Gadis cantik dengan seragamnya sedang melihat pantulan dirinya di cermin.
Banyak sekali lebam-lebam di daerah muka dan tangannya. Sebenernya lebih banyak dibagian tubuh Vella.
Vella memegang lebam tersebut, terasa perih. "Aww.."
Vella menghembuskan nafasnya.
"Vella harus kuat!"Vella tersenyum dan mengambil tas nya, beranjak ke bawah.Dibawah terlihat keluarga sedang makan pagi bersama, dengan tawa yang menghiasai, membuat Vella tersenyum kecut.
Kapan lagi ya? Dia bisa ada disitu makan bareng dan tertawa bareng lagi bersama mereka. Vella sungguh kangen momen dimana ia dijadikan seperti ratu.
Vella kangen Papih, Bunda, dan Abang nya yang selalu memperhatikan ia, berbeda dengan yang sekarang.
Sungguh ini terasa mimpi. Walaupun Vella mengharapkan momen dulu terjadi lagi, tapi rasanya mustahil.
Vella harus kuat, ia tidak boleh terlihat lemah di mata mereka semua.
Vella mengendong tas nya, dan turun menuruni anak tangga satu persatu.
"Pagi semua."Sapa Vella tersenyum cerah. Padahal hati nya sedang mendung.
Mereka semua diam, tidak ada yang menyahut, membuat Vella tersenyum pedih. Sudah biasa. Vella sudah biasa diperlakukan seperti itu.
Capek? Kalo ditanya Capek apa enggak dijawabnya capek pake banget. Rasanya Vella hendak mensudahi nya detik ini juga.
"Bang, Vella bareng Bang Satria ya?"melas Vella karna ia sangat kangen berangkat sekolah bareng Abang nya.
Satria mengabaikannya, melihat saja dia ogah. Apa seburuk itu Vella di mata mereka?
"Papih, Vella berangkat bareng Papih ya, kesekolah."Ujar Vella memelas namun Papih nya hanya mengabaikannya.
Herna berdecak sebal, melihat anak gadis nya sedang caper.
"Udah mending kamu berangkat sendiri. Gak usah ngemis-ngemis gitu, kalo kamu mau ngemis mending langsung dijalanan."Sindir halus Herna yang menusuk hati Vella. Bibir Vella turun kebawah, perkataan Herna sangat menusuk hati nya.Tapi gapapa kok, sudah biasa.
Vella mengangguk lemah.
"Yaudah, Papih, Bunda, Abang. Vella pamit ke sekolah ya, Assalamualaikum."Pamit Vella yang langsung berjalan keluar.Vella mau mencium tangan kedua orang tua nya, tapi percuma juga toh.
"Sekalian aja pamit ke alam kubur."Celetuk Herna yang dapat terdengar jelas oleh Vella.
Vella menatap lirih ke depan. Ia sudah kebal dengan semuanya.
Vella berangkat jalan kaki kesekolah. Jarak diantara rumah nya dengan sekolahan agak jauh, tapi Vella harus menghemat uang.
Vella sudah terbiasa dengan ini.
Vella memegang kedua siku kaki nya. Ia merasa sudah tidak sanggup jalan, mungkin karna ia tadi belom sarapan.
Vella berusaha kuat.
"Ayok dong Vella harus kuat! Bentar lagi sampai!"Vella bergumam dan berusaha menjalankan kaki nya kembali.Wajah pucat yang tertera jelas di muka Gadis cantik itu. Bibir yang putih, kepala yang pusing, tatapan yang blur, dan dengan perut yang sedari keroncongan.
Vella berbinar-binar saat melihat ada Roti di warung.
Vella menguatkan tubuh nya agar sampai di warung itu.
Vella membeli satu roti dan membayarnya. Vella dengan tergesa-gesa membuang plastik Roti, dan langsung ia memakan Roti tersebut dengan rakusnya.
Vella mengelus-ngelus perut nya. Sebenernya ia masih lapar tapi sudahlah, yang penting perutnya sudah terisi meskipun cuma sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
VELLA
Teen FictionDengan sebuah satu kesalah-pahaman yang membuat orang-orang membenci Gadis yang tidak tahu apa-apa. Vella yang selalu menempel pada luka serta tanggisan. Hanya karna fitnah yang menyebar bahwa dirinya seorang pencuri, dirinya menjadi korban bullyin...