan darah.
"Jika kau sudah melihat rekaman ini berarti aku telah tiada" Akimoto menggeram. Ia pun memukul-mukul kepalanya agar tetap sadar.
Ia menatap kamera "Virus itu semakin ganas. Sangat sulit bagiku mengendalikannya" ujarnya lagi. Nafasnya tersengal-sengal.
Tiba-tiba Akimoto berteriak dan melempar barang-barangnya. Ia berusaha agar tetap sadar.
"Semakin umurmu bertambah maka kau akan sulit mengendalikannya. Kau akan semakin agresif. Perasaan memakan manusia akan tumbuh dalam dirimu" Akimoto menahan rasa sakit. Perlahan tatapan Akimoto berubah menjadi tajam.
"Aku telah menyebarkan virus itu. Kau harus menghentikannya sebelum semuanya terlambat. Aku yakin kau pasti bisa. Maaf jika meninggalkan masalah untuk mu" setelah itu video itu berhenti diakhiri teriakan Akimoto.
Begitulah isi video singkat dari Akimoto. Hirate menatap laptop itu sendu.
"Paman" lirihnya.
Drrrtt
Hirate mengangkat panggilan dari Neru.
"Halo Neru ada apa?"
"Yurina ada rombongan orang aneh yang berusaha masuk kedalam rumah" ujar Neru dengan nada yang gemetar.
"Neru kau kunci seluruh rumah. Aku akan kesana" ucap Hirate menenangkan.
"Kumohon cepatlah. Aku sangat takut"
Tut
Hirate langsung bergegas keluar dari kantor Akimoto. Ia langsung masuk kedalam mobil dan menancapkan gasnya. Sangking khawatirnya Hirate menaikkan kecepatan mobilnya.
Ciiiit
Hirate berlari kedalam rumah yang sudah berhasil diterobos. Ia mencari-cari keberadaan Neru.
"Pergi"
Begitu mendengar teriakan Neru yang berada di kamar tidurnya, Hirate langsung berlari ke lantai 2. Ada dua mayat hidup yang mendekati Neru. Hirate langsung menarik salah satu mayat hidup dan memutar lehernya. Ia juga menendang tepat di kepala mayat hidup itu. Hirate pun berhasil membunuh dua mayat hidup itu.
Neru langsung memeluknya dan Hirate membalasnya. Tubuh Neru bergetar hebat sangking takutnya. Hirate mengusap-usap punggung Neru agar ia tenang.
"Ssstt mereka gak ada. Kamu tenang ya" ujar Hirate menenangkan.
"Yurina! Dibelakang!" Hirate langsung berbalik. Ada 5 mayat hidup yang menatap mereka lapar. Hirate dan Neru perlahan mundur. Mayat hidup pun mendekati mereka dengan suara geraman.
Hirate memeriksa laci mejanya. Begitu ia mendapatkan apa yang ia perlukan. Pistol. Hirate menyembunyikan wajah Neru di dadanya lalu ia menembakkan pistolnya tepat mengenai kepala mayat hidup itu.
"Ayo" Hirate menarik Neru untuk keluar dari rumah mereka. Setiap mayat hidup yang mendekati mereka, Hirate langsung menembaknya.
Mereka berlari keluar rumah. Hingga tiba di tengah jalan. Sebuah mobil melaju dengan cepat. Hirate langsung memeluk Neru dan memunggungi arah mobil itu.
Ciiiit
KAMU SEDANG MEMBACA
Z-VIRUS : Destroy
HorrorKehidupan Hirate kembali seperti semula. Ia juga sudah menikah dengan Neru dan memiliki seorang anak bernama Karin. Tapi sayangnya Karin membenci Hirate. Selain itu Hirate juga memiliki rahasia yang tidak satu pun orang yang tahu. Rahasia itu ia pe...