7

7 3 0
                                    

    Sekar mengisi Minggu paginya dengan berkunjung ke sebuah kampus yang berjarak kurang lebih tiga jam tempuh dari rumahnya. Perjalanan dengan bus dianggap selalu terasa menyenangkan. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Sekar. Bukan karena jarak jauh dan waktu yang lama. Sekar tidak merasa antusias karena tempat yang Ia tuju bukanlah tempat yang Ia impikan. Ia pergi ke sana karena lagi-lagi atas perintah sang Papa. Menurut brosur pemberian Hadi yang Sekar baca sekilas, hari ini akan ada seminar tentang kuliah yang diadakan oleh kampus dengan almamater biru tua itu.

    Tak mau menghabiskan waktu untuk berdebat dengan Papanya, Sekar mengiyakan perintahnya meski Ia sudah berencana untuk menghabiskan hari liburnya dengan membaca buku yang belum lama Ia beli.

    Sekar membuang napas pelan, bosan. Setelah menyambungkan earphone ke ponselnya, gadis itu memutuskan untuk tidur ditemani lagu Nadin Amizah yang mengalun di telinga.

***

    Setelah perjalanan bus yang cukup melelahkan, ditambah naik ojek online tujuh menit, akhirnya tiba juga Sekar di tempat tujuan. Matanya langsung disuguhi gedung-gedung per fakultas yang menjulang tinggi. Di belakang taman utama kampus, terdapat sebuah gedung besar yang desainnya sedikit berbeda dari gedung-gedung yang lain. Di dindingnya terpahat tulisan "Gedung Rektorat". Mengikuti peta kampus yang terdapat di bagian belakang brosur, Sekar melangkahkan kaki menuju gedung sebelahnya. Gedung dengan cat abu-abu itu adalah auditorium, tempat seminar hari ini akan digelar.

    Selain Sekar, ada ribuan peserta seminar lain yang berasal dari berbagai kota. Sebelum memasuki ruang seminar, peserta harus berbaris untuk bergantian mengisi daftar hadir yang disediakan panitia.

    "Hai," sapa seorang laki-laki berjaket navy yang sedang antre di belakangnya.

    Sekar menoleh, lalu menanggapi sapaan itu dengan menganggukkan kepala sedikit dan tersenyum tipis. Setelah itu, Ia fokus ke depan lagi.

    "Dari SMA mana?" tanyanya membuat Sekar menolehkan kepalanya, lagi.

    "Jauh dari sini," jawab Sekar seadanya.

    "Dari bulan?" tebaknya bercanda.

    Sekar hanya diam, malas menanggapi. Laki-laki yang belum tiga menit bertemu dengannya itu bukannya berhenti malah makin gencar dibuatnya.

    "Oh. Ada diskon nggak?"
Laki-laki bertubuh tinggi itu bertanya lagi, seolah pertanyaan sebelumnya sudah dijawab Sekar.

    Meski malas bicara, Sekar akhirnya menjawab, "Diskon tiket seminar? Nggak tahu saya."

    Laki-laki itu tertawa, menampakkan gingsul dan membuat lesung pipit di pipi kanannya terlihat jelas. Meski heran, Sekar tetap diam. Apa yang lucu? batin gadis itu.

    "Maksud saya diskon di bulan. Apa sama kayak di matahari?" jelasnya masih dengan senyum lebar membuat Sekar memutar bola mata kesal.

    Mungkin karena Sekar tidak punya teman, Ia merasa kurang familiar dengan candaan. Alhasil, pertanyaan laki-laki itu tadi dianggapnya serius. Dasar, ansos! batin Sekar mengejek dirinya sendiri.

    "Hehe, sorry. Salam kenal, saya Gama," ujarnya memperkenalkan diri, tangannya mengulur ke depan.

    "Sekar," jawab Sekar kemudian tangan keduanya berjabatan.

    "Dari bulan..eh, dari rumah kesini sendirian?" tanyanya mulai kepo.

    Mendengarnya, Sekar mendelik sebentar, lalu bergumam pelan mengiyakan.

    Perbincangan singkat itu berakhir tatkala mereka sudah mendapat giliran menandatangani daftar hadir dan memasuki ruangan. Sekar duduk di bangku nomor dua dari depan. Meski Ia datang karena Papanya, bukan berarti Ia tidak suka dengan seminar pendidikan. Bagaimanapun, Ia juga ingin kuliah setelah lulus. Ya, walaupun tidak tahu mau kuliah dimana dan ambil jurusan apa. Bukan tidak tahu, tapi tidak mau tahu. Ia yakin, Papanya pasti akan mendaftarkan Ia ke luar negeri, dengan jurusan apapun yang berkaitan dengan bisnis. Memikirkannya, Sekar tersenyum miris.

    Seminar berlangsung selama kurang lebih dua jam. Setelah memesan ojek untuk ke terminal, Sekar berjalan ke pos satpam untuk menunggu kedatangan ojeknya.

    "Eh, ketemu Sekartaji lagi."

    Suara yang baru Sekar kenal tadi pagi itu sedikit mengejutkannya. Gama. Laki-laki itu sudah ada di depan pos satpam dengan helm di kepalanya. Di jok belakang motornya, ada seorang laki-laki seusianya berambut gondrong ikut tersenyum menyapa Sekar. Mungkin temannya, asumsi Sekar asal.

    "Duluan, ya. Hati-hati. Titip pesan buat warga bulan! Akhir tahun adain diskon!" ujarnya setengah berteriak.

    Tanpa menunggu Sekar yang masih bengong, laki-laki itu melajukan motornya meninggalkan kampus.

    Sekar mengomel sendiri dalam hati, sambil masih berpikir jenis manusia apa Gama itu, bapak-bapak ojek datang membuyarkan lamunannya.

JALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang