Beberapa hari kemudian setelah kejadian besar waktu itu terjadi, kini Vella memilih untuk menjauhi Àrgos yang secara terang-terangan mendekatinya.
Sudah beberapa hari semenjak kejadian itu, Àrgos mulai mendekati Vella dengan tujuan tertentu.
"Kak Àrgos bisa gak sih gak usah deketin Vella?! Kakak tau? Karna kakak waktu itu, semuanya jadi tambah benci sama Vella!!!"
"Stop ngejar Vella! Vella udah punya Gerlan!"
Vella menatap lawan bicaranya dengan tatapan tajam. Deru nafasnya tak seimbang dengan nada bicara yang cukup tinggi.
Àrgos tersenyum tipis. Vella sama sekali tak terlihat seram di wajah Àrgos. Bahkan eskpresi Vella saat ini sangat lucu, ingin sekali Àrgos membungkusnya untuk di jadikan istri.
"Lo masih mau sama Gerlan? Padahal udah jelas dia kasar dan selalu nyakitin lo. Udahlah Vella, sama gue aja. Gue akan selalu ngelindungi lo, dan pastinya gue akan buat lo lebih bahagia."
Vella muak! Perkataan Àrgos hanyalah bullshit!
Laki-laki mana lagi yang harus Vella percaya?
Mau sebanyak apapun yang berusaha mendekatinya, tapi hanya ada satu oranglah pemenangnya. Ya, pemenangnya adalah laki-laki brengsek yang masih Vella pertahanin sampai sekarang.
"Vella udah gak mau lagi liat kakak. Intinya mulai sekarang, kakak jauhin Vella!"
Vella berucap dengan nada yang penuh tekanan memberi peringatan untuk terakhir kalinya.
Àrgos masih menatapnya dengan santai seolah-olah ancaman itu hanyalah hal kecil baginya.
Àrgos melipat kedua tangannya di dada. Alis tebalnya itu naik satu sambil menatap remeh kepada gadis yang kini masih terbalut emosi. "Kalo gue gak mau, gimana?"
Vella membuang nafas panjang. Tangannya naik ke atas hingga akhirnya ia beralih memukul angin meplampiaskan semua kekesalannya.
"Terserah!"pasrahnya berjalan meninggalkan Àrgos.
Àrgos menatap pungung Vella yang mulai menjauh. Dia tersenyum sembari berucap,
"Gue akan membebaskan lo dari semua siksaaan ini. Dan gue akan membahagiakan lo sampai lo jadi milik gue, Vella."
•••
Sudah beberapa lama Vella berjalan menelusuri lorong lorong dan setiap sudut sekolah hanya karna mencari seorang laki laki bernama Gerlan yang entah kemana keberadaannya.
Sejak saat itu, Gerlan sudah tak lagi memunculkan dirinya di hadapan Vella.
Vella benar-benar khawatir. Terlebih dengan hubungannya yang sudah retak atau bisa di bilang sudah putus?
Entahlah. Yang terpenting saat ini, Vella bisa mengobrol secara empat mata dengan Gerlan.
Langkahnya terhenti. Matanya menatap dalam kepada dua manusia yang baru saja memasuki kantin dengan bergandengan mesra. Posisi Vella kini sudah sangat tergantikan oleh Mela.
"Kalo emang Gerlan lebih bahagia sama Mela, lebih baik Vella ikhlaskan." Vella menatap sedih.
Dadanya terasa sangat sesak. Meski berat, Vella harus ikhlaskan. Mungkin dengan ini Gerlan akan lebih bahagia dan tidak tersiksa lagi.
Vella dengan perasaan tak karuan mulai mendekati mereka, mungkin untuk terakhir kalinya.
Bibirnya yang turun mulai ia tarik melukiskan senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
VELLA
Teen FictionDengan sebuah satu kesalah-pahaman yang membuat orang-orang membenci Gadis yang tidak tahu apa-apa. Vella yang selalu menempel pada luka serta tanggisan. Hanya karna fitnah yang menyebar bahwa dirinya seorang pencuri, dirinya menjadi korban bullyin...