Part 11.

16 3 4
                                    

"Maafin gue. Seharusnya gue selalu di samping lo."

"Kak Andra gak marah sama Vella?"cicit Vella merasa takut jika Andra marah.

"Gue gak pernah bisa marah sama lo."

"Rekaman suara yang lagi rame itu benar?"tanya Andra tak yakin.

Kening gadis itu mengkerut. "Rekaman suara? Rekaman suara apa?"

Andra cukup kaget, pasalnya Vella tak tahu menahu tentang rekaman video itu.
"Rekaman yang lo nerima si Árgos."

Vella menganguk-nganguk. "Ohh rekaman itu. Jadi itu yang membuat mereka ngebully Vella?"

"Emang lo gak tau?"

"Enggak. Vella gak tau sama sekali."

"Jadi lo beneran nerima Árgos?"tanya Andra pelan.

Vella menghembuskan nafas. "Enggak. Waktu itu kak Árgos dapet dare dari temannya untuk nembak Vella. Nah Vella di minta untuk pura-pura nerima kak Árgos. Di rekam karna untuk temannya kak Árgos pada percaya. Tapi Vella kaget, kenapa kak Árgos tega nyebarin rekaman suara itu yang membuat semua orang salah paham. Pasti kak Gerlan juga salah paham, sampai marah besar kayak gitu."

Andra menghela nafas lega. Syukur lah jika itu adanya.
"Berhenti ngejar Gerlan. Dia kasar, bukan cowo baik-baik. Lo bakal lebih sakit nantinya jika masih memperjuangkannya."

"Apa ini perjuangan terakhir Vella? Tapi jujur, Vella udah gak sanggup lagi meski perjuangannya terasa singkat."

"Lupain dia. Dia juga gak ngehargain perjuangan lo. Jangan memperjuangkan seseorang yang bahkan tidak ingin di perjuangkan."

"Vella akan mencobanya."

YES! Ini lampu hijau untuk Andra. Kesempatan emas tidak akan datang dua kali. Andra harus memanfaatkan situasi ini sebelum ia kecolongan.

Akhirnya bisa juga menyingkirkan Gerlan.

"Gue mau kasih tau sesuatu ke lo."

"Sesuatu apa?"

"Bokap gue katanya udah kerja sama, sama perusahaan bokap lo. Nah, gue minta ke bokap lo agar dia gak nyiksa lo lagi. Kalo sampai dia nyiksa lo lagi, gue bakal minta ke bokap gue buat cabut kerja samanya dan perusahaan bokap lo bakal bangkrut."

Vella terkejut. "Itu bukannya berlebihan kak? Kalo sampe beneran bangkrut, nanti mereka mau makan apa? Vella juga kak nanti yang bakal kena imbasnya."

Andra menepuk dahi. Ia tidak kepikiran sampai situ.

"Tapi gue gak mau mereka terus-terusan nyiksa lo! Kalo di diemin mereka bakal seenaknya sama lo, Vell!!"

Vella menganguk. Tangannya memegang pundak Andra. "Tapi itu bukan cara bagus buat menyelesaikan semuanya."

"Vella gakpapa jika harus di siksa, asalkan jangan mereka yang tersiksa. Vella juga capek terus-terusan di siksa, tapi Vella ngerti, mereka nyiksa Vella karna Vella salah walaupun sebenernya Vella gak salah."

'Vella salah walaupun Vella gak salah' Andra tau arti dari kalimat tersebut.

"Yaudah kalo gitu, kita harus cari bukti yang kuat untuk menunjukan ke mereka kalo lo itu terbukti gak bersalah."

"Gimana kak? Vella bingung harus bagaimana."

"Waktu di kejadian ada saksi?"

"Ada. Sajiji."

Andra berpikir. Sajiji? Sajiji yang suka sama dirinya?

Andra tersenyum miring. Ia bisa memanfaatkan Sajiji dengan menerima cintanya.

VELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang