hilang

59 5 0
                                    


Hai semua.
Saya update.

Semoga suka dan semoga masih suka.















Semua terjadi begitu saja, waktu yang vanila kira lambat malah menjadi begitu cepat, sekarang ini dia berada diatap gedung sebuah universitas. menatap datar pemandangan yang nampak indah didepan mata. Pikirannya melayang, dia memikirkan seseorang yang berada jauh darinya yang entah sudah berapa lama tidak vanila beri kabar. Dia benar benar pergi dan tak kembali.

Gadis itu bergerak menjauhi atap dan segara turun, di sana ada seorang laki laki dengan setelan jas lengkap memandangnya lalu tersenyum singkat.

"Tuan sudah menunggu nona" ujarnya.

Vanila hanya mengangguk samar sebelum melangkahkan kakinya menuju mobil.

"Apa semuanya sudah selesai?" Tanya vanila, pengawalnya hanya mengangguk .

"Benar benar selesai?"

"Semua persiapannya sudah selesai dari satu minggu yang lalu nona, hanya saja untuk berjaga jaga anda masih di sini" jawabnya.

"Kalau begitu segera siapkan penerbanganku ke indonesia, dan jangan sampai terjadi hambatan seperti 5 bulan yang lalu" vanila memasuki mobil dan sedikit membanting pintu. Keadaan hatinya selalu kacau setiap hari jika membicarakan semua hal.

Mobil itu malaju membelah jalanan jerman yang mulai gelap, mata vanila melihat jendela menerawang jauh, seharusnya dia tidak berada di negara ini sekarang. Seharusnya dia sudah pulang. Menghela nafas panjang gadis itu mulai fokus dengan ipad di tangannya, semua harus selesai benar benar selesai. Vanila mulai mengutak atik ipad tersebut, mencari sesuatu, dan benar saja banyak pesan tertumpuk disana vanila memejamkan matanya menahan diri agar tidak menangis. Ini keterlaluan, dan vanila sangat takut dalam hal hal seperti ini.

Mobil itu sudah berhenti disebuah restoran ternama, gadis itu turun berjalan dengan angkuh. Dirinya yang datang dulu sangat berbeda dengan sekarang. Sikap terpaksa vanila putarbalikan , semua yang vanila lakukan kadang berkebalikan dengan dirinya yang asli.

"Hai sayang" sapa mamanya, vanila hanya tersenyum singkat, lalu melirik papanya yang masih diam dengan secangkir teh di tangannya.

"Apa kabar, kamu benar benar menghindari papa sebulan ini" ujar papanya, vanila menatap datar ke arahnya lalu duduk dengan kesal.

"Bukannya memang seharusnya vanila sudah tidak berada di dekat papa sekarang? Apa papa lupa jika seharusnya juga vanila sudah pulang sekarang!" Nada bicaranya hampir berteriak namum tertahan.

"Semua sudah selesai, pendaftaran, ujian, kamu akan kembali kesini setelah lulus sekolah " ujar papanya, vanila hanya bergumam tidak jelas sebelum pelayan mengantarkan makanan pesanan mereka.

"Mama akan sangat merindukanmu vanila, cepatlah kembali hmm" ujar mamanya.

"Aku tidak suka udang, aku juga tidak suka minumannya , tolong ganti semuanya. Aku ingin pasta dan air putih " ujar vanila pada pelayan, tanpa harus menanggapi ucapan mamanya, pelayan memagguk singkat sebelum pergi mengambilkan pesanan vanila.

"Mama kira kamu masih suka udang, disini udangnya sangat segar " ujar mamanya, vanila meliriknya singkat.

"Jangan hanya mengira ngira, vanila gak suka udang"

"Kenapa kamu terburu buru kembali ke indonesia?" Tanya papanya.

"Karena memang seharusnya vanila udah disana sekarang " jawabnya malas.

"Paul bilang penerbanganmu, malam ini" ujar papanya kembali, sekarang vanila mulai kesal dengan pengawal yang selalu membuntutinya selama 5 bulan terakhir ini, dia terlalu kaku, terlalu patuh kepada papanya. Membuat semua aktivitas yang vanila lakukan akan diketahui papanya tanpa vanila katakan.

"Jam berapa penerbanganmu sayang?" Tanya mamanya.

"Jam 8 "

"Mau mama bawakan sesuatu? Kue kering ?" Tanya mamanya, vanila menggeleng pelan.

"Ini pesanannya nona" ujar pelayan terebut sambil meletakkan piring berisi pasta dan segelas air putih di depannya.
Vanila segara memakan makannya dan berharap segera pergi di keadaan menyebalkan ini.

"Vanila harus pergi, ada sedikit keperluan sebelum vanila pulang " ujar vanila, dia sudah berisi sekarang. Memandang kedua orang tuanya, dengan malas.

"Kemari sayang" mamanya memelukannya erat lalu mencium kedua pipi anaknya itu. Sedangkan papanya vanila hanya meliriknya sebelum benar benar pergi.

Dia harus membeli sesuatu sebelum pulang. Ada sebuah janji dulu, ya meskipun sudah lewat batas waktu. Vanila pergi menuju sebuah toko, disana banyak barang. Vanila tidak tertarik, dia keluar toko menimang apa yang seharusnya dia beli. Setelah cukup berpikir dia segera masuk mobil dan menuju sebuah toko perhiasan. Vanila turun sepeti biasa dengan angkuh. Dia melihat lihat disana, saat matanya melihat yang vanila cari, gadis itu tersenyum singkat.

"Yang itu satu" ujar vanila menunjuk sebuah kalung berliontin kupu kupu kecil.

"Apa ada liontin yang lain? '' tanya vanila, pelayan toko segera mengambilkan pesanan vanila. Disana sudah ada 5 buah kalung dengan liontin yang berbeda pula.namun dengan corak yang hampir mirip. Vanila menarik 4 kalung dan segera membungkusnya.

Satu kalung dengan liontin kupu kupu untuk rara, liontin bunga untuk sasa, liontin abstrak untuk dirinya dan sebuah liontin mentari untuk kia, sudah berada ditangannya sekarang. Vanila tersenyum puas.

Waktunya kembali ucap vanila mantap dalam hati.

*****

"Bener bener ga ada kabar lagi?" Tanya gaga, iqbal hanya menggelengkan malas.

"Terakhir gue liat emailnya, udah kebuka semua pesan gue, cuma ga ada balesan" ujar iqbal.

"Berarti vanila baca semua?" Tanya kevin. Cowok itu mengangguk.

Dari kejauhan rara berlari kearah meja iqbal , sedikit berteriak memanggil namanya.

"Iqbal!"

"Apa"

"Vanila,..Vanila bal!" ujar raga sedikit ngo ngosan.

"Kenapa sama vanila?" Tanya gaga dan rian secara bersamaan.

"Dia baca pesan gue, pesan kia sama sasa" ujar rara selanjutnya.

"Dia juga baca semua email iqbal" ujar gaga.

"Tapi pas gue coba hubungi nomernya, udah gak aktif " ujar rara.

"si kutu kupret itu bener bener nyusahin " sahut kevin datar. Ini terlalu lama, hampir 6 bulan setelah kepergian vanila ke jerman sampai sekarang tidak ada kabar satu pun dari gadis itu. Dan juga iqbal akan segara lulus dan segera akan pergi ke inggris. Jauh dan lebih dari vanila.









Vanila emang ga tau diri, tiba tiba ngilang tanpa kabar. Sebagai pengisi suara iqbal saya keberatan ya vanila.

Oke see u

VANILA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang