Chapter 8

724 35 7
                                    

Sejak dua hari yang lalu, Alleo tidak kembali ke hotel. Vrella menatap jam di atas nakas, pukul 18.03. Waktu bulan madunya dan Alleo hanya tinggal besok dan dia bahkan hanya berada di dalam kamar dua hari ini. Vrella menghela nafasnya berat, 'Gue gak cinta sama Alleo, gue gak berharap apa-apa, bahkan gue udah masang tameng dalam pernikahan ini, tapi kenapa rasanya tetap sesedih ini ya?'

Vrella membuka laptopnya dan bersiap untuk menonton drama dengan segudang adegan yang mampu membuat penontonnya menangis. Vrella menonton drama itu bukan karena dia mau, tapi Vrella butuh pelampiasan.

Tak butuh waktu lama untuk Vrella mengeluarkan air matanya. Kisah pernikahannya tak kalah jauh dengan drama yang sedang dia tonton, menyedihkan. Belum selesai drama yang ditontonnya, Vrella mendengar suara pintu terbuka.

Vrella menahan nafasnya sejenak. Alleo, dengan kemeja putih dan celana jeansnya, membuat laki-laki itu terlihat 10x lebih tampan dari biasanya. Vrella kembali mendapatkan kesadarannya, dan memalingkan wajahnya seolah tak terjadi apapun dan kembali fokus pada drama di depannya.

Alleo yang baru saja masuk ke dalam kamar dan melihat Vrella yang sedang duduk di atas tempat tidur, dengan wajah sembabnya. Alleo sejujurnya penasaran dengan hal yang membuat Vrella menangis, tapi setelah melihat Vrella yang langsung membuang mukanya dan fokus dengan apa yang ada di laptopnya, kembali membuat Alleo merasa kalah. Alleo selalu bingung, mengapa Vrella bisa tetap cuek dengan apa yang sudah Alleo lakukan pada perempuan itu.

Alleo kemudian mengambil pakaian dari dalam koper dan masuk ke kamar mandi. Alleo butuh air untuk mendinginkan kepalanya. Dia sudah seperti kehilangan dirinya setiap kali membahas tentang perempuan yang berstatus sebagai istrinya itu.

"Yes, kenapa?"

"Enggak kok, gue lagi ada acara keluarga, Senin gue udah balik kampus sama asrama." Alleo memandang Vrella yang sedang sibuk dengan handphone nya. 'Asrama?' Alleo bertanya-tanya dalam hati apa maksudnya.

"Iya, gue tau. Nanti gue bantu ya. Gue juga masih harus nyelesein beberapa hal, gue masih ketua asrama kali," Vrella berusaha sekuat tenaga untuk bersikap biasa saja ketika Alleo keluar dari kamar mandi.

"Yaudah, abis ini gue telfon Jevan deh, biar lebih clear. Okay, byeee~" Vrella mengalihkan perhatiannya pada Alleo yang sejak awal dia menelpon masih terus berdiri.

"Lo ambeien?" Vrella mendelik ke arah Alleo. "Kalo lo mau ni kasur, tinggal ngomong. Jangan planga-plongo," Vrella merapihkan laptop dan barang-barangnya dan berpindah ke sofa yang ada di ruangan tengah hotel.

Alleo membelalakkan matanya saat mendengar ocehan dari Vrella. Alleo malu, dia tanpa sadar berdiri dan terus menguping obrolan Vrella dari telfon. Ketika Vrella sudah memunggunginya dan kembali sibuk dengan handphonenya, Alleo kembali menguping pembicaraan Vrella. Jujur, dia penasaran.

"Halo, Jev. Sorry gue baru bisa telfon, sorry bangeeet lo jadi repot begini," Vrella tertawa kecil setelah jeda cukup lama. "Iya, gue tauu. Nanti gue buatin deh, lagian gue juga yang salah gak ngabarin."

"Lebay banget sii, gakpapa kali gue kerja sendirian. Gak usah lebay kaliii," Vrella bersyukur, karena setidaknya masih ada yang membuatnya tertawa. "Gak usah, Jev, gue bisa kali. Nanti gue kabarin lagi kalo udah selesai. Bye, Jev." Vrella menutup telfonnya.

"Aduuuh, bodoh banget lah si Vrella ini. Gimana bisa lupa kalo bulan depan ada floor meeting terakhir. Mampuskan," Vrella segera meraih kembali handphone miliknya.

"Hai, mi," Alleo membelalak kaget saat mendengar kata Mami yang disebutkan Vrella. Itu bukan Mama mertuanya, Vrella hanya memanggil Mami untuk Ibunya. 'Ngapain dia nelpon nyokap?'

Suamiku, Anak DekanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang