#4 Sabun Mandi

967 109 45
                                    

"Baiklah, jadi... Seorang bocah laki-laki yang berhasil masuk sebagai Pasukan Pengintai adalah seorang Titan berakal"

"APA?!"

~~~

"Aku yakin itu hanya sebuah lelucon"

"Stt... Pelankan suaramu!" Ucap Eld sembari menjitak kecil kepala Oluo

"Lagi pula bagaimana seorang bocah 15 tahun bisa menjadi Titan? Sangat tidak masuk akal" Ucap Gunther yang masih terus mengaduk coklat panasnya

"Selain itu kemana Petra pergi? Dia selalu saja menghilang" Oluo terlihat malas dengan roti isi yang ia genggam, nafsu makannya berkurang seketika setelah mendengar berita perihal bocah Titan tersebut

"Ia bersama Kapten, sepertinya mereka sedang mengunjungi sel bawah tanah bersama Komandan Erwin dan Hanji-san" Jelas Eld

"Nyalinya cukup besar"

"Kalau bersama Kapten, semuanya terasa aman dan tentram kan? Seakan kita akan terus terjaga karenanya?" Celoteh Gunther

"Ya ku akui itu benar, sebetulnya saat itu aku tak yakin bisa menebas tengkuk Titan Abnormalnya... Tapi entah kenapa aku merasa bahwa Kapten akan melindungi kita jikalau memang kita jatuh karenanya" Ucap Oluo sembari mengusap perban pada lengannya yang terluka

"Tapi Kapten membiarkan kita yang menghabisinya, dengan menjadikan dirinya sebagai umpan, kurasa ia hanya ingin melihat perkembangan kita ber empat"

"Kau benar Eld, untunglah kita berhasil mengalahkannya. Dengan begini ia tidak perlu meragukan kekuatan tim kita bukan?"

"Tentu saja, terkadang aku merasa diriku memang pantas berada dalam tim Elite ini, cheers!" Eld mengangkat gelas penuh dengan air putihnya bersulang dengan Gunther yang masih ditemani dengan coklat panasnya

Disamping itu, Petra sedang berjalan menuju sel bawah tanah, ia cukup ragu, bagaimana bentuk bocah tersebut? Apakah tidak berkulit? Atau kakinya panjang? Apakah wajahnya ungu? Banyak sekali pikiran tentang bocah Titan tersebut yang menaungi kepala Petra, ia pun berbisik pada Levi.

"Kapten... Apakah bocah ini liar? Bagaimana ya rupanya?"

"Hn? Mungkin matanya penuh dengan kotoran babi, atau mungkin bernanah"

Sepertinya perkiraan Levi lebih menjijikan dari apa yang Petra pikirkan.

"Kenapa? Kau takut?" Tanya Levi

"Ah tidak Kapten, hanya saja-"

Levi menggenggam tangan Petra dengan erat, Levi bisa merasakan tangan kecil Petra yang gemetaran, ternyata dugaannya benar.

"Eh?!" Petra terkejut,Petra memandangi punggung besar di depannya, tidak... Tidak terlalu besar.

Levi tidak menghiraukan Petra yang kini tengah berubah menjadi sebuah tomat. Rasanya tenang, damai, seakan tidak ada satupun ketakutan dalam dirinya yang dapat menghantuinya jika bersama sang Kapten kecilnya.

"Jangan dilepaskan, ini adalah perintah"

"B-baik Kapten"

Bukannya semakin tenang, mungkin saat ini jiwa Petra telah terbang entah menembus awan yang mana. Serangan tiba-tiba ini sungguh sangat merepotkan jantungnya.

Levi tidak peduli dengan dua orang di hadapannya, Erwin dan Hanji masih terus berjalan menuju sel bawah tanahnya.

'Apa tidak ada sama sekali yang memperhatikan kami berdua?' Batin Petra

Akhirnya mereka tiba di depan Sel, Levi kini melepas genggamannya dan berjalan menuju sel tersebut.

"Hoi monyet, cepat bangun!"

Petra memandangi seorang bocah yang berada dibalik sel besi itu, kalau dilihat-lihat mungkin dia memang bocah berusia 14-15 tahun. Terlalu muda untuk menjadi seorang Titan, kasihan sekali.

