Tiba-tiba seorang pria dengan wajah yang sangat familiar dengan Tirta muncul dari balik kegelapan di ujung ruangan. Pria itu masih muda, mungkin usianya masih usia anak SMA. Dengan rambut tipis di bagian pinggir, menambah kesan garang padanya.
"Kekekeke perkenalkan, anggota rahasia dari polisi rahasia--"
"Martawangsa Abimanyu."
.
.
.
"Dari mana saja?" tanya Gentar pada Dirga yang baru saja tiba di markas. Gentar menatap Dirga dari ujung kaki hingga ujung rambutnya.
"Ada apa dengan penampilanmu?" tanya Gentar yang melihat Dirga babak belur.
"Ah--hanya perkelahian jalanan," jawab Dirga enteng.
"Siapa yang mampu membuat seorang Martawangsa babak belur?" Gentar menyipitkan matanya masih sambil menatap Dirga.
"Preman itu datang bergerombol, tentu saja saya menghadapinya secara jantan, tanpa kekuatan apa-apa." Dirga menggaruk kepalanya sambil tertawa kecil.
Gentar hanya menggelengkan kepalanya.
"Dua hari lagi kita akan menyerang markas besar keluarga Martawangsa, jangan membuat masalah, bahkan dengan kekuatan 100% mu saja masih belum cukup."
Dirga berjalan melewati Gentar sambil meng 'iya' kan perkataan Gentar. Ia juga melewati Bayu yang tertidur di sofa bed.
"Bayu masih lemah, Ibu ... maafin Bayu belum bisa membalas mereka ...." Bayu merancu, sepertinya ia mengigau.
"Bayu ga punya siapa-siapa ... Bayu kangen Ibu."
Dirga menatap Bayu yang mengigau sambil menahan tawanya, ia melepas jaket jeansnya dan menyelimuti Bayu yang sepertinya mengigau akibat kedinginan. Ia merebahkan dirinya di sebelah Bayu, tiba-tiba angin malam menerpa kulitnya hingga membuatnya merinding kedinginan. Dirga agak menarik jaketnya hingga tubuhnya tertutup sebagian. Namun, Bayu yang mengigau, ia menarik jaketnya lagi hingga Dirga tak mendapat bagian, mereka melewati malam dengan saling tarik-menarik jaket.
***
Keesokan paginya, Bayu baru saja terbangun dari tidurnya. Ia merenggangkan tubuhnya yang masih terasa pegal. Ia mendengar suara ribut dari halaman, lebih tepatnya suara aneh seperti ada yang memukuli samsak tinju.
Dirguy, rajin banget pagi-pagi gini latihan, batin Bayu yang melihat Dirga sedang meninju samsak, sambil Bayu menatap jaket yang ia kenakan secara tak sadar ketika bangun tidur, mungkin karena udara pagi ini terasa dingin.
Jaket siapa nih? Bayu melepas kembali jaket itu dan melemparkannya ke Dirga, hingga bagian kepala Dirga tertutup jaket.
"Naro jaket jangan sembarangan! Tar ilang," seru Bayu.
Dirga menoleh ke arah Bayu, terlihat jelas kantung matanya yang hitam, ia menatap Bayu seperti zombie yang tak memiliki jiwa.
"Gua ga tidur gara-gara lu, Brengsek!" Dirga menggulung-gulung jaketnya dan melemparnya kembali hingga mengenai wajah Bayu.
"Apa masalahnya sama gua? Hah!" Jaket Dirga terjatuh ke lantai, Bayu menatap jaket itu dan menginjaknya dengan kaki kanannya sambil ia tersenyum jahat.
"Belum kapok juga lu ya dihajar? Ga di Jogja, ga di Jakarta, gua hajar lu seindonesia lama-lama." Dirga berjalan ke arah Bayu dengan atma yang memanas di sekitarnya. Dengan hanya mengenakan singlet hitam yang menampilkan otot-otot lengannya yang terlihat memberontak, membuat Dirga terkesan sangar.
Bayu menggulung lengan kaos hitam panjangnya hingga ke sikut. "Kalo lu emang butuh lawan buat latihan, bilang aja--gua bakal bikin lu latihan di surga," balasnya sambil menyeringai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Martawangsa
ActionDalam upaya menghancurkan Martawangsa Corporation yang kerap menumbalkan nyawa manusia, untuk sebuah kejayaan. Bayu Martawangsa harus bekerjasama dengan musuh lamanya, yaitu Dirga Martawangsa. Mampukah mereka menghentikan tradisi iblis yang sudah me...