"Vrel, tadi kok lo bisa makan bareng sama Pak Alleo? Ada urusan apa?"
Sejujurnya Vrella cukup risih dengan Jevan yang sejak tadi tidak melepaskan genggaman tangannya. Hampir semua anak asrama yang mereka temui menatap mereka dengan penuh tanda tanya.
"Tadi ada kerjaan yang harus gue kerjain," Vrella berpikir keras untuk dapat melepaskan tangannya dari Jevan. Kerutan muncul di kening laki-laki itu.
"Kerjaan apa? Jauh banget kali lo ke Pak Alleo. Kecuali kalau ke nyokapnya. Nah, gue baru percaya." Vrella hanya menatap Jevan tanpa ekspresi, terlalu malas untuk mencari alasan.
"Udahlah, gue muak banget asli harus denger nama Alleo mulu," Vrella mengambil kesempatan itu untuk melepaskan tangannya dari genggaman Jevan. "Katanya lo mau ngajak gue makan?"
Tanpa basa-basi, Vrella memasuki restoran sushi yang disebutkan Jevan dan mengabaikan semua hal yang keluar dari mulut laki-laki itu.
Vrella membelalakkan matanya saat melihat sepasang perempuan dan laki-laki yang sangat tidak asing (catat : sangat tidak asing) memasuki restoran sushi yang sama dengannya dan duduk agak jauh dari Vrella dan Jevan.
Tak ada suara yang keluar baik dari Jevan maupun Vrella. Jevan yang sibuk dengan pesanannya dan Vrella yang masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Gue, gue harus cabut ke toilet sebentar." Matanya tidak lepas dari perempuan dan laki-laki yang sedang berbicara dengan waitress.
Jevan hanya memandang Vrella dengan bingung, berusaha untuk mengikuti arah pandang wanita itu, tetapi tidak menyadari apapun karena objek yang sejak tadi menarik perhatian Vrella sedang terhalang oleh waitress.
*
Vrella mengambil langkah cepat menuju kamar mandi dan segera berdiri di depan cermin, berusaha untuk mengambil kesadarannya kembali. Dia tidak salah lihat kan? Tak butuh waktu lama bagi Vrella untuk segera menelpon seseorang yang dia yakin akan sama kagetnya.
"Lo pasti bakalan kaget banget!" Vrella berujar pelan namun penuh penekanan.
"Apaan?" suara di seberang terdengar tidak memiliki tenaga.
Hening sejenak. Seketika niat yang tadi sudah berada di ujung lidahnya, hancur lebur. Tak bersisa saat mendengar suara Alleo. Haruskan Alleo tahu bahwa perempuan yang dia agung-agungkan itu berjalan bersama temannya sendiri? Perlahan rasa tak tega memenuhi Vrella.
"Enggak jadi, deh. Kapan-kapan aja kalo sempet." Tanpa menunggu balasan dari Alleo, Vrella segera memutuskan sambungan telponnya. Kali ini Vrella merasa jahat. Bagaimana pun juga Alleo harus tau bahwa kekasih yang selalu laki-laki itu banggakan, sedang bergandengan dan makan siang berdua bersama teman dekatnya sendiri. Catat, teman dekatnya sendiri!
Vrella membasuh wajahnya dengan air, berusaha untuk menghilangkan rasa tidak teganya dan kembali ke meja tempat Jevan menunggu.
"Lama banget ke toiletnya," Jevan tak melepaskan tatapannya sejak Vrella keluar dari area toilet. "Lo kenapa? Sakit?" Jevan berusaha meletakkan punggung tangannya di kening Vrella yang langsung dihindari oleh perempuan itu.
"Kayaknya kita mending jangan makan di sini deh. Gue gak demen sushi," Vrella berdiri dan langsung menarik tangan Jevan yang menahannya.
"Lo kenapa? Dari tadi lo aneh banget, Vrel."
Vrella menghela nafasnya kasar, "Gue lagi gak mau makan sushi, Jev."
Melihat ekspresi wajah Vrella yang sudah berubah dan gelagat perempuan itu yang aneh, tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Jevan menarik Vrella ke luar dari restoran sushi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku, Anak Dekan
RomanceMENIKAH DENGAN ANAK DEKAN? Biasanya ketika kalian membaca cerita-cerita di wattpad, kalian akan menemukan cerita dimana perempuan bertemu dengan sang lelaki, terikat kontrak pernikahan, entah karena hutang, terkena cipratan kopi, atau bahkan one nig...