17 : Pertarungan Monster

600 164 68
                                    

"Kekeke ...."

"Dalam permainan catur--"

"Kau tidak bisa langsung mengincar Rajanya, bukan?"

Widyatama menatap wajah yang sangat familiar itu.

"Si merah, Bajingan!" pekiknya melihat seringai di wajah Uchul.

"Ah--Tomo--ku izinkan kau membuka matamu," ucap Kei yang berbaring membelakangi mereka berdua.

"O-k-e." Uchul membuka penutup matanya dan mencengkeram leher Widyatama.

"Suratma total," ucapnya sambil menyeringai.

Seketika itu mereka berdua terlempar ke alam Suratma. Widyatama menatap ke sekitarnya, tempat yang gelap dan sepi, hanya ada mereka berdua di tempat itu. Ia mulai paham ke mana Uchul dan Dirga saat ia mengincar mereka di dalam gang sempit.

Tempat apa ini? Orang ini memiliki dimensi lain? batin Widyatama.

"Kekeke maaf menunggu lama. Sesuai kesepakatan kita barusan, ku serahkan monster ini padamu ... Tara."

.

.

.

Tara menyeringai ke arah Widyatama, ia melepas seluruh hawa membunuhnya sehingga membuat seluruh makhluk alam Suratma yang berada di sekitar mereka menjauh.

Sial, padahal udah mati! Tapi masih punya aura yang ngeri begini, batin Uchul yang dibuat merinding oleh Tara.

Tara bersiap untuk menerjang, ia agak membungkukkan badannya dan memfokuskan kekuatan pada kakinya.

"Ga usah bingung, ini namanya alam Suratma. Alamnya orang mati," ucap Tara pada Widyatama.

"Ga usah takut juga, karena sebentar lagi ... lu akan jadi penghuni dunia ini." Tara melepaskan langkahnya, ia melesat ke arah Widyatama dengan sangat cepat.

Cih, orang ini lumayan cepat, tapi masih bisa ku urus! batin Widyatama sambil menyeringai balik. Ia juga melepaskan hawa membunuhnya sehingga membuat benturan dengan aura milik Tara.

Bocah itu mengibaskan cambuk benangnya ke arah Tara secara bertubi-tubi. Widyatama tampak bersenang-senang, terlihat dari seringai dan matanya  yang terbuka lebar. Uchul tiba-tiba saja melempar sesuatu ke arah cambukan yang membabi-buta itu, lalu bersiul seperti memberi tanda pada Tara. Sontak membuat Tara melompat ke luar area serang Widyatama dengan lompat harimaunya, ia berlari menangkap dua buah keris yang dilemparkan oleh Uchul.

Kaladite! Kalanadah! Pusaka Nusantara yang diwariskan pada Ashura yang menyandang gelar Aditama, batin Widyatama yang sedikit terkejut. Tiba-tiba saja Widyatama menyeringai, Ini akan menarik, pertempuran dua Ashura.

Bocah itu menghentikan cambukkannya dan mengambil pisau Badik yang berada di mulutnya. Ia sepertinya akan bertarung habis-habisan dengan sosok Aditama yang tepat berada di hadapannya. Kedua seringai psikopat itu saling berpapasan, mereka sama-sama melancarkan serangan ke arah jantung.

Widyatama lebih cepat, ia menusuk jantung Tara. "Hahahaha terlalu mudah," gumamnya sesumbar, tetapi ia tiba-tiba terdiam dan menangkap sesuatu di ujung sebelah kiri matanya. Tara berada di sana sambil bersiap menebas leher bocah kematian itu. "langkah bayangan?!" pekik Widyatama terkejut. Rupanya yang ia tusuk sebelumnya hanyalah ilusi dari langkah bayangan milik Tara.

Sejak kapan dia menggunakan langkah bayangan? batinnya sambil terlihat panik.

"Selamat tinggal!" Tara melepaskan serangan ke arah leher Widyata, tetapi lagi-lagi Widyatama menyeringai, ia memutar tubuhnya secara cepat dan langsung mengincar bagian leher Tara.

MartawangsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang