Hening, Vrella dan Alleo berjalan dalam keheningan. Keduanya hanya ditemani oleh suara hiruk pikuk orang yang berlalu lalang. Tidak jarang ada yang menatap mereka dengan raut wajah bingung dan ingin tahu.
Vrella mendengus sebal, "Nyebelin banget sih," Vrella berujar pelan, pelan tetapi masih cukup untuk didengar oleh Alleo.
"Terus sekarang lo nyalahin gue?" Alleo menghentikan langkahnya tepat di belakang Vrella yang juga ikut berhenti saat dilihatnya Alleo sudah tidak ada di sampingnya.
"Gue kasih tau deh," Vrella melangkahkan kakinya mendekati Alleo. "Terlalu percaya diri itu gak baik."
Alleo menatap Vrella lekat, sebelum tawa kecil keluar dari bibirnya. "Bukan ide gue buat jalan sama lo,"
"Terserah, terserah, Alleo Raningrat. Gue capek, capek banget. Hidup gue normal-normal aja sebelum kenal lo," Vrella membalikkan tubuhnya, "Udahlah, bilang aja kalau kita gak ada yang laper terus gak jadi makan siang, gue mau tidur aja."
Sebelum Vrella melangkahkan kakinya, Vrella merasakan sebuah genggaman di tangannya. Matanya membelalak kaget saat dilihatnya jari Alleo sudah bertaut di sela jarinya.
Vrella berusaha untuk melepaskan genggaman tangannya, "Lo gila ya?!"
"Kecuali kalo lo mau semua orang ngeliatin kita sekarang, mending lo gak usah ngoceh," Alleo mengalihkan padangannya ke sebuah gedung di sampingnya. "Gue juga capek kalau harus dengerin Mami sama Mamah nyalahin gue, jadi mending gue ikutin mau mereka."
"Jangan jadiin gue tumbal juga anjir!" Vrella masih berusaha untuk melepaskan genggaman Alleo yang ternyata cukup kuat. Jantungnya berdegup kencang saat ini.
Alleo mendengus sebal, "Gue gak peduli harus jadiin lo tumbal, pokoknya gue juga capek, dan gue gak peduli lo suka atau enggak." Alleo menatap Vrella, "Paham Vrella Imanuella Raharjo nyonya Raningrat?" suara Alleo cukup keras untuk didengar oleh orang di sekitar mereka.
Vrella refleks menutup mulut Alleo dengan sebelah tangannya yang masih kosong, tidak menyangka Alleo akan menyebutkan namanya dengan embel-embel seperti itu.
"Lo udah gila, pasti lo udah gila! Dasar maniak!" Vrella menarik Alleo dan membawa laki-laki itu menjauh dari kerumunan. "Apa jangan-jangan lo kerasukan ya?!" Vrella sedikit meninggikan suaranya.
Alleo hanya tertawa kecil, ternyata tidak buruk untuk membuat perempuan di depannya kesal. "Mungkin, udahlah gue capek, Vrel. Gue males kalau harus diomelin cuma karena belum ngasih lo makan."
Alleo menarik tangan Vrella berjalan menuju stand makanan yang paling dekat. Vrella hanya bisa menyaksikan kejadian ini dengan wajah bingung.
Di satu sisi, Vrella senang luar biasa karena hari ini, selain tangannya digenggam Alleo, Vrella juga bisa melihat tawa dan senyum dari Alleo. Di sisi lainnya, Vrella takut. Takut dirinya jatuh semakin dalam dan tidak tau caranya keluar. Vrella takut jatuh cinta pada suaminya sendiri.
*
Vrella hanya bisa menggelengkan kepalanya saat melihat Alleo makan dengan santai seolah tak terjadi apapun dan tak ada seorang pun yang melihat mereka berdua.
Semua penghuni food junction yang melewati mereka sejak tadi tidak berhenti memandang mereka berdua seolah mereka baru saja melakukan hal memalukan. Bagaimana tidak, Vrella yang hanya seorang mahasiswa biasa saat ini sedang makan berdua dengan anak dari dekan yang terkenal menjadi penerjemah utama saat banyak tokoh penting datang ke kampus.
Vrella meletakkan sendok makan nya, "Kayaknya lo beneran gila deh, atau enggak lo emang beneran kerasukan,"
Alleo tidak menjawab kalimat Vrella dan hanya terus melanjutkan makan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku, Anak Dekan
RomanceMENIKAH DENGAN ANAK DEKAN? Biasanya ketika kalian membaca cerita-cerita di wattpad, kalian akan menemukan cerita dimana perempuan bertemu dengan sang lelaki, terikat kontrak pernikahan, entah karena hutang, terkena cipratan kopi, atau bahkan one nig...