Bocah itu masih terus memandangi kami berempat dengan tatapan cengo. Petra merasa bahwa Levi terlalu menggertaknya. Ia ketakutan.

"Levi, biar aku saja" Hanji mencengkram bahu Levi dan melangkah maju.

"Siapa namamu?"

"Eren, Eren Jaeger"

"Eren... Senang bertemu denganmu, kalau begitu kenapa kau bisa berubah menjadi seekor Titan?" Tanya Hanji sembari mencatat semuanya diatas kertas beralaskan papan kayu

"Aku... tidak tahu"

"Jangan bercanda!" Levi mencengkram erat sel besi tersebut, membuat bocah bernama Eren tersebut terjatuh karenanya.

"Levi kau membuatnya takut" Ucap Erwin

"A-aku benar-benar tidak tahu, i-itu terjadi begitu saja"

Petra berjalan mendekati sel tersebut, jelas sekali Kaptennya berhasil membuat bocah itu ketakutan, mata bocah itu membulat.

"Tidak apa-apa, kau bisa menceritakan semuanya" Ucap Petra dengan senyum simpulnya

Mereka mulai menginterogasi bocah bernama Eren tersebut. Namun apa yang mereka dapatkan benar-benar diluar dugaan, bocah itu tidak mengingat apapun, bahkan ingatan terakhirnya saat ia terbangun bersama kedua temannya.

Setelah selesai menginterogasi, Petra pergi mengunjungi rekan setimnya, meninggalkan Kaptennya bersama Komandan dan Hanji-san, sepertinya ada urusan yang bersifat pribadi jadi Petra pikir lebih baik ia pergi.

"Bagaimana tampang bocah itu? Apakah wajahnya penuh benjolan?" Tanya Eld

"Tidak ada yang aneh, seperti bocah polos pada umumnya" Jawab Petra

"Hahhh... Kupikir ia akan sedikit berbeda"

"Ah dibawah matanya terdapat garis garis berwarna merah" Petra ingat akan tiga buah garis yang berada tepat dibawah mata Eren

"Apa itu hal yang aneh?" Tanya Gunther

"Tidak, lebih terlihat seperti bekas luka"

"Hm..."

"Itu tidak penting, dimana Kapten?" Tanya Oluo

"Ia sedang bersama Hanji-san dan Komandan Erwin" Jawab Petra

"Aku harus bertemu dengannya, karena kekosongan misi kami dimintai bantuan oleh Pasukan lain untuk memindahkan katrol"

"Huft... Baiklah, sebelah sini" Petra berjalan bersama Oluo, berniat mencari sang Kapten tapi yang mereka dapati adalah Hanji bersama dengan bawahan kesayangannya.

"Hanji-san..." Petra berlari kecil mengejar Hanji

Hanji membalikan badannya
"Biar kutebak, kalian mencari Levi?"

"Ah iya, kami mencari Kapten" Jawab Oluo

"Ia sedang ber Lovy Dovy" Jawab Hanji

"Lovy? Dovy?" Petra mengernyitkan dahinya

"Ya, disana" Hanji menunjuk sebuah balkon

"Ah baiklah, terima kasih Hanji-san" Petra membungkuk sebagai tanda hormatnya

"Ya.. Ya.. Ya.." Hanji melambaikan tangannya dan bergegas pergi dari hadapan Petra

"Apa itu Lovi Dove? Sabun mandi kah?" Tanya Oluo

"Mungkin? Tapi apa yang Kapten lakukan dengan sabun mandi?"

Banyaknya pertanyaan membuat mereka segera menghampiri balkon tempat Kaptennya berada. Dilihatnya sang Kapten yang tengah bersandar bersama dengan seseorang yang sepertinya merupakan salah satu anggota Pasukan Pengintai.

"Kukira kau sudah mati, Levi"

"Aku tidak akan mati"

"Kau sangat percaya diri"

"Aku tidak diizinkan untuk mati, ada seseorang yang harus aku lindungi"

"Wah wah wah, siapa wanita beruntung itu?"

"Kau, Nanaba"

Oi oi oi minna, maaf ni baru up kemarin cukup sibuk :(( jangan lupa tinggalkan jejak ya~ see u next chapt!



I HOPE [LEVI X PETRA] {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang