Chapter 4

896 44 1
                                    

Vrella mengunyah permen jelly yang ada di depannya. Sesuai dengan perintah Alleo, Vrella mengambil air putih dan makanan sebanyak yang dia bisa. Entah apa yang akan Alleo lakukan atau dengan siapa Alleo bertemu, Vrella berusaha untuk tidak mau tau. Hanya saja memang terkadang jiwa kepo yang dimilikinya suka terlalu ikut campur. Beruntung rumah Alleo memiliki wifi jadi Vrella bisa streaming drakor kesayangannya yang sedang on-going.

BRAK!

"WAAAAAAAAAAAAAA!"

Dasarnya Vrella memang latah, Vrella malah berteriak dengan sangat kencang. Dengan cepat Vrella menutup mulutnya. 'aduuuuh bego banget sih gue!'

"Jadi mau kamu apa? Aku capek, Leo!"

"Aku bisa jelasin, aku bisa jelasin. Kamu dengerin aku dulu,"

"Oh, aku harus dengerin apa lagi? Denger kalau kamu bakalan punya anak?"

Vrella terbatuk kencang. 'ANAK?! GILAK KALI GUE!' Kali ini Vrella benar-benar sudah kepo. Vrella berjalan menuju pintu dan menempelkan telinganya ke pintu. Salahkan kekepoannya.

"Seriusan aku hanya 1 tahun. Hanya 1 tahun, An. Tolongin aku. Aku juga gak bisa ngapa-ngapain. Aku sayang orang tua ku. Cuma aku yang bisa bantu mereka. Aku gak mau liat mereka hancur. Tapi apa pernah kamu mikir kalau aku juga hancur karena kejadian ini? PERNAH?! Aku sayang banget sama kamu. Aku hanya gak bisa ngapa-ngapain sekarang."

'Alleo... Menangis?' ada rasa sedih yang hinggap di hati Vrella saat mendengar pengakuan dari Alleo. Seberapa banyak dan besar beban yang laki-laki itu tanggung saat ini?

Sejujurnya Vrella saat ini sedang bergumul dengan hatinya yang tiba-tiba terasa sedikit panas saat tahu kalau Alleo ternyata membawa wanita ke rumah ini. Taipi Vrella juga merasa kasihan dengan Alleo, yang Vrella tau, Alleo dan dirinya sama-sama tidak bisa melakukan apapun saat ini selain menerima. Vrella jelas dengan alasan tidak bisa melawan karena tidak memiliki cukup uang, hanya saja Alleo... Vrella masih belum tau apa alasannya menerima pernikahan kontrak brengsek ini.

"Leo, aku capek. Kalau kamu sayang sama aku, kamu bisa perjuangin aku. Gak ada satupun perempuan yang mau di duakan. Gak ada, Leo."

"An aku mohon. Kasih aku waktu. 1 tahun. Hanya 1 tahun. Setelah itu aku akan kembali sama kamu. Hanya saja biarin aku bisa sama-sama kamu. Kamu tau aku gak pernah menginginkan ini kan? Aku cuma mau kamu. Aku cuma mau kamu."

Sialan.

Kali ini Vrella tidak bisa untuk tidak menumpahkan air matanya. Hatinya panas, perih, kesal, marah, kecewa, dan terhina. Cukup sudah. Kekepoannya sudah menguap entah kemana. Kali ini dia tidak ingin mendengarkan apapun yang sepasang kekasih itu lakukan.

Vrella membanting dirinya ke atas tempat tidur. Dadanya sesak. Alleo Raningrat. Bagaimana pun juga, laki-laki itu sejak awal masuk kuliah sudah memiliki sedikiiiiit ruang di hatinya. Walaupun hanya sedikit, tapi dengan pernikahan ini, Vrella sudah terlanjur menambahkan sedikit harapan. Harapan bahwa dia bisa bersama laki-laki itu seumur hidupnya. Menikah satu kali seumur hidupnya.

"aah.. Alleo"

Mata Vrella membesar mendengar suara desahan dari kamar sebelah. Sebentar. Kamar sebelah. Alleo bilang kamarnya tepat disamping kamar Vrella. Jangan-jangan... Alleo dan wanita itu...

Air mata kembali tumpah dari matanya. Bahkan 1 hari setelah mereka menikah, secara agama mereka sudah bercerai. Hahaha. Lucu sekali. Dadanya sesak tetapi juga ada kemarahan. Bagaimana pun juga, Vrella punya hak atas Alleo. Dia berhak atas suaminya. Dia berhak untuk mengusir perempuan yang mau mengganggu pernikahanya sekalipun pernikahannya dengan Alleo terjadi karena paksaan.

Anggaplah Vrella jahat karena memanfaatkan kondisi Alleo yang juga tidak bisa berbuat apapun. Tapi Vrella akan buat laki-laki itu berbalik mencintainya.

Vrella membuka pintu kamarnya dan berjalan menuju kamar Alleo. Vrella mempersiapkan hatinya untuk melihat hal yang tidak dia inginkan. Vrella menarik nafas dalam.

