Part 3.

61 8 0
                                    

Bruk!

Darah segar menetes deras ke lantai. Darah itu muncul dari arah kepala gadis yang sedang menahan tangis serta rasa sakitnya.

Laki-laki itu dengan teganya membenturkan kepala Gadis yang berupa pacarnya ke tembok.

"KALO LO BERANI NYENTUH MELA SEKALI LAGI, GUE AKAN BUNUH LO SAAT INI JUGA!"ancam laki-laki itu berteriak didepan wajah Vella.

Vella meringis kesakitan merasa sakit dikepalanya yang luar biasa. Hatinya mencelos kala mendengar bentakan dari sang pacar. Vella tidak pernah menyentuh atau melukai Mela. Sudah jelas-jelas Vella lihat sendiri kalau Mela yang melakukan itu sendiri.

Baru saja kepalanya terbentur, sekarang sudah dibenturkan lagi.

Namun apa daya? Gerlan juga tidak percaya kepadanya.

Dengan tubuhnya yang lemas serta kepalanya yang terus-terusan berdenyut-denyut dengan pandangannya yang ngeblur. Vella langsung pingsan.

....

Vella mengerjab-ngerjabkan matanya, melihat sekelilingnya.

Memegangi kepalanya yang masih terasa sakit. "Au."Ringisnya.

"Lo udah baikan?"tanya seorang laki-laki yang Vella ketahui itu. Itu adalah Andra ketua osis SMA Likalintang.

Vella mengangguk. Lagi, lagi, Andra yang menjadi penyelamatnya.

"Kakak liat Kak Gerlan?"tanya Vella.

Andra memutar bola matanya malas. Ia tidak suka jika Vella membawa-bawa nama Gerlan.
"Kenapa lo masih nanyain dia sih Vel? Udah jelas-jelas, dia nyakitin lo!"sentak Andra dengan nada tak suka.

"Dia pacar Vella kak."

"Pacar mana yang berlaku kasar ke cewe nya?!"

Vella bungkam. Ia sedikit kaget mendengar Andra membentak.

Andra yang sadar langsung mengusap wajahnya gusar dan memasang ekspresi merasa bersalah."Maaf Vel, gue ga bermaksud membentak lo."

Vella mengangguk paham.

"Iya, Vella ngerti kok kak."Vella tersenyum dengan bibir pucatnya.

Andra menghembuskan nafasnya lega. Syukurlah kalo Vella tidak marah terhadapnya.

"Lo itu idaman banget ya Vel. Udah cantik, pinter, mudah memaafkan pula."Puji Andra yang Vella anggap berlebihan.

"Makasih Kak. Tapi Vella ga sesempurna itu."Ujar Vella, karna manusia tidak ada yang sempurna.

"Nanti malam, jalan mau?"tanya Andra dengan ragu-ragu.

Vella terdiam. Vella sudah punya Gerlan dan dia harus menjaga perasaan pacarnya.

"Maaf kak, Vella gabisa."Tolaknya sedikit pelan.

Vella merasa tidak enak.

Andra mengangguk, ia paham itu.
"Karna Gerlan 'kan? Kalo lo butuh tempat untuk bersandar atau curhat, temui gue. Gue selalu ada dibelakang lo."Bisiknya pas ditelingga Vella.

Vella sedikit merinding. Ia mengangguk. Menurutnya Andra ini terlalu baik kepadanya. Ia tidak mau Andra berharap lebih kepadanya karna nanti Andra akan terluka.

"Makasih banyak ya Kak. Kakak selalu baik sama Vella.

Andra mengelus surai berwarna hitam tersebut. Menghirup aroma surai yang sangat membuatnya nyaman. "Sama-sama Vella. Kalo gitu gue keluar ya?"merasa tak enak jika ia harus berlama-lama disini.

"Iya kak, sekali lagi terimakasih!"

....

Hujan deras menguyur permukaan bumi. Seorang gadis tengah meringkuk dipermukaan halte, dengan tubuhnya yang mengigil merasakan udara dingin yang sangat menyengat.

VELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang