Sebuah bogeman berhasil menghantam tulang pipi milik Yoongi. Yoongi melihat ke sekeliling, ruangan remang dan musik yang menggelegar menyadarkannya bahwa kini ia sedang berada di sebuah klub malam. Kepalan tangan itu kembali hendak menghantam dari sisi berbeda, namun dengan gesit Yoongi menahannya. Dua orang sekaligus yang menjadi lawannya sekarang.
Keadaan berbalik, kini pria pucat itu yang memimpin. Dengan mudah menghajar sang lawan dengan tangan dan kedua kaki. Bergantian menghantam, brutal. Yoongi sangat berusaha untuk menang.
Sebab setelah ia berhasil mengalahkan dua orang itu, kakinya mengajak pergi menaiki tangga. Menelusuri koridor yang mana banyak sejoli bercumbu ria disana. Pintu-pintu kamar sewa yang tersedia berjejer rapih. Yoongi terus saja berjalan cepat menuju ruang paling ujung, seperti sudah paham, sangat mengerti. Bahwasanya seseorang yang sangat ia kenal ada disana sedang berusaha menyelamatkan diri.
“JIMIN!”
Suara Yoongi menggelegar ke tiap sudut ruangan. Pria itu menangkap bagaimana berantakannya Jimin dihadapan makhluk bejat dengan perut buncit. Tanpa menunggu lama tendangan maut Yoongi berikan kepadanya. Menjauhkan bajingan itu dari sosok kesayangannya.
Tubuh Yoongi terus bergerak, meninju, menendang, apapun yang sekiranya bisa menghancurkan tubuh sang lawan. Sampai pada tarikan napas tercekat terdengar dan perlahan menghilang. Cengkraman pada tangan Yoongi juga melemah lalu terjatuh menghantam dinginnya lantai.
Selesai.
Yoongi segera beranjak menghampiri Jimin. Jimin sibuk merengkuh diri, melindungi tubuh takut-takut ada yang menyakiti dirinya lagi.
“Yoongi.... Yoongi...... Aku takut Yoongi....” gumamnya terus menerus.
Yoongi bersujud dihadapan Jimin sambil menangis memohon ampunan, “Jimin, maaf. Maaf. Maaf. Maaf. Maaf.”
Mendengarnya tangis Jimin menjadi raungan pilu yang menyayat hati. Yoongi makin menenggelamkan diri dalam sujudnya, terus menyalahkan diri atas apa yang terjadi. Harusnya, jika bukan karenanya, ini tidak akan terjadi.
“Maaf. Maaf. Maaf. Maaf.”
“Yoongi....”
“Maaf, Jimin. Maafkan aku.”
“Hyung....”
“Maaf. Ma—“
“BRENGSEK, HYUNG BERENTI!”
Yoongi terkejut, tangisnya makin menjadi.
“Hyung! Cepet bawa aku pergi dari sini, please,” pinta Jimin sambil meraih telapak tangan Yoongi. “Aku takut disini. Bawa aku pergi.”
Yoongi dengan cepat menuruti. Dibawanya Jimin dalam gendongan ala bridal seraya langkah kaki besar-besar ia lakukan. Tak peduli tatapan pengunjung lain yang mulai berpusat pada mereka. Saat sampai dilantai bawah, dua orang yang terkapar belum ada yang membereskannya. Sekali lagi, Yoongi menendang perut salah satu orang itu sebagai salam terakhir.
Mereka keluar menuju mobil sedan hitam mewah milik Yoongi. Sangat hati-hati pria pucat itu menaruh yang lebih muda pada kursi penumpang samping kemudi, kemudian ia ikut menyusul masuk kedalam. Niatnya untuk menanyakan keadaan Jimin dibatalkan pelukan hangat yang diberikan. Pria manis itu memeluk Yoongi dengan erat.
“Yoongi hyung, aku ngga apa-apa. Stop salahin diri kamu sendiri, dia belum sempat ngelakuin apapun, percaya sama Jimin ‘kan? Terima kasih, terima kasih Yoongi hyung dateng buat Jimin.”
Yoongi kembali menangis, merasakan itu Jimin menjauhkan diri melepas pelukannya. Jimin mengusap air mata yang lebih tua dengan ibu jarinya, lalu perlahan mendekatkan wajahnya lalu mencium Yoongi yang hanya membeku.
Dan semuanya gelap bagi Yoongi.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCEPTION -yoonmin ✔
FanfictionYOONMIN SOCMED AU BXB HOMOPHOBIC GO AWAY Ada 🔞 -nya Open ending Happy reading~