(62) Sedikit terungkap.

643 33 0
                                    

Aku bukan perempuan kuat yang bisa tahan untuk tak menangis, aku menutup wajahku dengan kedua tangan, aku menangis sesenggukan karena sesaknya perasaanku saat ini. Aku benar benar sakit hati. Kesal tentu saja dengan keadaanku saat ini sungguh sangat menyedihkan. Tak ada yang akan mengerti. Aku benci dunia ini.

"Lo salah paham sama gue?" Aidan tampak melihat ku dengan wajah bingung dan ini baru pertama kalinya sangat memberikan senyum sinis padanya.

"Salah paham? Yang kamu tau apa Aidan! Apa!" Teriakku, aku lagi menatap nya sinis.

"Nggak! Nggak bukan maksud gue gitu Vin? Gue cuma nanya?" Aidan mendekat, aku mundur dengan cepat, ia lagi melangkah dan entah karena apa ia berlari dan seketika memelukku erat.

"Nggak! Gue nggak bisa Nerima ini Vin? Gue nggak tau? Dan kenapa Lo ninggalin gue?"Aidan masih memelukku ia menangis pelan dan tubuh nya gemetar hebat. Ia mendongak dan menatap ku dengan wajah sendu. Aku mencengkram erat punggung nya hingga tangan ku terasa sakit.

"Gue nggak bisa ingat sama Lo Vin! Gue nggak bisa!" Aidan tampak frustasi aku tentu saja termenung, selama ini aku tau jika Aidan di bawa ke psikiater dan menutup ingatannya tentang ku. Aku kira ia yang ingin melakukan nya.

"Aku__ lepas!" Aku mendorong nya kuat, saat itu Aidan terdorong dan menatap ku dengan wajah penuh kekecewaan ia menunduk lalu kembali mendongak, aku menatap nya sedih entah karena perbedaan ini aku tau sejak awal memang Aidan tak akan bisa mengingat semuanya. Aku menjauh dari nya karena tak ingin dirinya kesakitan. Walau bagaimanapun juga aku tetap berharap bahwa ada seberkas cahaya agar Aidan bisa mengingat ku lagi.

"Nggak Vin! Gue emang nggak bisa ingat sama Lo! Tapi__"

"Udah Aidan semua nya udah berakhir, dan kita nggak ada hubungan lagi! Kamu punya Nere dan aku bisa pergi!" Aku tersenyum lebar ketika aku menatap Aidan ia kini menatap ku dengan raut wajah tampak sangat terluka.

Aku menjauh dan pergi dari sana begitu saja, tak peduli perhatian orang-orang kini terpaku  padaku aku tetap terus berjalan tanpa berbalik dan berniat untuk menatap Aidan lagi, semuanya akan baik baik saja, semuanya akan baik baik saja. Aku terus saja bergumam sambil menaiki taksi dan menyebut kan alamat yang aku inginkan.

_____

Satu jam tujuan ku sampai di depan rumah gubuk yang terlihat sangat usang, bibirku lagi lagi bergetar hebat. Sesakit ini rasanya, aku mengusap air mata ku dengan kasar, duduk di depan gubuk itu sambil bersandar dan terus saja menangis.

"Aku jahat!" Aku memang jahat, aku ingin Aidan ingat dengan ku dan itu membuat nya sangat kesakitan tentu saja aku tak pernah melihat nya namun aku tau itu, aku tau itu sungguh menyakitkan.

Aku terus menangis, berjalan tak tentu arah kini aku duduk di depan sebuah makam yang terlihat tak terawat. Aku lagi lagi menangis sesenggukan.

"Maaf Bu! Aku nggak kesini! Aku anak durhaka ya?" Aku menunduk dan tertawa miris, semuanya kacau, kehidupanku kacau Bahkan aku juga ikut kacau. Tak ada lagi air mata yang mengalir di kedua mataku, kini aku hanya tertawa entah karena apa. Bingung aku duduk dengan mencium tanah kering makam ibu. Aku tak bisa lagi menangis. Rasanya sangat sesak, lelah dan aku sangat benci keadaan ini.

"Aku capek Bu! Capek!" Aku menutup wajahku dengan kedua tangan dan duduk sambil memeluk kedua lutut ku.

"Kalo aku nyusul ibu pasti ibu marah ya?" Lagi aku bertanya sambil tersenyum kecil, tak ada siapapun di sini aku hanya berbicara sendiri dan yang aku tak mengerti saat ini hati ku mengatakan bahwa ini saatnya aku berhenti.

Stop Vin! Stop! Nggak perlu lagi kamu hidup kayak gini..

Nggak perlu lagi kamu hidup kayak orang gila!

_____

Aku terbangun di tempat yang lumayan gelap, aku merasa asing dengan tempat ini. Aku segera duduk dan menatap sekitar dan aku terpaku saat melihat kini Aidan tengah berdiri di depan ranjang dengan wajah datar nya.

"Apa?"aku bertanya kesal padanya, dengan cepat aku turun dan segera berjalan untuk pergi dari sana. Namun gerakan ku mungkin sangat lambat buktinya saja Aidan kini dengan cepat sudah ada di depanku sambil memasukkan kedua tangan nya di saku celana.

"Apa!" Aku berniat untuk menendang selangkangan nya namun Aidan malah menahan kakiku dan tersenyum sinis. Aku tercenung senyum itu yang dulu sering aku lihat darinya.

"Lo kira trik kayak gitu bisa!" Aidan mendorong ku pelan untung saja aku masih ada di dekat ranjang dan aku hampir saja jatuh ke lantai.

"Apa apaan kamu hah! Kasar!" Aku mencoba bangkit namun Aidan malah menindih ku dan lagi lagi tersenyum sinis. Aku bergeming dan rasanya aku merinding saat melihat wajahnya saat ini. Sangat menyeramkan.

"Loh? Gue cuma nolong Lo!" Aidan masih menindih ku, aku menutup mata saat Aidan malah mendekat kan bibir nya pada wajahku. Satu menit aku menunggu, ah maksudnya_sudahlah. Aku membuka mata dan mendapati nya tengah tersenyum dengan seringai nya.

"Ngarep Lo sama gue? Bibir Lo! Semua yang ada di sini punya gue?" Aidan tampak sangat santai, ia menunduk dan lagi senyumannya membuat ku sangat takut saat ini. Aku merinding saat merasakan sentuhan tangan Aidan berada di bibir ku.

"Le--pas!" Aku menjauhkan tangannya dari bibir ku dan berniat mendorongnya.

"Oke!" Aidan beranjak dari tempat dan berjalan duduk di sofa. Ia duduk dengan tubuh tegap sambil menatap ku tajam, ayolah ini benar benar membuat ku sangat takut dan gugup.

"Sini!" Aku menoleh lalu menggeleng, namun saat melihat tatapannya aku dengan cepat berjalan ke sana dan berdiri kaku di depan Aidan.

"Makan!"

"Nggak mau!"

"Makan!"

"Nggak mau!"

"Oke!" Aidan tampak santai ia berdiri tegak di depan ku. Ia tersenyum meremehkan dan mengangkat piring makanan yang entah sejak kapan ada di sana.

"Makan! Kalo nggak mau gue yang makan Lo!"

"Nggak! Nggak! Aku makan!" Aku mendorong nya dan segera mengambil makanan yang ada di dalam piring, aku duduk dengan tergesa. Aku menunduk dalam saat melihat tajam dari Aidan lagi.

"Oke! Aku makan kok! Makan "

"Bagus! Setelah ini Lo harus ikut gue!"

"Kemana?"

Aidan mendongak sambil menatap langit-langit kamar, namun hanya sebentar ia kini menatap ku tajam dan memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. Sambil berkata kesal.

"Nggak usah kepo! Gue nggak bakal kasih tau Lo!"

****

Married By Accident ( Selesai.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang