Risa masuk kedalam kokpit karena Aoi sendirian aja. Orang-orang lagi pada ngobrol bareng-bareng tapi dia cuma sendirian. Jadi Risa berinisiatif menemani Aoi.
"Bagaimana?" Aoi masih fokus kedepan.
"Bentar lagi mendarat" jawab Aoi. Risa manggut-manggut.
"Oh iya. Bilangin sama yang lain untuk pegangan" Risa menatap Aoi heran.
"Emangnya kenapa?"
"Aku gak pernah mendaratkan pesawat" ujar Aoi tanpa dosa.
"Kau pasti bercanda"
Risa langsung berlari ke kabin pesawat "Pegang..." belum selesai Risa berbicara pesawat sudah menurun. Reflek mereka berpegang pada tempat duduk di depan.
"Gila" pekik Manaka.
Kecepatan pesawat semakin tinggi. Hingga terdengar benturan dengan tempat landasan. Meskipun begitu pesawat masih belum juga berhenti. Mereka semakin menguatkan pegangan.
Akhirnya mereka bisa bernafas lega. Pesawat yang mereka tumpangi berhenti meskipun ada sedikit masalah. Mereka langsung keluar dari pesawat. Namun begitu baru menginjakkan kaki di tanah beberapa tentara sudah berbaris dengan menodongkan senjata kepada mereka.
"Raise your hand!" perintah sang Sersan.
"Now!" Tegasnya.
Mereka mengikuti perintah dari Sersan itu. Salah satu dari mereka maju dan memeriksa.
"Japanese people" teriaknya sambil mundur beberapa langkah.
"Why did you come here?" tanya Sersan sambil menodongkan senjata.
"Our country is hit by a zombie plague. And only we survived" ujar Yone mewakili teman-temannya.
"Our country too. You must be checked first"
"Tak mungkin" gumam Yone.
"Curtis check them out" orang yang dipanggil Curtis itu mengambil alat untuk memeriksa adanya virus atau tidak.
Selagi Curtis memeriksa satu persatu dari mereka, Hirate menatap sekitarnya.
Begitu tiba giliran Hirate, Hirate langsung memutar leher Curtis dan mengambil senjatanya. Setelah itu ia menembak 3 orang tentara.
"Drop your weapon!" Hirate langsung menjatuhkan senjatanya. Hirate berjongkok dan melukai mayat Curtis menggunakan pisau. Lalu darahnya ia teteskan diatas alat pemeriksa. Begitu tahu hasilnya, ia melangkahkan kakinya ke arah Sersan.
"Don't move!" perintah sang sersan. Hirate tak mendengarkan, ia menyerahkan alat pemeriksa itu kepada sang Sersan.
"Impossible" gumamnya.
"Sergeant" panggil salah satu tentara.
"Why do you know?" tanya sang Sersan.
"I am one of them" lalu Hirate melukai tangannya. Sang Sersan mundur beberapa langkah begitu luka itu sembuh begitu saja.
"You're a monster" ujar sang Sersan sambil menodongkan senjatanya. Anggotanya yang lain juga melakukan hal yang sama.
Neru menatap cemas Hirate, tapi begitu ia melihat wajah Hirate tetap tenang membuatnya sedikit tenang pula.
"It is true. But we are not carriers of the virus. Someone must have done something to develop the virus. Let's work together to stop it" Hirate menatap Sersan dengan penuh keyakinan.
"Okay. but if you are lying then we don't hesitate to kill you all" tegas Sersan.
"Prepare the car. We're back at headquarters" perintahnya kepada anggotanya.
"But Sir..."
"Just do it"
"Yes sir"
Sang Sersan menatap Hirate cukup lama setelah itu ia pergi ke dalam mobil. Hirate dan yang lainnya mengikuti para tentara itu.
Masih belum berakhir. Mayat hidup itu lebih duluan tiba. Perjuangan masih belum selesai.
"Go now"
Mobil-mobil tentara pun meninggalkan bandara. Sesekali mereka menembaki mayat hidup yang terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Z-VIRUS : Destroy
HorrorKehidupan Hirate kembali seperti semula. Ia juga sudah menikah dengan Neru dan memiliki seorang anak bernama Karin. Tapi sayangnya Karin membenci Hirate. Selain itu Hirate juga memiliki rahasia yang tidak satu pun orang yang tahu. Rahasia itu ia pe...