BRAAAAK!

Vrella membelalak saat melihat Alleo sedang mencoba untuk melepas baju wanita yang entah namanya siapa.

"AAAAAAAAAAAAAAAAA" wanita yang tak diketahui namanya itu berteriak dengan saat kencang.

"LO NGAPAIN DI SINI?! GUE UDAH BILANGKAN JANGAN KELUAR DARI KAMAR SAMPE GUE BILANG LO BISA KELUAR?!" bentak Alleo. Vrella bergeming, dadanya sesak sekali saat ini.

"Pertama. Gue istri lo. Siapapun orangnya gak ada yang lebih berhak dari gue. Kedua. Gue gak peduli lo mau ngomong apa, tapi kalian berdua ngeganggu gue nonton drama. Ketiga dan buat lo perempuan jalang. Lo tau Alleo udah nikah, tapi lo masih mau gangguin Alleo? Di mana harga diri lo?" Semuanya. Vrella mengatakan semua yang dia ingin katakan dengan nada datar.

Alleo berjalan ke arah Vrella dengan matanya mengkilat marah. Vrella tahu apa yang akan Alleo lakukan. Dia tahu betul kali ini dia harus berjuang lebih keras dari siapa pun. Vrella tidak bergeming dari tempatnya.

"Mau lo apa?" Alleo bertanya hampir seperti bisikan. Giginya bergemertak. Alleo marah.

"Lo tau jelas apa yang gue mau. Lo tau jelas lo udah beristri. Gue rasa lo gak buta dan gak bodoh,"

"Lo tau perjanjiannya, Vrel. Lo tau jelas lo gak berhak ngatur hidup gue."

"Maaf Alleo Raningrat. Gak ada perjanjian kayak gitu. Dalam surat perjanjian itu, gue berhak melakukan apapun. Inget? Gue rasa lo bukan orang yang pikun" Alleo mengepalkan tangannya. Nafasnya naik turun dengan cepat. Dia ingat itu.

"Gue bebas untuk ngurus hidup gue. Lo juga inget?" Alleo menatap Vrella tajam. Vrella tertawa kecil.

"Gue inget," air matanya jatuh begitu saja. Vrella menghapusnya kasar. "Lo bebas ngelakuin apapun. BEBAS! Tapi jangan sekali-kali lo ngelakuin hal-hal bejat di rumah ini. Gue istri lo. Lo suami gue. Gue berhak atas lo. Gue berhak marah ketika gue merasa terganggu dan merasa gak nyaman. GUE BERHAK!" teriak Vrella di depan wajah Alleo. Nafasnya ikut naik turun. Vrella marah. Vrella melirik perempuan yang ada di atas kasur. Perempuan yang Vrella yakini sebagai kekasih Alleo.

"Lo, bisa pergi dari rumah ini. Lo..." Alleo menarik lengan Vrella dan mencengkramnya keras. "Awwww," Vrella menjerit kesakitan. Tenaga Alleo benar-benar tidak bisa disepelekan.

"Lo gak berhak ngatur-ngatur gue. Ini rumah gue dan gue berhak melakukan apapun yang gue mau. Apapun." Vrella tertawa kecil. Mungkin kali ini dia harus bersikap sebagai setan. Tapi Vrella tau ada alasan yang dia tidak ketahui kenapa Anthony menikahkannya dengan Alleo. Entah alasan apapun itu. Dari awal Vrella sudah bertekad untuk membawa laki-laki itu mencintainya.

"Terserah, Alleo. Terserah lo mau ngelakuin apa," Vrella mengambil hape dari kantong celananya dan menunjukkan rekaman suara yang dia rekam sebelumnya. Suara desahan Alleo dan perempuan yang namanya tidak ingin Vrella tau. "Gue bisa ngirim rekaman ini ke Mami." Vrella menatap Alleo datar.

Emosi Alleo kembali naik. Jika Alleo bisa, mungkin Vrella sudah dilenyapkan.

"Gue gak peduli. Kalau kalian masih memilih ngelakuin di rumah ini, gue gak ada pilihan. Gue gak mau ngeliat muka perempuan murahan ka..."

PLAK!

"JAGA MULUT LO!" teriak Alleo. "Gak ada yang bisa maggil Anastasya jalang atau murahan. Lo yang jalang!" Alleo berjalan ke arah Anastasya dan membawanya keluar.

Vrella terjatuh ke bawah. Hatinya sesak luar biasa. Marah, kecewa, sedih semua tercampur menjadi satu. Air matanya tumpah. Vrella memukul dadanya pelan, berharap sesak yang dia rasakan bisa menghilang. Vrella menatap handphonenya yang berisi rekaman suara Alleo dan Anastasya dan menghapusnya.

***

EYYOOO! Terima kasih untuk 300 yang baca dan kalian yang sudah kasih vote! Aku menghargai kalian semua dengan sangat! Maaf baru bisa update! Tugasnya banyak banget huhuhuhu. Apakah kalian bersedia untuk ceritanya dilanjutkan? Vote dan Komen!

Suamiku, Anak DekanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang