18

753 101 9
                                    

suicide;





"Pak, mau kemana ya?" pertanyaan ini membangunkan Yoongi dari tidur yang lelap.

Yoongi tertidur di kursi penumpang sebuah taxi yang kini menepi di pinggir sebuah jembatan. Dalam pangkuan terdapat sebuah guci berisi abu.

"Disini saja, Pak," ucapnya seraya memberikan uang sejumlah bill yang terpampang pada layar, "terima kasih."

Kemudian ia pun turun dari taxi lalu berjalan merapat ke pinggir jembatan. Kedua netra menatap pada pemandangan sore sungai Han dihadapannya. Dunia begitu berubah dari terakhir ia bisa bebas keluar.

Angin berhembus, terasa menggelitik ketika menyentuh ujung-ujung rambut Yoongi yang dibiarkan tumbuh memanjang sebatas bahu. Tapi lama kelamaan setelan berwarna biru tua yang ia kenakan sehari-hari dalam sel tahanan tidak mampu menahan dinginnya udara.

Yoongi menatap guci yang ia pegang. Sakit sekali rasanya membaca ukiran abjad yang terpahat, Park Jimin, kekasih hatinya yang wafat akibat ulahnya sendiri. Wujudnya sekarang hanya abu bersama dengan sang jabang bayi.

"Kamu pasti lagi main sama anak kita ya?" tanyanya sambil membuka tutup guci yang berbahan kain itu. Perlahan diiringi dengan air mata yang terus berjatuhan.

"Kita? Apa pantas aku juga jadi ayahnya?" tangisnya semakin pilu meratapi nasib.

Tangan Yoongi terulur kedepan, menebar bubuk abu yang perlahan melayang terbawa angin.

Habis sudah, Yoongi menjatuhkan guci itu ke sungai dibawahnya, menimbulkan beriak disekitar jatuhnya. Yoongi berpikir bagaimana jika benda yang lebih besar yang jatuh menghantam air disana. Apakah akan memunculkan beriak yang lebih besar? Apakah akan sampai mengundang atensi orang untuk melihatnya?

Yoongi harap untuk tidak.

Sebab ia ingin tak ketahuan, ingin ia tak diselamatkan.

Saat kini tubuhnya mengudara sebab terjun dari tempat ia berada, menyusul guci yang lebih dulu tenggelam. Hingga tubuhnya berhasil menabrak air dengan kencang, rasanya seperti dicambuki oleh air yang dingin itu.

Tapi ia sadar, hukuman sepuluh tahun dipenjara atau rasa sakit ini tak sepadan atas apa yang ia lakukan. Dalam penjara ia masih bisa untuk makan dengan teratur, masih bisa tidur dengan nyenyak. Bahkan dengan tidak sopannya masih bisa dan dengan jelas memimpikan hari-hari bahagia bersama Jiminnya.

Yoongi harusnya sadar diri, kalau penyakit ini tidak akan berhenti mengutuknya.

Pun, meski dadanya terajam oleh air yang memaksa masuk menggerogoti paru-parunya dengan sadis. Yoongi harus tetap menyadari kesalahannya membawa Jimin ikut masuk dalam hidupnya yang cacat.

Tubuhnya mengejang hebat di kedalaman air, tapi Yoongi tidak melihat adanya malaikat maut yang ingin menjemputnya. Seberdosa itukah dirinya?

Tak apa, jika itu membuat Jimin puas hingga tertawa bahagia atasnya.

Yoongi juga bahagia.


Yoongi juga bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

















"DOKTER! Pasien Min Yoongi sudah sadar!"

INCEPTION -yoonmin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang