Gemuruh distrik Shiganshina saat ini menandakan adanya bahaya yang datang dari luar tembok. Lonceng berbunyi, orang-orang berlari melawan arah menuju tembok Rose, setiap sudut kota telah berubah menjadi kayu yang melayang-layang akibat rumah yang habis di rusak oleh makhluk mengerikan, ya Titan.
Kejadian itu menjadikan trauma besar bagi seluruh penduduk tembok Maria. Banyak orang mengungsi namun tidak sedikit pula orang yang mati dilahap ataupun sekedar terinjak-injak.
Sejak saat itu, seluruh manusia telah mengutuk semua hal yang berada diluar tembok, apapun itu mereka semua membencinya, mereka menganggap tidak adanya kehidupan diluar sana, yang ada hanyalah harapan seorang bocah yang akan tewas dilahap oleh para Titan.
5 tahun setelahnya, keadaan mulai membaik, namun tidak juga menutup kemungkinan bahwa Titan dapat menyerang kapan saja, sebenarnya mudah saja bagi Pasukan Pengintai untuk memburu para Titan, namun jika jumlahnya terlampau banyak, bisa jadi mereka maju layaknya seseorang yang menjual nyawanya pada kematian.
Siang itu di sebuah base yang tak jauh dari tembok Maria, terdapat sebuah Tim kecil yang tengah berlatih dan melakukan ekspedisi kecil-kecilan. Namun apapun itu jika yang mereka lakukan adalah berjalan-jalan di luar tembok tentu saja kemungkinan mereka untuk kembali sangatlah kecil. Bisa dibilang mereka adalah Tim gila. Oh tidak, Kaptennya yang gila.
"Lakukan sesuai perintah!"
"Baik Kapten!" Seru 4 kadet sebelum akhirnya mereka berpencar.
Mereka di perintahkan untuk berbagi tugas, membersihkan base dan juga mencari bahan pangan untuk makan malam. Mereka juga mengadakan pelatihan pada siang hari.
Petra beruntung karena saat ini dia mendapati tugas untuk berburu rusa, ia harap ia bisa mendapatkannya sekali tanpa meleset, tetapi Eld datang menemaninya, pasti pria itu akan mengganggu usahanya.
"Jangan menatapku seperti itu" Ucap Eld
"Untuk apa kau kemari?!"
"Kapten Levi yang menyuruhku, sudah jelas kan dia tidak ingin salah satu anggota timnya mati ditelan Titan sendirian"
"Kalau begitu aku tidak akan mati sendirian"
"Tidak mungkin kita mati selama aku berada di sini"
Petra tidak menghiraukan perkataan Eld, ia terus melaju membawa kudanya menuju hutan kecil yang tak jauh dari base mereka. Petra mulai mencari keberadaan makhluk hidup yang mungkin saja bisa ia tangkap.
Sayangnya, bukan seekor rusa yang ia lihat, namun seekor kelinci yang tengah memakan dedaunan di dekat pohon. Tidak masalah jika seekor rusa, tapi ini kelinci, rasanya sedikit keterlaluan jika ia harus membunuh makhluk imut lalu membuatnya tewas mengenaskan dan memanggangnya di atas perapian untuk di santap bersama.
Eld menatap Petra bingung, kenapa wanita itu hanya terus menatapnya? Kapan ia akan menangkapnya.
"Petra, kita tidak sedang bermain petak umpat"
Petra masih terus mengintip dari dahan pohon di hadapannya, tidak menghiraukan sedikitpun perkataan Eld.
"Apa kau ragu? Kau ingat sebelum kita memasuki Tim Elite ini kau sudah berhasil membunuh 10 Titan, dan sekarang kau ragu hanya untuk membunuh seekor kelinci?"
"Eld kelinci itu sangat lucu, rasanya sedikit keterlaluan jika harus menjadikannya santapan untuk kita berlima"
"Baiklah jika kau tidak ingin melakukannya, biar aku saja"
Eld berjalan perlahan mendekati kelinci tersebut, menangkapnya dan menggorok lehernya dengan cepat.
"Kelinci ini cukup gemuk, kurasa lemak yang membuatnya seperti ini"
Kemudian Eld memberikan tubuh kelinci itu pada Petra. Petra menatap kelinci tersebut dengan rasa iba, ia menyesal telah membiarkan Eld melakukannya, namun ini semua demi pengisian bahan bakar perut rekan-rekannya.
"Semoga tuhan memberkatimu, kelinci" Pekik Petra
"Cih... Petra, bagaimana jika kau didapati pilihan untuk membunuh rekanmu sendiri?"
"Apa maksudmu? Tentu saja aku tidak akan melakukannya!"
Mereka berjalan kemudian menunggangi kudanya dan kembali menuju base campnya.
"Apapun itu, jangan pernah ragu. Jangan mudah percaya dengan apa yang kau lihat, jika memang harus kau lakukan maka lakukanlah" Eld berkata sembari menunggangi kudanya, pemandangan ini sudah tidak asing lagi, Eld memang selalu menceramahi Petra.
"Baiklah, maafkan aku kelinci"
"Lagi?! Nyawanya sudah lenyap ditelan angin dan kau masih terus meminta maaf padanya?"
"Lagi pula apa kau sudah meminta maaf padanya? Aku belum mendengar permintaan maafmu! Cepat minta maaf!"
"Gadis gila"
Eld mempercepat laju kudanya, meninggalkan Petra dengan kelinci malang itu berdua.
Tak butuh waktu lama akhirnya mereka sampai kembali pada base kecilnya. Dilihatnya kapten mereka tengah menunggu kedatangannya tepat di depan pintu utama.
"Maaf Kapten, kami tidak mendapatkan rusa segar untuk hari ini" Eld memberikan kelinci yang di genggam oleh Petra
"Bodoh, rupanya rusapun enggan bertemu dengan kalian"
"Sepertinya mereka tahu kita akan memburu salah satu dari mereka" Ujar Petra yang masih meratapi kematian kelinci yang kini telah di ambil alih oleh Eld
"Berikan saja kelinci bodoh itu pada Gunther, pastikan ia memotong setiap bagiannya sama rata" Titah Levi
"Baik Kapten!" Eld berlari mencari Gunther sesuai perintah Kaptennya.
Petra terus menatap Levi, menunggu perintah selanjutnya seperti perintah yang ia berikan pada Eld sebelumnya.
"Apa?"
"Aku menunggu perintahmu"
"Jangan halangi jalanku"
"Ah baik, mohon maaf Kap-"
"Jika yang kau tunggu adalah perintahku, kau bisa membersihkan kembali ruang makan, sepertinya kedua teman babimu tidak se teliti dirimu"
Selain pendek, ternyata dia juga menyebalkan. Ini memang bukan pertama kalinya bagi Petra, namun entah kenapa rasanya apa yang di katakan Oluo ada benarnya, kadang kala ia sangat ingin menampar mulut Kaptennya itu.
"B-baik Kapten!"
Petra bergegas memasuki base dan pergi menuju ruang makan. Dilihatnya setiap inci dari ruangan itu, tidak ia temukan sampah ataupun pecahan gelas sisa pesta semalam, pesta kecil-kecilan yang pada akhirnya mengharuskan semua anggota tim untuk membersihkan kembali base ini tanpa pengecualian.
Dia berjalan mendekati meja makan yang berada di tengah ruangan. Petra menyelipkan jari-jarinya pada bagian bawah meja, ia mencoba meraba bagian bawah meja tersebut, dilihatnya beberapa debu yang berjatuhan ke lantai.
"Tentu saja ia tidak akan menyukai hal ini..." Petra tersenyum simpul diakhir kalimatnya
Pada bagian tertinggi dari base tersebut. Dilihatnya hamparan ladang hijau luas yang sunyi tanpa adanya kehidupan, sekalipun hanya burung yang berterbangan, mereka tidak akan tahu sejauh mana mereka akan terbang dan sampai kapan mereka akan terus mengepakkan sayapnya.
Levi masih terus bertaut dalam lamunanya, dengan secangkir teh kesukaannya. Menurutnya ini adalah tempat yang bagus untuk menjernihkan pikiran setelah berkutat cukup lama di dalam tembok.
"Tidak akan ada lagi merpati hitam"
Oi oi oi minna-san~ akhir akhir ini aku lagi ngeship Levi Petra jadi aku coba bikin FF tentang mereka juga!! Semoga suka ya!!! See u next part! Oh ya di FF ini aku bakal tambahin Char yang gaada di AoT ya!!! Jadi bisa kalian imajikan sendiri!
KAMU SEDANG MEMBACA
I HOPE [LEVI X PETRA] {END}
FanfictionPetra, Petra Ral. Ialah seseorang yang tangguh, kuat, juga pandai. Ia berhasil masuk ke dalam salah satu Pasukan Elit bersama dengan rekan-rekannya. Menjadi Pasukan Pengintai memanglah bukan hal mudah, apalagi di usianya yang masih belia. Ia berani...