Chapter 3

1K 39 1
                                    

Vrella memandang pantulan dirinya di depan cermin. Kemeja putih yang digulung dan celana jeans hitam yang dipadu dengan flatshoes berwarna senada. Vrella menghembuskan nafasnya berat. Dia tidak siap. Dia takut. Apa yang Alleo katakan mengenai dirinya, sudah cukup untuk menjadi alasan bahwa dia tidak boleh jatuh cinta pada laki-laki tersebut.

Jimin-ssi!

+62812******** : Gue udah di depan.

Vrella kembali menarik nafas berat, hatinya berdoa supaya semuanya berjalan dengan lancar.

"Kenapa lo pake baju kayak gitu doang? Bukannya gue udah nyuruh lo buat ke temen gue?" Alleo memicingkan matanya. Menilai. Alleo tidak menyukai cara Vrella berpakaian.

"Gue gak butuh saran dari stylist lo itu. Gue bisa sendiri. Gak cukup gue ngikutin mau lo?" suaranya tercekat. Vrella tidak bisa untuk tidak merasa kecewa dan sedih.

"Terserah! Masuk lo." Alleo membanting pintu kemudi. Dia emosi.

ooo

Vrella menghela nafas berat. Hari pernikahan yang seharusnya menjadi hari paling bahagia bagi Vrella sudah tepat di depan matanya. Besok mereka menikah. Vrella akan menikah dengan Alleo besok. Bukan ini yang Vrella mau. Dia selalu berharap akan menikah dengan laki-laki yang dia cintai, menikah dengan cinta yang tulus. Bukan dengan laki-laki yang bahkan tak mengharapkan keberadaannya.

"Vrel," Nathalie memegang pundak Vrella pelan. Dia bisa merasakan kesedihan yang Vrella rasakan, walaupun dia sendiri tidak tahu pasti apa yang menjadi penyebab kesedihan anak sulungnya.

"Pah, Mah," Vrella tidak bisa untuk tidak menangis kali ini. Dia merasa sudah membohongi kedua orang tuanya. Hartanya.

"Vrel, kalau kamu sedih karena kamu akan memulai kehidupan baru dan akan berpisah dari Papah, Mamah, dan Adik-adikmu, itu wajar. Tapi, itu namanya siklus hidup." Nathalie membawa Vrella ke dalam pelukannya. Berusaha menenangkan anak sulungnya. Kevin mengelus tangan putri sulungnya.

"Alleo juga kan kerjanya di sini, jadi kamu pasti masih bisa sering mampir. Nanti kalau kangen kan bisa datang ke rumah." Kevin berusaha untuk menenangkan putri sulungnya itu.

Vrella melepaskan pelukan Nathalie. Dengan mata berairnya, Vrella melihat kedua orang tuanya satu persatu. 'Aku pasti bisa, iya aku pasti bisa'

"Doain Vrella ya pah, mah. Doain Vrella bisa bahagia terus dan kuat." Hanya itu yang bisa Vrella katakan. Vrella hanya berharap kebahagiaan itu nyata dan menunggunya di depan. Kalaupun dia yang harus menunggu, Vrella berharap dia kuat. Kuat menjalani kehidupan pernikahannya, sampai kebahagiaannya datang.

ooo

Vrella memandangi pantulan dirinya di cermin besar yang ada di hadapannya. Gaun putih panjang yang langsung dipilihkan oleh calon Ibu Mertuanya. Indah. Vrella akui bahwa gaun yang dipakainya sekarang, sangat indah. Vrella melipat kedua tangannya, berdoa, 'Tuhan, aku percaya pada rencana-Mu. Aku percaya Tuhan pasti menyertai. Aku percaya aku bisa melalui ini. Aku percaya pada-Mu, Tuhan.'

"Nak, ayo, semua sudah menunggu di depan." Kevin tersenyum melihat putri semata wayangnya. Kevin mengambil tangan Vrella dan meletakkannya di sela-sela lengannya.

"Vrella siap, Pah." Vrella menatap kedua mata Papahnya. Berusaha meminta kekuatan dari Kevin.

Vrella berjalan diiringi Kevin menuju altar. Matanya memandang lurus ke depan. Lebih tepatnya memandang lurus ke arah Alleo. Vrella tidak bisa menyembunyikan kekagumannya pada Alleo. Kemeja putih, tuxedo hitam, dipadu dengan dasi hitam yang dipakainya, benar-benar membuat Alleo terlihat seperti pangeran berkuda putih. Tampan. Kata itu paling tepat untuk Alleo saat ini (baca: dan kapanpun itu). Alleo mengambil tangan Vrella dari Kevin dan memberikan senyum tipisnya. 'ALAH MAK! GANTENG BANGET SI KALO UDAH SENYUM!' batin Vrella meronta! Senyum pertama Alleo yang belum pernah Vrella lihat sebelumnya dan sukses membuat Vrella meleleh!

Suamiku, Anak DekanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang