(61) Pernikahan.

714 35 3
                                    

Setelah lebih dari satu jam bersama Laura aku kembali membawa nya masuk dan menghampiri Aidan yang tampak panik, yah hanya kelihatannya saja tapi setelah itu ia dengan cepat mendatangi ku dan tersenyum lega, hanya terdengar gumaman tak jelas dari nya, ia kembali mendongak dan berdiri kaku di depanku.

"Gue mau makan, Lo ikut gue."

"Nggak! Aku mau sama Laura dulu." Aidan tampak mengerutkan keningnya dan menatap Laura sekilas, Aidan tampak berusaha mengingat siapa perempuan di depannya.

"Lo Laura ternyata? Lo udah nikah ya?" Aidan tampak santai namun berbeda dengan Laura ia hanya tersenyum tipis dan menepuk pundak ku pelan.

"Baik Aidan! Gue mau balik sekarang! Dan semoga bahagia ya sama Vina!"aku menatap Laura tak percaya sedangkan Aidan tampak sangat bingung namun tetap mengangguk mengiyakan, yah itu lebih bagus kan.

"Dia aneh?" Aidan mengerutkan keningnya dalam tampak berpikir berbanding terbalik denganku yang hanya diam sambil melihat sekitar yang ramai. Aku bingung dengan ini, siapa yang menikah di sini?

"Ayo kita ke atas panggung, temen gue udah nunggu." Aidan menarik tangan ku pelan, aku ikut bergegas mengimbangi langkah lebar milik Aidan, saat sudah sampai di depan panggung aku terpaku sejenak, di sana berdiri Alex yang tampak memasang wajah tersenyum manis, ia tampak sangat bahagia saat ini.

"Ayo!" Aku melangkah berat, bahkan terkesan tak ingin naik namun karena tarikan tangan Aidan cukup kuat kini aku sudah berdiri di depan nya sambil menunduk.

"Lo datang ternyata?" Alex tertawa pelan, ia mengusap kepalaku pelan membuat ku mendongak menatap nya. Alex tampak masih sama, senyum nya begitu manis dan teduh.

"Lama nggak ketemu Vin! Gue kangen loh?" Alex lagi lagi menggodaku, entah melakukan apapun ia selalu saja bisa membuat ku malu dengan ucapan nya. Seperti saat ini, mempelai wanita tampak menatapku bingung ia juga tampak ragu untuk menyapaku, sekilas aku melihat nya tampak menghela nafas panjang. Entah lah ia seperti menanggung beban berat saja.

"Kenalin! Dia Yasmin istri gue." Aku mengangguk dan menjabat tangan Yasmin lembut, aku menatap nya bingung, tangannya begitu dingin dan berkeringat.

"Kamu sakit?" Aku berniat untuk mencari sesuatu yang bisa membuat nya lebih nyaman namun saat itu Alex tampak sangat tak terlalu peduli, namun hanya sebentar karena setelah itu ia beranjak.

"Istri kamu sakit tau!" Aku memberitahukan kepadanya dan ya saat itu Alex dengan cepat mendudukkan tubuh Yasmin ke kursi yang ada di sana.

"Cari obat Lex!" Aidan tampak menatap Yasmin bingung, kentara sekali bahwa sekarang ia tak sehat wajahnya juga pucat walau bagaimanapun tebalnya make-up.

"Gue males, Tapi oke!" Ya, sahutan itu membuat ku kesal sendiri, sedangkan Yasmin tampak mendongak dan menatap ku sambil tersenyum kecil.

"Nggak papa kak, aku baik baik aja." Aku mencoba untuk mengiyakan, Aidan mengajakku turun setelah berfoto bersama.

"Kenapa?" Aidan bertanya singkat, tangannya bergerak mengambil piring nya dan juga untukku. Aku menyambutnya dan mengisi nya dengan sedikit makanan.

"Dia aneh?"

"Siapa?"

"Alex?" Aku mengangguk angguk kan kepala sambil memakan makananku sedangkan Aidan ia tampak asik dengan dunia nya sendiri.

"Gue nggak terlalu tau sih? Cuma kayaknya mereka di jodoh mungkin?" Aidan menjelaskan singkat dan aku segera mengerti dengan itu, memilih diam aku tak lagi ingin membahas hal seperti itu. Terlalu rumit untuk ku yang juga merasakan nya dulu walau dalam konteks berbeda.

"Gue bosan sumpah!"

"Kalo gitu pulang!"

"Kalo pulang gue nggak bisa ketemu lagi!" Aidan tampak santai, namun aku tak mengerti apa maksudnya, apa mungkin Alex akan pergi dari kota ini, HM, mungkin saja kan.

"Ya."
Setelah nya kami hanya diam dalam kecanggungan yang tiba-tiba tercipta di sekitar kami, yah ini benar benar tak nyaman.

______

Aku bergerak gelisah di kursi yang ada di pesta itu, tampak sekali bahwa kini aku menjadi pusat perhatian. Aku menatap sekitar dan mataku bertemu dengan teman lama Aidan, ia tampak menatapku dengan raut wajah bertanya namun entah karena penasaran atau ada alasan lain ia malah melangkahkan kakinya ke arahku, tentu saja aku membuang muka berniat untuk menghindar namun panggilan darinya tak bisa membuat ku pura pura untuk tak mendengarnya.

"Vina! Ayolah! Gue mau ngomong!"

Aku berbalik dan menghela nafas panjang, selama lebih dari tiga tahun tak bertemu aku masih saja ada di ingatan mereka, aku tak ingin ini. Sungguh aku hanya takut semuanya menjadi rumit

Aku berhenti dan berbalik menatap nya, bibirku tersenyum kecut dan segera menghampiri nya dengan usaha yang sangat banyak.

"Lo kemana aja hah?" Pertanyaan itu membuat ku mendongak, menatap langit aku tersenyum.

"Kamu nggak perlu tau."

"Lo jahat ternyata!" Ia marah besar, tapi aku tahu dan mengerti apa maksudnya itu, aku menatap sebentar dan tersenyum lagi.

"Kamu pernah di posisi aku Thomas? Kamu ngerti nggak?" Aku terlihat jahat memang saat menanyakan ini padanya, sebisa mungkin aku menahan tangis supaya tak membuat nya memandangku rendah.

"Lo pergi tinggalin Aidan! Lo pergi ninggalin anak Lo!"

"Iya."

"Apa?" Aku terpaku setelah mendengar suara berat orang yang ada di sampingku, aku menoleh dan mendapati Aidan tengah berdiri di sana dengan wajah tampak sangat penasaran.

"Lo ninggalin gue?" Pertanyaan itu tak membuat ku bergeming aku hanya diam sambil meremas baju yang sedang aku pakai saat ini.

"Lo ninggalin gue Vin?" Aidan lagi bertanya kepada ku, entah karena apa kini aku menitikkan air mata ku, sungguh pedih rasanya. Kenapa di saat begini aku masih saja tak bisa berkata jujur dan berbuat apa - apa.

"Kamu nggak akan Ngerti!" Aku berjalan cepat namun tidak bisa saat ada yang memegang tanganku dengan kuat, aku tau itu Aidan tapi aku tak ingin berbalik dan menunjukkan bahwa saat ini aku tengah menangis. Aku sangat bodoh.

"Jawab gue Vin? Lo kenal sama gue? Lo ninggalin gue? Tapi kenapa gue nggak tau?" Aidan tampak sangat penasaran, ia mengatakan nya dengan wajah sangat bingung tentu saja aku mengerti hal ini, dia tak bisa mengingat ku lagi. Benarkan? Yang aku tau otak Aidan hanya akan berputar pada satu titik yang mengatakan bahwa Nere lah yang menjadi istrinya dulu.

"Kamu nggak perlu tau!" Aku menghempaskan tangan nya dengan kasar, berjalan cepat menuju ke jalanan aku berniat untuk menghentikan sebuah taksi tapi tentu saja tak semudah itu. Aidan tampak tak percaya ia berusaha sebisa mungkin mengejar ku. Aku berlari cepat dan hal itupun juga di lakukan nya.

"Stop Aidan!" Aku berteriak kesal, sangat marah padanya, berbalik aku segera menunjuk ke arah wajahnya dengan terang terangan.

"KAMU NGGAK AKAN NGERTI KARENA AKU YANG RASAIN ITU! JANGAN TANYA AKU LAGI!"

....

***

Married By Accident ( Selesai.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang